HKMU Usulkan Restrukturisasi Utang Jatuh Tempo

Direktur Utama HK Metals Utama Tbk, Muhamad Kuncoro menuturkan, perseroan memiliki utang jatuh tempo kepada Asian Energy Hydro Power.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Mar 2022, 22:50 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2022, 22:50 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) mengumumkan kewajiban utang jatuh tempo dan proses restrukturisasi utang perseroan dan anak usaha.

Direktur Utama HK Metals Utama Tbk, Muhamad Kuncoro menuturkan, perseroan memiliki utang jatuh tempo kepada Asian Energy Hydro Power (AEHP) sebesar USD 4,8 juta atau Rp 40,27 miliar (kurs Rp 14.381 per USD).

"Utang jatuh tempo tersebut saat ini sedang dalam proses usulan restrukturisasi," kata Kuncoro dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (4/3/2022).

Sebelumnya, perseroan mendapatkan surat peringatan dari kreditur PT Bank KEB Hana Indonesia pada 4 Februari 2022.

Surat tersebut terkait putusan pailit Ngasidjo Achmad selaku penjamin perorangan (personal guarantor) untuk PT HK Metals Utama sebesar Rp 46 miliar dan anak usaha perseroan PT Rasa Langgeng Wira sebesar Rp 24,1 miliar.

"Dengan demikian, kedua pinjaman tersebut menjadi jatuh tempo. Perseroan dan anak usaha saat ini sedang dalam proses usulan restrukturisasi,"

HK Metals Utama memiliki keyakinan untuk melakukan restrukturisasi atas kewajiban tersebut. Keyakinan itu, kata Kuncoro, merujuk pada kegiatan operasional perseroan yang disebutnya masih berjalan baik.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kinerja Keuangan

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

HKMU masih mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 234 miliar sepanjang 2021. Hal itu dipengaruhi oleh penurunan pendapatan usaha sebesar 30 persen menjadi Rp 389,7 miliar, dibandingkan dengan pendapatan 2020 sebesar Rp 560 miliar.

Penurunan tersebut dikontribusikan antara lain dari segmen trading turun sebesar Rp 50 miliar atau 79 persen dengan nilai penjualan sebesar Rp 13,3 miliar.

Kemudian segmen baja ringan turun sebesar Rp 60 miliar atau 43 persen dengan nilai penjualan sebesar Rp 79,3 miliar, dan aluminium turun sebesar Rp 45,7 miliar atau 17 persen dengan nilai penjualan sebesar Rp 218 miliar.

Total aset perusahaan hingga akhir 2021 sebesar Rp 720 miliar, turun 22 persen dibanding 2020 sebesar Rp 929 miliar. Penurunan terjadi pada aset lancar. Pada sisi liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp 491 miliar, naik 6 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 465 miliar.

Dari komposisi jangka waktu hutang, terjadi pergeseran. Pada 2020 porsi hutang jangka pendek 91 persen, turun menjadi 59 persen di 2021. Sedangkan porsi hutang jangka panjang tahun 2020 9 persen naik menjadi 41 persen.

Hal ini merupakan hasil dari proses restrukturisasi dengan kreditur yang telah disetujui. Secara ekuitas, perusahaan mencatat nilai penurunan yang signifikan menjadi Rp 229 miliar pada 2021. Turun 22 persen dari Rp 464 miliar pada 2020.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya