Liputan6.com, Jakarta Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) meningkatkan outlook Indonesia dari negatif menjadi stabil dan mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022.
“Kalau terkait S&P menaikkan rating kita lebih ke obligasi,” kata Vice President INFOVESTA, Wawan Hendrayana saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (29/4/2022).
Dia menambahkan, tantangan yang terjadi yakni tren kenaikan suku bunga.
Advertisement
“Sekarang meskipun outlook naik, challenge nya pada kenaikan suku bunga, karena ada tren kenaikan suku bunga baik di Amerika atau Indonesia beberapa Bank saya dengar sudah menaikkan depositonya juga,” ujar dia.
Meskipun demikian, Wawan menjelaskan jika melihat kinerja ke depan cenderung akan tertekan dari kenaikan suku bunga.
“Kalau dari kinerja soon cenderung akan tertekan dari kenaikan suku bunga,” jelasnya.
Ia menjelaskan, sesungguhnya kenaikan S&P tidak terlalu mempengaruhi, karena saham fokus terhadap fundamental masing-masing.
“Kalau dari saham sebetulnya kenaikan S&P tidak terlalu berpengaruh, kalau saham lebih fokus kepada fundamental masing-masing,” kata dia.
Sementara itu, sektor saham yang menjadi pilihan secara keseluruhan adalah keuangan yang diuntungkan termasuk bank besar.
“Sektor saham yang bisa jadi pilihan, secara overall keuangan yang tetap diuntungkan. Saham-saham bank besar yang paling diuntungkan,” imbuhnya.
Wawan menuturkan untuk investor jangka panjang bisa masuk ke sektor keuangan.
“Strategi sahamnya, investor long term masuk ke sektor keuangan, sampai akhir tahun menguat,” tuturnya.
Sebelumnya, lembaga rating S&P berpandangan bahwa outlook yang stabil merupakan pengakuan atas peningkatan sektor eksternal Indonesia, pemulihan ekonomi Indonesia yang akan berlanjut selama dua tahun kedepan, dan kemajuan bertahap menuju konsolidasi fiskal Pemerintah.
Sementara itu, peringkat BBB didasarkan pada prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan dinamika kebijakan yang berorientasi masa depan.
“Di tengah proses pemulihan ekonomi dan risiko global seperti konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan inflasi global, kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Jumat (29/4/2022).
"Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan Pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” lanjut dia.
Dalam laporan tersebut, S&P memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat menjadi 5,1 persen pada 2022 seiring pembukaan pembatasan ekonomi.
Meskipun konflik geopolitik Rusia-Ukraina menimbulkan risiko baru terutama terhadap sisi permintaan, namun cenderung dapat dikelola dengan baik. Undang-Undang Cipta Kerja akan mendorong tren investasi seiring komitmen Pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan hukum UU Cipta Kerja.