Kinerja IHSG Jadi Nomor Satu di Asia, Sektor Saham Ini Penopangnya

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, kinerja IHSG saat menjadi nomor satu memang sangat baik.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 24 Agu 2022, 19:06 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 19:06 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di nomor satu di Asia. Analis menilai hal tersebut ditopang oleh sektor saham perbankan dan komoditas.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (24/8/2022), IHSG naik 9,32 persen year to date (ytd) ke posisi 7.194,71. Pada Rabu pekan ini, IHSG menguat 0,44 persen. IHSG pun berada di peringkat pertama di ASEAN dan Asia Pasifik.

Mayoritas sektor saham menghijau yang dipimpin sektor saham energi melonjak 63,21 persen secara year to date. Diikuti sektor saham industri dan sektor saham transportasi hingga logistik.

Investor asing membukukan aksi beli saham Rp 820,99 miliar. Sepanjang 2022, investor asing melakukan aksi beli saham bersih Rp 65,79 triliun.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, kinerja IHSG saat menjadi nomor satu memang sangat baik. Hal ini karena faktor fundamental Indonesia yang masih kuat serta didorong dengan kenaikan suku bunga, yang mana hal tersebut diharapkan oleh pelaku pasar.

"Saham sektor perbankan dan sektor komoditas masih menjadi penopang kinerja IHSG,” kata Abdul kepada Liputan6.com, Rabu, 24 Agustus 2022.

Sedangkan, aliran modal asing masih dapat mencatatkan aksi beli hingga akhir tahun. Hal ini dikarenakan faktor fundamental Indonesia yang masih kuat.

"Walaupun begitu ketidakpastian global masih menjadi bayang-bayang pergerakan IHSG, seperti kenaikan suku bunga The Fed, serta melambatnya pertumbuhan beberapa ekonomi negara besar,” ujar dia.

Abdul menegaskan, investor perlu mewaspadai sektor-sektor yang sudah mengalami kenaikan cukup tinggi.

"Investor bisa mencermati sektor-sektor yang masih undervalue, seperti sektor konstruksi dan properti,” kata dia.

Didukung Harga Komoditas

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengungkapkan, kinerja IHSG menjadi nomor satu di Asia karena Indonesia merupakan negara produsen komoditas.

"Hal ini wajar karena Indonesia adalah negara produsen komoditas dimana saat ini kenaikan harga komoditas pangan dan energi yang menjadi masalah utama negara-negara AS dan Eropa. Sedangkan, Indonesia justru diuntungkan dari tingginya harga komoditas tersebut, sehingga kenaikan ini ditopang oleh sektor energi, transportasi dan perindustrian,” kata Cheryl.

Cheryl menuturkan, dana asing berpotensi masih masuk ke Indonesia karena pemulihan ekonomi domestik yang terus berlanjut bisa meminimalisir berbagai risiko emiten, seperti inflasi dan kenaikan suku bunga.

"Pemerintah juga tanggap dengan mengambil langkah menaikan suku bunga acuan agar spread suku bunga BI dan AS tidak semakin jauh sehingga mencegah aliran dana asing keluar," ujar dia.

Cheryl menambahkan, di sisi lain, pasar modal Indonesia juga memiliki berbagai tantangan yaitu kenaikan harga BBM yang bisa menekan daya beli, tingginya harga komoditas impor, kebijakan moneter AS yang agresif, potensi resesi pada negara mitra dagang Indonesia. 

Meskipun demikian, pelaku pasar masih bisa mencermati saham antara lain BBCA, BBRI, BMRI, ITMG, HRUM, dan PTBA.

“Investor bisa cermati saham-saham yang diuntungkan seperti, perbankan dan sektor energi. Saham-saham nya BBCA, BBRI, BMRI, ITMG, HRUM, PTBA,” kata dia.

 

 

Kondisi yang Stabil

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak hanya itu, Analis PT Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova mengungkapkan, kinerja IHSG mencerminkan kondisi yang stabil dalam masa pemulihan pasca pandemi yang menerpa negara-negara di dunia dan gambaran tingkat kepercayaan investor yang tinggi.

"IHSG sangat ditopang oleh kinerja banyak emiten yang membaik setelah kondisi yang sulit di 2020, serta booming harga komoditas, sektor yang menopang diantaranya energi, keuangan dan consumer non cyclical yang mulai bangkit di awal tahun,” kata Ivan.

Meskipun demikian, Ivan mengatakan, yang berpotensi menjadi pemberat atau penghambat mulai dari kenaikan suku bunga, potensi naiknya harga BBM dan potensi lain yang dapat meningkatkan biaya operasional perseroan dalam jangka pendeknya tentu butuh adanya penyesuaian yang dapat memberi pengaruh terhadap kinerja emiten.

"Sejauh ini masih menarik untuk mencermati saham-saham energi di tengah kebutuhan yang tinggi dan kendala supply yang dapat terjadi bisa berpengaruh pada kenaikan harga komoditas," ujar dia.

 

Penutupan IHSG Rabu 24 Agustus 2022

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada perdagangan saham Rabu, 24 Agustus 2022. Mayoritas sektor saham menghijau yang dipimpin indeks sektor saham teknologi.

Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,44 persen ke posisi 7.194,70. Indeks saham LQ45 bertambah 0,35 persen ke posisi 1.026,60. Sebagian besar indeks acuan menghijau.  Pada Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.204,42 dan terendah 7.154,64.

Sebanyak 275 saham menguat dan 246 saham melemah. 177 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.194.572 kali dengan volume perdagangan 26,9 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.865.

Mayoritas sektor saham menghijau. Indeks sektor saham IDXtechno melonjak 2,33 persen, dan catat penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXenergy mendaki 0,84 persen, indeks sektor saham IDXindustry mendaki 0,77 persen, dan indeks sektor saham IDXproperty bertambah 0,34 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXfinance menanjak 0,17 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur naik 0,07 persen, dan indeks sektor saham IDXsiklikal menguat 0,09 persen.

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 24 Agustus 2022 setelah indeks Dow Jones dan S&P 500 melemah pada hari ketiga di wall street.

Bursa saham China tergelincir. Indeks Shenzhen susut 2,88 persen ke posisi terendah 12.096,39. Indeks Shanghai melemah 1,86 persen ke posisi 3.215,20. Indeks Hang Seng anjlok 1,07 persen. Indeks Hang Seng teknologi merosot 2,72 persen.

Saham perusahaan kendaraan listrik Xpeng anjlok lebih dari 12 persen. Indeks Jepang Nikkei merosot 0,49 persen ke posisi 28.313,47. Indeks Topix susut 0,22 persen ke posisi 1.967,18.

Indeks Australia ASX 200 menguat 0,52 persen ke posisi 6.998,1. Sementara itu, indeks Korea Selatan Kospi naik 0,5 persen ke posisi 2.447,45. Indeks Kosdaq bertambah 1,2 persen ke posisi 793,14.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya