Bursa Saham Asia Tergelincir Usai Inflasi China Meningkat

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat, 10 Juni 2022 setelah rilis data inflasi China dan menanti inflasi AS.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 10 Jun 2022, 09:19 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2022, 09:19 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Jumat pagi (10/6/2022), seiring investor menantikan rilis data inflasi Mei dari China dan Amerika Serikat (AS).

Di daratan China, indeks Shanghai melemah 0,57 persen, dan indeks Shenzhen merosot 0,46 persen. Inflasi produsen China pada Mei 2022 menguat sesuai harapan. Indeks harga produsen China pada Mei 2022 naik 6,4 persen, dan ini sejalan dengan polling Reuters.

Sementara itu, inflasi konsumen China pada Mei 2022 juga menguat  sesuai harapan. Indeks harga konsumen melonjak 2,1 persen, ini di bawah polling Reuters di kisaran 2,2 persen. Demikian mengutip CNBC, Jumat pekan ini.

Indeks Hong Kong Hang Seng melemah 1,44 persen seiring saham Tencent turun 2,13 persen. Saham Alibaba jatuh hampir 3 persen pada perdagangan Jumat pagi setelah grup Ant Jack Ma dan regulator China menghentikan pembicaraan tentang hidupkan kembali pencatatan Ant. Saham Alibaba yang terdaftar di AS turun 8,13 persen pada Kamis pekan ini setelah pengumuman tersebut.

Indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,27 persen karena saham SoftBank Group turun 2,88 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,34 persen. Indeks S&P/ASX 200 di Australia turun 0,76 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,42 persen lebih rendah.

Semalam di Amerika Serikat, S&P 500 tergelincir 2,38 persen menjadi 4.017,82. Dow Jones Industrial Average jatuh 638,11 poin, atau 1,94 persen, menjadi 32.272,79. Nasdaq Composite yang berbasis teknologi turun 2,75% menjadi 11.754,23.

Indeks USD berada di 103,30 setelah baru-baru ini melintasi level 103. Yen Jepang diperdagangkan pada 134,37 per dolar, berjuang untuk pulih setelah melemah dari level di bawah 132 terhadap greenback awal pekan ini. Dolar Australia berada di 0,7098 menyusul penurunan baru-baru ini dari atas 0,714.

Harga minyak lebih rendah di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan internasional minyak mentah berjangka Brent turun 0,23 persen menjadi USD 122,79 per barel. Minyak mentah berjangka AS tergelincir 0,21 persen menjadi USD 121,26 per barel.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street Kamis 9 Juni 2022

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot tajam pada perdagangan Kamis, 9 Juni 2022. Koreksi wall street ini terjadi jelang laporan inflasi utama karena investor tentang keadaan ekonomi AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 638,11 poin atau 1,94 persen ke posisi 32.272,79. Indeks S&P 500 merosot 2,38 persen menjadi 4.017,82. Indeks Nasdaq tergelincir 2,75 persen ke posisi 11.754,23.

Sektor saham teknologi berjuang dengan saham Meta Platforms terperosok 6,4 persen dan Amazon turun lebih dari 4 persen. Saham Apple turun 3,6 persen. Saham kasino mencatat kinerja terburuk di indeks sektor saham S&P 500.

Saham Las Vegas Sands turun 5,6 persen dan Caesars Entertainment melemah 3,8 persen. Saham teknologi China membalikkan kenaikan baru-baru ini dan menyeret indeks Nasdaq dengan Pinduoduo merosot 9,6 persen.

Di sisi lain, saham Boeing mencatat kinerja buruk di Dow. Saham Boeing melemah lebih dari 4 persen. Koreksi saham terjadi menjelang laporan indeks harga konsumen Mei 2022 pada Jumat waktu setempat. Investor mencari petunjuk untuk melihat apakah inflasi telah mencapai puncaknya atau apakah the Federal Reserve perlu lebih agresif untuk menekan kenaikan harga.

“Fakta bahwa orang-orang telah benar-benar membicarakan laporan ini selama beberapa hari terakhir menggambarkan seberapa besar masalah inflasi bagi pasar selama enam bulan terakhir sejak ketua the Fed Powell pertama kali mulai mengambil pendekatan inflasi yang lebih hawkish,” tulis Bespoke Investment Group kepada klien mengutip laman CNBC, Jumat (10/6/2022).

Sebagian besar sesi perdagangan, laju saham sedikit lebih rendah sebelum aksi jual meningkat pada jam terakhir. Indeks Dow berada di bawha 32.700 sebelum jam 3 sore waktu setempat di New York, tetapi indeks turun lebih dari 400 poin. Indeks volatilitas Cboe sering disebut sebagai pengukur ketakutan wall street naik lebih dari dua poin menjadi ditutup di atas 26 untuk pertama kalinya bulan ini.

 

Investor Cermati Kesehatan Ekonomi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Investor telah menilai kesehatan ekonomi Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir, karena the Fed telah mulai menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi tanpa membawa ekonomi ke dalam resesi.

Di sisi lain, harga energi yang lebih tinggi dan gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan telah membuat inflasi tetap tinggi dalam beberapa bulan terakhir, sementara beberapa data ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang melambat dalam beberapa pekan terakhir.

“Sayangnya kita tidak akan mendapatkan banyak pandangan bersih pada ekonomi, apakah ekonomi AS atau tentu saja ekonomi global untuk beberapa waktu karena ada begitu banyak hal yang sulit diuraikan,” ujar Senior US Macro Strategist Truist Michale Skordeles.

Harga minyak turun sedikit pada Kamis, 9 Juni 2022, tetapi harga minyak mentah West Texas Intermediate masih bertahan di atas USD 120 per barel. Klaim pengganguran awal naik menjadi 229.000 pekan lalu lebih buruk dari perkiraan 210.000.

Indeks S&P 500 melemah lebih dari 16 persen dari rekor tertingginya, tetapi sebagian besar diperdagangkan sideways dalam beberapa pekan terakhir setelah memantul dari level terendah baru-baru ini pada Mei 2022. Indeks S&P 500 turun lebih dari dua persen pekan ini.

Prediksi Saham

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Senior Portfolio Manager Morgan Stanley Investment Management, Andrew Slimmon menuturkan, saham akan menguat pada 2022 tetapi berada dalam perjalanan yang bergejolak selama musim panas ke posisi terendah pada Mei 2022.

“Saya tidak melihat penurunan substansial di bawah ini karena saya yakin, meskipun harga minyak lebih tinggi dan harga pangan lebih tinggi, ekonomi akan mampu menahan goncangan yang dihadapi sekarang,” ujar dia.

Selain itu, saham tampaknya bergerak berlawanan dengan imbal hasil obligasi pada Kamis pekan ini setelah pembaruan dari bank sentral Eropa.

Bank sentral Eropa konfirmasi rencana menaikkan suku bunga pada Juli dan September 2022. Bank sentral Eropa juga menaikkan proyeksi inflasi pada 2022 menjadi 6,8 persen naik dari 5,1 persen sebelumnya dan menurunkan prospek pertumbuhannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya