Wall Street Perkasa, Investor Pertimbangkan Suku Bunga The Fed Setelah Serangan Rusia

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 834,92 poin atau 2,5 persen ke posisi 34.058,75.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Feb 2022, 07:27 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2022, 07:27 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada Jumat, 25 Februari 2022 di tengah perdagangan yang bergejolak pada pekan ini. Hal ini seiring investor terus menilai risiko keuangan yang berasal dari invasi Rusia ke Ukraina.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 834,92 poin atau 2,5 persen ke posisi 34.058,75. Indeks saham acuan ini mencatat hari terbaiknya sejak November 2020. Indeks S&P 500 menguat 2,2 persen ke posisi 4.384,65. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen menjadi 13.694,64.

"Investor yang telah antisipasi peningkatan volatilitas pada 2022 dengan cepat masuk ke pasar dan Anda melihat tindak lanjut hari ini. Kami berada dalam kondisi jenuh jual. Ada reaksi berlebihan di pasar saham terhadap krisis Ukraina,” ujar Chief Investment Sanctuary Wealth, Jeff Kilburg dilansir dari CNBC, Sabtu (26/2/2022).

Namun, indeks Dow Jones membukukan penurunan mingguan selama tiga minggu berturut-turut meski ada lonjakan selama dua hari. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing membukukan kenaikan 0,8 persen dan 1,1 persen.

Saham Johnson&Johnson dan 3M mencatat penguatan tertinggi dari indeks Dow Jones. Saham Etsy menguat 16,2 persen dan memimpin penguatan di indeks S&P 500 setelah hasil kuartalan mengalahkan perkiraan analis.

Saham Beyond Meat anjlok 9,2 persen setelah laporan pendapatan yang mengecewakan. Saham Foot Locker merosot 29,8 persen setelah ritel menyebutkan penjualan 2022 akan turun karena penjualan lebih sedikit produk Nike.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sanksi Baru ke Rusia

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Di sisi lain sentimen pasar mendapat dorongan setelah dilaporkan kalau Presiden Rusia Vladimir Putin siap mengirim delegasi ke ibu kota Belarusia Minsk untuk negosiasi dengan Ukraina.

Rusia mendekati ibu kota Ukraina, Kiev. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuturkan, ibu kota telah dilanda serangan roket Rusia yang mengerikan. Amerika Serikat akan menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov. Langkah ini mengikuti sanksi serupa yang diumumkan oleh Inggris dan Uni Eropa.

Presiden AS Joe Biden meluncurkan sanksi baru terhadap bank-bank terbesar Rusia dan utang negaranya dalam upaya luas untuk isolasi Moskow dari ekonomi global.

"Ada kekacauan di lapangan, tetapi ada kejelasan tentang sanksi, saya pikir di situlah pasar merasa nyaman,” ujar Chief Global Investment Strategist Charles Schwab, Jeff Kleintop.

 

Pelaku Pasar Bakal Cermati Sentimen The Fed

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Dari sisi data, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, pengukur inflasi utama the Federal Reserve naik 5,2 persen dari tahun lalu, berdasarkan laporan Departemen Perdagangan. Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan 5,1 persen.

Indeks Nasdaq masih terkoreksi atau turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya. Indeks Dow Jones dan S&P 500 berada di luar wilayah koreksi.

“Ini adalah pasar yang didorong oleh berita utama, dan ketika kami mendapatkan beberapa resolusi dan melihat apa yang terjadi dengan Rusia dan Ukraina, fokusnya akan kembali ke the Fed lagi,” ujar Paul Hickey dari Bespoke Investment.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya