FCA Inggris Sebut Investor Muda Tak Sadar Kripto Belum Diatur

The UK Financial Conduct Authority (FCA) menyebutkan 68 persen responden membandingkan investasi dalam aset kripto dengan perjudian.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Okt 2021, 21:42 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2021, 21:42 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar investor aset kripto di bawah usia 40 tahun tidak menyadari kalau itu bukan produk yang diatur. Hal itu berdasarkan the UK Financial Conduct Authority (FCA) atau pengawas sektor jasa keuangan di Inggris.

Aset kripto tidak diatur di Inggris, artinya masyarakat tidak dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen jika dana mereka hilang karena alasan apapun, misalkan dalam peretasan di bursa.

Akan tetapi, berdasarkan riset yang dipublikasikan oleh FCA, kebanyakan anak muda investasi di kripto tidak menyadari hal ini. Dengan 69 persen salah percaya itu diatur.

Tiga perempat dari investor muda didorong oleh "persaingan” dengan teman dan keluarga dalam hal berinvestasi aset kripto atau produk berisiko tinggi lainnya seperti valuta asing atau crowdfunding, berdasarkan survei dari pengawas layanan keuangan.

Sementara itu, FCA menyebutkan 68 persen responden membandingkan investasi dalam aset itu dengan perjudian. Regulator mengatakan, temuan adalah hasil survei dengan 1.000 responden berusia 18-40 tahun yang investasi dalam satu atau lebih produk investasi berisiko tinggi.

Lebih dari setengah atau 58 persen responden mengatakan, pihaknya diberi insentif untuk berinvestasi berisiko tinggi setelah mendengar di berita atau media sosial, menurut FCA.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Bitcoin Kembali Sentuh Posisi Tinggi

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Bitcoin saat ini mendekati level tertinggi sepanjang masa setelah mencapai USD 60.000 atau Rp 845,52 juta (asumsi kurs Rp 14.092 per dolar AS) pekan lalu.

Aset kripto terbesar di dunia ini dikenal sangat fluktuaktif, turun lebih dari USD 64.000 pada April menjadi di bawah USD 30.000 pada Juli. Harganya masih lebih dari dua kali lipat sepanjang 2021.

Terlepas dari deskripsi bitcoin dari para pendukungnya sebagai sarana jangka panjang untuk mengumpulkan kekayaan, FCA menemukan hanya 21 persen dari di bawah 40-an di Inggris mengatakan mempertimbangkan untuk menahan investasi terbaru mereka selama lebih dari satu tahun.

"Kami melihat lebih banyak orang mengejar keuntungan tinggi. Tetapi pengembalian yang tinggi dapat berarti risiko yang lebih tinggi,” ujar Executive Director of Markets FCA, Sarah Pritchard.

Ia menuturkan, pihaknya ingin konsumen percaya diri investasi dan membantu untuk melakukannya dengan aman serta memahami tingkat risiko yang terlibat.

FCA Mengingatkan Risiko

Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Regulator mengatakan telah meminta bantuan peraih medali emas Olimpiade BMX Charlotte Worthington untuk peringatan kampanya tentang bahaya investasi dalam aset berisiko tinggi.

Itu terjadi setelah FCA memperingatkan awal tahun ini kalau kelompok konsumen baru, lebih mudah, dan lebih beragam terlibat dalam investasi berisiko tinggi. Hal ini juga didorong munculnya aplikasi perdagangan online.

Investor amatir masuk ke pasar saham pada 2021 memakai platform Robinhood dan Reddit yang mengarah ke perdagangan yang bergejolak atau "saham meme" seperti GameStop dan AMC.

Pada Senin, 18 Oktober 2021, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mengatakan, Robinhood dan perusahaan pialang online lainnya telah investasi untuk mendorong aktivitas dari pengguna.

Pada awal 2021, FCA memperingatkan investor kripto harus siap kehilangan semua uangnya. Pekan lalu, Deputi Gubernur BOE Jon Cunliffe menyamakan pertumbuhan kripto dengan munculnya subprime mortgage yang berkontribusi pada krisis keuangan global 2008.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya