Wall Street Beragam, Indeks Nasdaq Merosot 2 Persen Tersengat Peringatan Snap

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 2,4 persen menjadi 11.264,45.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Mei 2022, 07:25 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2022, 07:25 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 24 Mei 2022 seiring kekhawatiran dari peringatan suram Snap yang menyebar ke saham teknologi lainnya. Sementara itu, indeks Dow Jones menguat pada perdagangan Selasa pekan ini.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 2,4 persen menjadi 11.264,45. Indeks S&P 500 tergelincir 0,8 persen ke posisi 3.941,48. Indeks Dow Jones bertambah 48,4 poin atau 0,2 persen menjadi 31.928,62. Indeks Dow Jones sempat turun 1,6 persen di awal sesi perdagangan.

Indeks saham unggulan mendapatkan dorongan dari grup UnitedHealth yang melonjak 1,1 persen menjelang penutupan perdagangan. Komponen Dow, McDonald’s, Verizon dan IBM semuanya menguat lebih dari dua persen.

Di sisi lain, imbal hasil treasury atau obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun membuat pergerakan tiba-tiba melemah. Hal ini karena investor khawatir resesi mendorong harga obligasi lebih tinggi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 2,73 persen setelah melampaui tiga persen awal tahun ini.

Saham perusahaan teknologi memimpin koreksi pada perdagangan Selasa pekan ini seiring investor mengkhawatirkan perlambatan iklan digital menyusul peringatan dari perusahaan media sosial Snap.

Saham Snap anjlok 43 persen setelah perusahaan mengatakan bersiap untuk kehilangan target pendapatan dan laba pada kuartal saat ini. Snap juga memperingatkan penurunan dalam perekrutan. Ikuti Snap, saham Meta Platforms melemah 7,6 persen. Induk Google Alphabet turun hampir lima persen dan mencapai level terendah baru 52 minggu.

“Penyebab utamanya adalah peringatan Snap dari Senin malam. Beberapa agak tidak percaya bahwa perusahaan media sosial yang realtif kecil dan tidak menguntungkan dapat menghapus penguatan, tetapi mengingat betapa sensitifnya, SNAP mampu meninju di atas bobotnya,” ujar Adam Crisafulli dari Vital Knowledge, dikutip dari CNBC, Rabu (25/5/2022).

Ia menambahkan, teknologi masih mendominasi pasar baik secara numerik (tetap menjadi bobot terbesar) dan psikologis. "Meskipun likuidasi agresif dalam beberapa bulan terakhir, orang masih memiliki banyak,” kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Saham Amazon juga merosot ke level terendah baru dalam 52 minggu. Saham Amazon turun 3,2 persen. Saham Apple turun 1,9 persen.

"Kami melihat semua platform iklan online merasakan beberapa dampak dari kemunduran konsumen yang signifikan. Iklan adalah siklus,” tulis Analis Morgan Stanley.

Indeks saham acuan berbalik arah pada perdagangan Selasa pekan ini setelah saham reli pada Senin, 23 Mei 2022. Hal ini karena indeks Dow Jones melonjak 618 poin atau hampir dua persen.

Indeks S&P 500 naik 1,9 persen. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen. Kenaikan singkat terjadi karena pasar terperosok dalam aksi jual tanpa henti dengan indeks Dow Jones turun selama delapan minggu berturut-turut.

Hedge fund manager Bill Ackman menuturkan, dengan inflasi yang tidak terkendali, kenaikan suku bunga agresif oleh the Federal Reserve adalah satu-satunya cara untuk menjinakkannya. Investor pada akhirnya akan menyukai langkah-langkah tersebut untuk menghindari keruntuhan ekonomi.

 

Saham Ritel dan Teknologi Tertekan

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

"Jika the Fed tidak melakukan tugasnya, pasar akan melakukan the Fed dan itulah yang terjadi sekarang,” ujar Ackman.

Ia menambahkan, satu-satunya cara untuk hentikan inflasi yang melonjak dengan pengetatan moneter yang agresif atau dengan keruntuhan ekonomi.

Indeks S&P 500 melemah 18,2 persen dari rekor tertingginya setelah turun lebih dari 20 persen pada posisi tertinggi. Sedangkan penurunan beruntun Dow Jones yang terpanjang sejak 1923.

Seiring dengan saham teknologi, aksi jual telah didorong oleh kerugian di sektor ritel menyusul laba dan prospek yang lemah dari Target dan Walmart pekan lalu. Investor mendapat lebih banyak berita buruk dari industri itu. Saham Abercrombie dan Fitch turun 28,6 persen setelah melaporkan biaya pengiriman dan produk bebani penjualan untuk kuartal pertama tahun fiskal.

Penutupan Wall Street pada 23 Mei 2022

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melesat pada perdagangan Senin, 23 Mei 2022 seiring investor melakukan aksi beli terhadap saham yang tertekan seperti bank. Hal ini terjadi setelah indeks Dow Jones Industrial Average alami koreksi dalam delapan minggu berturut-turut.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 618,34 poin atau hampir dua persen ke posisi 31.880,24. Indeks S&P 500 naik sekitar 1,9 persen ke posisi 3.973,75. Indeks S&P 500 terpangkas 20 persen dari posisi tertingginya. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen menjadi 11.535,28.

Analis mengingatkan penguatan wall street yang terjadi juga harus dilihat berapa lama ketiga indeks acuan itu dapat mempertahankan levelnya.

Investor telah berada di sini sebelumnya menyambut reli kecil selama gejolak pasar pada 2022. Meski demikian pelaku pasar juga bertanya-tanya kapan penguatan akan cukup kuat untuk membalikkan tren turun selama berbulan-bulan.

“Impuls ini telah gagal beberapa kali selama beberapa minggu terakhir. Secara teknikal lebih tinggi untuk kinerja positif yang berkelanjutan mengingat semua hambatan seperti pertumbuhan yang melambat, valuasi yang meningkat, kenaikan suku bunga dan ketakutan akan resesi,” kata Analis Baird Ross Mayfield, dilansir dari CNBC, Selasa (24/5/2022).

Sementara itu, Chief Investment MissionSquare Retirement, Wayne Wicker menuturkan, dengan begitu banyak saham turun signifikan pada 2022 tidak akan mengejutkan melihat penangguhan koreksi di wall street pada Senin, 23 Mei 2022.

“Namun, dengan tantangan yang diberikan terkait dengan inflasi, kenaikan suku bunga dan peristiwa geopolitik saat kita memasuki bulan musim panas, investor harus hadapi volatilitas lanjutan dalam waktu dekat,” ujar Wicker.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya