Liputan6.com, Jakarta - Konflik Rusia-Ukraina memanas. Bahkan Rusia siap melakukan invasi kapan saja terhadap Ukraina. Secara umum, perang menjadi sentimen negatif karena akan berdampak tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bisa berimbas terhadap perekonomian negara-negara lain.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyebutkan, salah satunya dapat mengakibatkan jalur distribusi terhambat. Meski begitu, William menilai dampaknya untuk bursa tanah air tak akan terlalu signifikan. Belajar dari kejadian Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara pada era Presiden Trump.
William mengatakan saat itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tetapi terbatas, terjadi capital outflow tidak dalam jumlah besar.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi menurut saya isu perang kali ini tidak menekan IHSG secara signifikan. Malah kalau melihat perdagangan kemarin, IHSG hanya melemah sampai gap 6.731, dan hari ini sudah naik lagi (perdagangan Selasa, 15 Februari-red),” ujarnya kepada Liputan6.com, ditulis Rabu (16/2/2022).
Pada kondisi ini, William menyebutkan sektor yang dapat dicermati adalah komoditas. Mungkin tidak berhubungan langsung dengan perang, melainkan karena adanya sentimen kenaikan harga komoditas itu sendiri. Sehingga saham-sahamnya layak direkomendasikan.
"Secara teknikal estimasi target IHSG ada pada 6.800 - mendekati 7.000 hingga akhir 2022," imbuhnya.
Sementara, Equity Research Analyst PT Kiwoom Sekuritas, Rizky Khaerunnisa menilai dampak kepada bursa saham Indonesia lebih kepada sikap investor yang mengantisipasi ketegangan tersebut.
"Investor beralih kepada aset-aset investasi yang cenderung aman karena ketegangan ini memiliki sifat domino effect yang diawali dari harga komoditas. Sehingga berdampak kepada emiten-emiten yang memiliki beban terbesar dalam komoditas untuk kegiatan produksi,” kata Rizky.
Adapun untuk strateginya saat ini, Rizky mengatakan lebih baik wait and see sambil memperhatikan bagaimana langkah yang akan diambil Russia nantinya.
Senada dengan William, Rizky menyebutkan sektor komoditas menarik untuk dicermati. "Kenaikan harga minyak justru menguntungkan sejumlah emiten produsen minyak karena Rusia merupakan salah satu produsen minyak terbesar," kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Minyak
Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam tujuh tahun, hingga lebih dari 2 persen ketika ketegangan antara Rusia dan Ukraina semakin meningkat.
Dengan Rusia sebagai salah satu produsen minyak dan gas terbesar di dunia, kekhawatiran akan kemungkinan negara itu menginvasi Ukraina telah mendorong reli minyak mendekati USD 100 per barel, menjadikannya level harga tertinggi sejak 2014.
Harga minyak mentah Brent naik USD 2,04, atau 2,2 persen - menjadi USD 96,48 per barel, setelah menyentuh level tertinggi sejak September 2014 di USD 96,78.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari AS juga naik USD 2,36, atau 2,5 persen, menjadikan harganya dipatok USD 95,46 per barel.
Adapun target IHSG di akhir tahun ini, Rizky mengatakan lebih dipengaruhi kondisi fundamental. “Untuk target IHSG hingga akhir 2022 didasarkan pada fundamental dan teknikal, IHSG berada pada level 7.525,” imbuh Rizky.
Advertisement