Liputan6.com, Jakarta - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana membagikan dividen tunai Rp 500 per lembar saham atas laba bersih perseroan untuk tahun buku 2021.
Direktur & Corporate Secretary Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Oey Marco menyampaikan, pembagian dividen ini tanpa memperhitungkan jumlah saham yang dikuasai perseroan karena pembelian kembali saham (treasury stock) oleh perseroan.
Baca Juga
Pada periode tersebut, perseroan memperoleh laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,79 triliun. Sisa laba bersih tahun berjalan tahun buku 2021 setelah pembagian dividen tunai tersebut akan dicatat sebagai bagian dari saldo laba ditahan yang belum ditentukan penggunaannya.
Advertisement
"Rencana tersebut telah mendapat persetujuan pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan 25 Mei lalu," kata dia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, (BEI), Sabtu (28/5/2022).
Berikut jadwal pembagian dividen tunai INTP:
Tanggal efektif: 25 Mei 2022
Tanggal cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 6 Juni 2022
Tanggal ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 7 Juni 2022
Tanggal cum dividen di pasar tunai: 8 Juni 2022
Tanggal ex dividen di pasar tunai: 9 Juni 2022
Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 8 Juni 2022 pukul 16.00
Tanggal pembayaran dividen: 24 Juni 2022
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belanja Modal 2022
Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menyiapkan belanja modal Rp 1 triliun pada 2022. Dana belanja modal tersebut untuk suistainability development. Anggaran belanja modal itu naik tipis dari periode 2020 sebesar Rp 947,1 miliar.
“Dana belanja modal Rp 1 triliun, dan kami tetap coba sekitar itu. Hal ini karena kita hadapi tekanan biaya energi lebih tinggi,” ujar Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya saat paparan publik secara virtual, Jumat (25/3/2022).
Christian menuturkan, sebagian dana belanja modal itu dipakai untuk sustainability development terutama berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Perseroan telah investasikan Rp 1 triliun untuk inverstasi keberlanjutan terkait lingkungan dalam lima tahun terakhir.
Salah satu langkah dilakukan dengan investasi untuk kurangi emisi debu. Pemerintah menentukan regulasi emisi debu 60mg/Nm3. Pada 2021, rata-rata emisi debu 21,9 mg/Nm3. Perseroan menargetkan emisi debu pada 2025 yaitu 10mg/Nm3,
“Kami ingin menjadi perusahaan lebih hijau. Tiap tahun investasi untuk kurangi emisi debu. Emisi debu turun signifikan," kata dia.
Selain itu, perseroan juga menekan emisi CO2 di fasilitas produksi. Christian menuturkan, emisi CO2 perseroan telah berkurang menjadi 606 kg CO2/ton semen pada 2021 dari 10 tahun sebelumnya 750.
Ia menambahkan, dana belanja modal juga akan digunakan untuk membeli kapal. “Pada 2021 beli kapal untuk membawa semen curah,” kata dia.
Perseroan pun menargetkan volume penjualan sekitar 4-5 persen pada 2022.
Advertisement
Biaya Energi Meningkat, Indocement Dongkrak Harga Jual Produk
Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menaikkan harga jual produk sekitar 6-8 persen mulai pertengahan Maret 2022. Hal ini dilakukan seiring kenaikan biaya energi.
Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya menuturkan, kenaikan biaya energi mulai dari harga batu bara hingga solar industri bebani pabrikan semen. Dengan demikian, sebagian beban biaya energi tersebut juga ditanggung kepada konsumen. Christian mengatakan, jika harga jual produk tidak dinaikkan akan membuat industri semen tidak sehat. Perseroan pun sebagai pemain utama menaikkan harga jual produk pertengahan Maret 2022.
"(Kenaikan-red) harga bervariasi. Harga jual dinaikkan 6-8 persen. Kenaikan harga jual ini baik untuk semen kantong dan curah. Kenapa naik?karena biaya energi kita sudah naik,” kata dia saat paparan publik Indocement Tunggal Prakarsa, ditulis Sabtu (26/3/2022).
Ia menambahkan, kenaikan harga jual 6-8 persen itu belum cukup untuk hadapi kenaikan biaya energi. Namun, Christian menuturkan, saat ini kondisi oversupply cukup sulit sehingga kenaikan harga jual 6-8 persen dapat diterima.
"Berkaitan dengan (batu bara) domestic market obligation (DMO) menanti, karena kenaikan 6-8 persen belum cukup,” ujar dia.
Selain itu, perseroan juga meningkatkan pemakaian alternatif bahan bakar seiring kenaikan harga energi. Christian menuturkan, pihaknya meningkatkan pemakaian bahan bakar alternatif dari 9,3 persen pada 2020 menjadi 12,2 persen pada 2022.
"Pada 2022 menaikkan 3-4 persen, hal ini tentu membuat kita bisa memitigasi kenaikan harga batu bara dampak terhadap biaya energi, mengendalikan biaya lebih baik,” kata dia.
Kinerja 2021
Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan kinerja beragam pada 2021. Hal ini seiring PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencatat pertumbuhan pendapatan tetapi laba bersih turun tipis.
PT Indocement Tbk meraup pendapatan Rp 14,77 triliun pada 2021. Pendapatan itu naik 4,14 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,18 triliun. Beban pokok pendapatan bertambah 6,3 persen menjadi Rp 9,64 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,07 triliun.
Dengan demikian, laba bruto naik 0,24 persen menjadi Rp 5,12 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 5,11 triliun. Beban usaha tercatat Rp 3,21 triliun pada 2021. Beban usaha itu naik 2,06 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,15 triliun.
Perseroan mencatat kenaikan pendapatan operasi lain menjadi Rp 163,32 miliar dan laba bersih entitas asosiasi naik menjadi Rp 24,19 miliar pada 2021.
Dengan kondisi tersebut, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 0,99 persen dari Rp 1,80 triliun pada 2020 menjadi Rp 1,78 triliun pada 2021. Dengan demikian, laba per saham dasar turun menjadi Rp 486,79 pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 490,69.
Total ekuitas turun 4,41 persen menjadi Rp 20,62 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 22,17 triliun. Total liabilitas naik 6,7 persen menjadi Rp 5,51 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,16 triliun.
Total aset merosot 4,41 persen menjadi Rp 26,13 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 27,34 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 6,14 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 7,69 triliun.
Advertisement