Saat The Fed Bersiap Dongkrak Suku Bunga

Ketua The Fed Jerome Powell mengkonfirmasi pihaknya akan mulai naikkan suku bunga pada Maret sesuai kondisi AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jan 2022, 19:41 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2022, 19:41 WIB
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve bersiap-siap naikkan suku bunga saat pengumuman pembaharuan kebijakan moneter pada Rabu, 26 Januari 2022 waktu setempat.

"Dengan inflasi berada jauh dari angka 2 persen serta pasar tenaga kerja yang sengit, regulator AS memproyeksikan segara The Fed menaikkan kisaran target suku bunga ,” tulis bank sentral AS dalam pernyataan itu. Demikian mengutip laman CNN pada Kamis, (27/1/2022).

Selama konferensi lanjutan, Ketua The Fed Jerome Powell mengkonfirmasi pihaknya akan mulai naikkan suku bunga pada Maret. Bulan ketiga itu dipilih karena dianggap sebagai waktu yang tepat untuk mengantisipasi ekonomi negara Paman Sam agar tak makin buruk.

"Komite (The Fed) berkeinginan menaikkan suku bunga pada rapat selanjutnya pada Maret. Dengan asumsi kondisi AS sesuai ketentuan untuk merealisasikan kebijakan tersebut,” ujar Powell kepada para awak media.

Investor memperkirakan waktu yang sama pada Maret 2022 untuk The Fed menaikkan suku bunga. Tepatnya ekspetasi pasar kenaikan suku bunga pada Maret berada di atas 95 persen usai pernyataan The Fed. Sementara CME FedWatch memproyeksikan lebih rendah yakni 90 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sulit Cari Momen Tepat

Pada akhir 2021, inflasi di AS kian meningkat. Ekonom analisis puncaknya terjadi pada awal 2022.

The Fed mengakumulasikan penambahan suku bunga AS sebesar 5,7 persen dalam 12 bulan yang berakhir pada November. Kondisi ini adalah kenaikan tercepat dalam indeks harga pengeluaran konsumen sejak Juli 1982. Powell menuturkan, harga semakin melambung terasa kontras bagi orang Amerika Serikat yang berpenghasilan menengah ke bawah.

"Seperti kebanyakan analis, kami memperkirakan inflasi  berpotensi menurun pada tahun ini. optimisme ini didukung karena tekanan pasokan global kian melemah dan pemerintah pun akan mengurangi stimulus lebih, praktis akan membantu ekonomi AS untuk lebih bergeliat," ungkap Powell pada konferemsi pers itu.

Bank sentral memangkas suku bunga mendekati nol pada Maret 2020. Tindakan ini diambil ketika pandemi COVID-19 mengakibatkan ekonomi AS stagnan. Bulan lalu, The Fed mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga beberapa kali sepanjang 2022 .

Powell menambahkan, saat itu realisasinya masih sukar menargetkan waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga ini akan terjadi pada 2022 dan seberapa besar kenaikannya. Tatkala ditanya apakah kenaikan setengah poin akan mungkin dilakukan, Powell menolak untuk melakukan keduanya.

"Tidak mungkin memprediksi dengan penuh keyakinan jalur apa untuk tingkat kebijakan kami yang akan terbukti tepat," katanya.

Pernyataan Powell jelas menekankan bank sentral harus fleksibel dan mudah beradaptasi dalam setiap pendekatan yang guna pemulihan ekonomi negara adidaya tersebut.

The Fed Bakal Kurangi Neraca

Pada November, The Fed juga mengumumkan berakhirnya stimulus era pandemi dan mempercepat penarikan kembali pembelian asetnya pada bulan berikutnya.

Pada Rabu, 26 Januari 2022, bank mengungkapkan telah berupaya maksimal terus mengurangi pembelian aset bulanan dan mengakhirinya pada awal Maret. 

Setelah berakhirnya program stimulus dan kenaikan suku bunga, The Fed memerlukan aksi lanjutan demi mempercepat pengurangan neraca secara signifikan.

Bank menegaskan mulai fokus pada pengurangan neraca setelah kenaikan suku bunga dimulai. Artinya kebijakan mengenai pengurangan neraca perdanganan baru mulai efektif setalah Maret 2022.

"Kami berharap FOMC akan mengumumkan pada pertemuan kebijakan September di mana mereka akan memulai pengurangan neraca pada kuartal IV," kata Chief Economist Wells Fargo Jay Bryson.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya