Menakar Prospek Saham Emiten Batu Bara

Sejumlah sentimen bayangi emiten batu bara terutama dari global. Apakah sektor saham batu bara ini masih menarik?

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Nov 2021, 19:11 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2021, 19:11 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor saham batu bara dinilai masih menarik meski harga batu bara berjangka alami koreksi dan rencana China kurangi pemakaian batu bara untuk pembangkit listrik.

Mengutip data tradingeconomics, harga batu bara GC Newcastle naik di atas USD 150 per metric ton setelah sempat alami aksi jual dari posisi tertinggi USD 269,5 pada 5 Oktober 2021. Pada 4 November 2021, harga batu bara naik ke posisi USD 161,15.

Analis PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno menuturkan, koreksi harga batu bara menjadi sentimen negatif jangka pendek untuk saham emiten batu bara.

Namun, menurut dia, hal itu wajar seiring harga sudah alami kenaikan tinggi. Selain itu, sektor batu bara juga mendapatkan katalis positif dari pemulihan ekonomi yang sudah berdampak terhadap harga saham emiten batu bara.

"Ekonomi pulih positif untuk batu bara tetapi harganya sudah merespons juga sebelumnya ditambah supply-nya berkurang,” ujar Sukarno saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (4/11/2021).

Berdasarkan data RTI,  sejumlah saham emiten batu bara menguat signifikan antara lain PT Harum Energy Tbk (HRUM) sudah naik 166,78 persen sepanjang 2021. Saham HRUM melonjak ke posisi Rp 7.950 per saham. Pada 2021, saham HRUM berada di level tertinggi Rp 9.575 dan terendah Rp 2.890 per saham. Total volume perdagangan 1.843.677.520 dengan nilai transaksi Rp 11,2 triliun. Total frekuensi perdagangan 836.21 kali.

Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menguat 17,13 persen sepanjang 2021. Saham ADRO ditutup ke posisi Rp 1.675 per saham.

Pada 2021, saham ADRO berada di level tertinggi Rp 1.980 dan terendah Rp 1.150 per saham. Total volume perdagangan 22.877.472.690. Nilai transaksi harian Rp 32,2 triliun. Total frekuensi perdagangan 2.570.202 kali.

Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melambung 61,73 persen sepanjang 2021 ke posisi Rp 22.400 per saham. Saham ITMG berada di level tertinggi Rp 27.750 dan terendah Rp 22.400 per saham. Total volume perdagangan 797.446.337. Nilai transaksi Rp 13,3 triliun dan total frekuensi perdagangan 844.214 kali. 

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik tipis 2,78 persen ke posisi Rp 74. Saham BUMI berada di level tertinggi Rp 156 dan terendah Rp 52 per saham. Total volume perdagangan 126.444.642.653. Nilai transaksi Rp 9,9 triliun. Total frekuensi perdagangan 1.504.079 kali.

Sedangkan saham PT Bukit Asam Tbk turun tipis 4,63 persen ke posisi Rp 2.680 per saham. Saham PTBA berada di level tertinggi Rp 3.100 dan terendah Rp 1.995 per saham. Total volume perdagangan 8.518.077.582. Nilai transaksi Rp 21,7 triliun. Total frekuensi perdagangan 1.824.959 kali.

Meski demikian, emiten batu bara juga masih hadapi sentimen seperti China yang  yang akan kurangi pemakaian batu bara untuk pembangkit listrik selama lima tahun ke depan. Sukarno menilai, hal tersebut menjadi sentimen negatif tetapi dapat diimbangi dengan persediaan yang turun. "Jadi dampaknya dalam jangka menengah tidak akan balik di bawah USD 125,” ujar dia.

Di sisi lain, Sukarno menuturkan, sentimen permintaan listrik dan pemanas lebih tinggi yang disebabkan oleh suhu dingin dari biasanya membuat batu bara masih diminati. Hal ini juga didukung harga lebih ekonomis, dan menurut Sukarno tetap peluang meski prospek jangka panjang kurang bagus.

“Prospek saham batu bara masih menarik tetapi tetap strategi yang bagus untuk saham batu bara buy on weakness,” tutur dia.

Adapun saham pilihan batu bara, Sukarno memilih saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan IHSG pada 4 November 2021

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan Kamis, 4 November 2021. Akan tetapi, penguatan IHSG menjadi terbatas jelang penutupan perdagangan.

Pada penutupan perdagangan, IHSG naik 0,52 persen ke posisi 6.586,44. Indeks LQ45 menanjak 0,32 persen ke posisi 948,16. Sebagian besar indeks acuan menghijau.

Pada Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.617,86 dan terendah 6.583,17. Sebanyak 328 saham menguat sehingga angkat IHSG. 191 saham melemah dan 154 saham menguat.

Total frekuensi perdagangan 1.203.777 kali dengan volume perdagangan 18,1 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 11 triliun. Investor asing beli saham Rp 332,68 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.337.

Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali indeks sektor saham IDXhealth turun 0,19 persen. Indeks sektor saham IDXtransportasi menanjak 2,99 persen dan bukukan penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXenergy melonjak 2,16 persen dan IDXbasic menguat 1,07 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya