Varian Omicron Bebani Bursa Saham Asia Jelang Akhir Pekan

Bursa saham Asia bervariasi pada perdagangan Jumat, 3 Desember 2021 seiring varian omicron masih bayangi bursa saham.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Des 2021, 09:15 WIB
Diterbitkan 03 Des 2021, 09:15 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia-Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat (3/12/2021), seiring varian omicron jadi sentimen kuat menyebabkan pasar bergejolak.

Saham di Jepang mengambarkan fluktuasi imbas berita varian terbaru COVID-19. Indeks Nikkei 225 tergelincir 0,18 persen sementara indeks Topix naik 0,24 persen. Demikian dilansir dari CNBC, Jumat pekan ini.

Indeks Kospi di Korea Selatan melemah 0,4 persen. Saham di Australia naik tipis pada perdagangan pagi yang meningkat 0.22 persen. Indeks MCI yang ada di Asia-Pasifik kecuali Jepang turun 0,8 persen.

Semalam, saham-saham di Wall Street menguat tajam. Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 617,75 poin ke level 34.639,79 poin. Sementara indeks S&P 500 meningkat 1,42 persen menjadi 4.577,10. Indeks Nasdaq Composite ikut menguat 0,83 persen ke 15.381,32 poin.

Bursa saham global bergerak liar di antara keuntungan dan kerugian. Lantaran sepanjang sepekan terakhir, pasar menjadi tidak pasti akibat karena varian omicron yang berdampak pada ekonomi dunia.

Ahli pun menjelaskan omicron kemungkinan besar sudah menyebar dalam waktu singkat. Penytaan ini berdasarkan banyaknya kasus omicron yang terdeteksi dalam skala global.

Indeks dolar AS berada di posisi 96,15 dari sebelumnya 96. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 113,03 per dolar AS 

 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street pada 2 Desember 2021

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat tajam pada perdagangan Kamis, 2 Desember 2021. Hal  ini setelah terjadi aksi jual karena kekhawatiran varian baru COVID-19, omicron, dan mendorong investor kembali ke saham-saham siklikal.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 617,75 menjadi 34.639,79 yang didorong kenaikan saham Boeing sebanyak 7,5 persen. Indeks S&P 500 naik 1,4 persen menjadi 4.577,10. Indeks Nasdaq bertambah 0,8 persen menjadi 15.381,32. Indeks saham kapitalisasi kecil 2000 menguat 2,7 persen.

Saham maskapai, kasino, energi memimpin kenaikan pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham Delta Air Lines naik sekitar 9,3 persen, saham MGM Resorts bertambah 7,7 persen, dan saham Hilton Worldwide naik 7,4 persen.

Saham Norwegian Cruise Line menguat 7,7 persen dan saham Wynn Resorts naik 8,2 persen. Saham Occidental Petroleum dan Baker Hughes masing-masing menanjak 2,4 persen dan 2,5 persen.

Saham Boeing melompat 7,5 persen setelah China izinkan 737 Max untuk kembali terbang.

Di sisi lain investor juga terus mencermati perkembangan varian baru omicron COVID-19, setelah kasus pertama di Amerika Serikat dikonfirmasi pada Rabu pekan ini.

Pemerintah AS di bawah pimpinan Presiden AS Joe Biden bereaksi terhadap kasus omicron yang telah dilaporkan di California dengan meminta pelaku usaha melanjutkan syarat vaksinasi, meski mandat pemerintah dihentikan di pengadilan sambil menunggu peninjauan.

Gedung Putih juga memperketat aturan perjalanan, mengharuskan penumpang yang masuk untuk diuji dalam waktu 24 jam sebelum keberangkatan.

Kasus omicron kedua terungkap pada Kamis pekan ini. Otoritas kesehatan masyarakat Minnesota melaporkan kasus itu kepada seorang penduduk yang baru saja kembali dari kota New York. Penduduk Minnesota telah pulih dari omicron dan penduduk California melaporkan gejala ringan.

Di sisi lain, saham Apple turun setelah Bloomberg melaporkan raksasa teknologi ini mengalami perlambatan permintaan iPhone jelang musim liburan yang sangat penting.

“Meskipun bagus untuk melihat reli, saya tidak yakin investor harus menaruh banyak arti ke dalamnya,” ujar Chief Investment Strategist Leuthold Group Jim Paulsen, dilansir dari CNBC, Jumat, 3 Desember 2021.

Ia menambahkan, ketakutan dan keserakahan akan mendominasi aktivitas karena kekhawatiran investor terombang-ambing antara kekhawatiran yang terburuk belum berakhir dan kecemasan kehilangan pemulihan apa pun.

Kemungkinan the Federal Reserve mengurangi program pembelian obligasi atau tapering lebih cepat juga menjadi fokus. Ketua the Federal Reserve Jerome Powell menuturkan kepada panel Senat kalau ekonomi sangat kuat dan tekanan inflasi tinggi. Oleh karena itu, menurut dia mempertimbangkan untuk menyelesaikan tapering yang diumumkan pada pertemuan November 2021. “Mungkin beberapa bulan lebih cepat,” kata dia.

Bank of America Securities Head of Us Equity and Quantative Strategy, Savita Subramanian menuturkan, pihaknya tetap berhati-hati pada S&P 500 di tengah pengetatan the Fed yang hawkish ke pasar.

Selanjutnya

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Namun, Bank of America mencatat Desember secara historis menjadi bulan yang kuat bagi indeks S&P 500 dengan indeks rata-rata naik 2,3 persen sejak 1936. Selain itu, 79 persen positif. “Namun, Desember tidak selalu kebal terhadap aksi jua,” ujar dia.

Analis senior Oanda Ed Moya menuturkan, wall street akan tetap menjadi berita utama yang didorong oleh varian COVID-19 hingga penilaian yang jelas atas gelombang ini dapat dibuat. “Beberapa minggu ke depan akan melihat selera risiko mengambil isyarat dari pembaruan tambahan omicron, masalah rantai pasokan dan setiap pembacaan inflasi,” tutur dia.

Adapun penguatan pada perdagangan Kamis melanjutkan rentetan yang sangat fluktuaktif untuk saham karena pasar mencerna apa arti varian baru. Pada pekan ini, indeks Dow Jones turun 0,7 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun hampir 0,4 persen dan 0,7 persen.

Dari sisi data, klaim pengangguran awal mencapai 222.000 untuk pekan yang berakhir 27 November 2021. Ekonom memperkirakan 240.000, menurut perkiraan dari Dow Jones. Pembacaan sebelumnya menunjukkan 199.000 yang merupakan terendah sejak November 1969.

Laporan pekerjaan pada November akan dirilis pada Jumat pekan ini. Ekonom memperkirakan 573.000 pekerjaan pada November 2021 dari sebelumnya 531.000 pada Oktober 2021, menurut Dow Jones. Tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 4,5 persen dari 4,6 persen.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya