Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk (TINS) menargetkan volume produksi bijih timah mencapai 35 ribu ton. Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Abdullah Umar optimistis perseroan dapat merealisasikan target tersebut, meski diakui realisasi hingga semester I 2022 cenderung turun.
"Kalau target masih sekitar 30—35 ribu ton bijih timah. Target ini naik dibanding realisasi tahun lalu," kata Abdullah kepada awak media di Jakarta, Jumat (2/9/2022).
Baca Juga
Produksi bijih timah perseroan tahun lalu yakni sebesar 24.670 ton. Turun dibanding realisasi tahun sebelumnya sebesar 39.757 ton. Sementara realisasi produksi bijih timah pada semester I 2021 tercatat sebesar 9.901 ton atau turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton.
Advertisement
Dari jumlah tersebut 39 persen atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah semester I 2022 turun sebesar 26 persen menjadi 8.805 Mton dari semester I 2021 sebesar 11.915 Mton.
"Walaupun semester I 2022 peoduksi masih sedikit, kita kejar di semster II. Hanya ya tadi, kita sedang tambah alat dan kemitraan,” imbuh dia.
Abdullah menuturkan, penurunan produksi perseroan ditengarai oleh beberapa hal. Salah satunya, lantaran harga timah tengah melambung, masyarakat banyak yang melakukan penambangan dengan ketentuan disparitas atau kompensasi.
"Kita kerja sama kemitraan dengan penambang lokal. Ada kompensasi ketika mereka menambang di tempat kia, tapi karena harga logam naik tinggi, ada peoduksi dari lokasi yang ditambang mereka tapi nggak masuk ke kita," ujar Abdullah.
Harga jual rerata logam timah pada paruh pertama 2022 mencaai USD 41.110 per Mton atau naik signifikan 48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 27.858 per Mton.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,08 triliun. Laba itu naik 300,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 270 miliar.
"Meningkatnya laba bersih didukung cantiknya performa harga jual logam timah selama periode semester I 2022, dengan rerata harga 41.110 USD/Mton. Membaiknya profitabilitas perseroan terlihat pula dari naiknya EBITDA sebesar 82 persen menjadi Rp 1,9 triliun dibanding semester I 2021 sebesar Rp 1 triliun," ungkap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani dalam keterangan resmi, Kamis, 1 September 2022.
Melansir laporan keuangan perseroan yang disampaikan kepada Bursa efek Indonesia (BEI), pendapatan PT Timah Tbk pada semester I 2022 tercatat sebesar Rp 7,48 triliun. Pendapatan itu naik 27,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,87 triliun.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 5,5 triliun dari Rp 4,74 triliun pada semester I 2021. Meski begitu, laba bruto masih tumbuh 75,01 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,13 triliun.
Pada periode yang sama, beban umum dan administrasi tercatat sebesar Rp 459,14 miliar, beban penjualan Rp 91,13 miliar, beban keuangan Rp 101,14 miliar. Kemudian pendapatan keuangan tercatat sebesar Rp 11,49 miliar, pendapatan lain-lain Rp 49,45 miliar, dan bagian atas laba bersih entitas asosiasi sebesar Rp 18,17 miliar.
Advertisement
Kinerja Perseroan
Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan berhasil mengantongi laba bersih periode berjalan sebesar Rp 1,08 triliun. Naik 300,63 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 270,09 miliar.
"Untuk menjaga pertumbuhan kinerja, TINS memacu kinerja anak usaha. Kontribusi anak usaha PT Timah Tbk yang semula hanya 5 persen‐10 persen, maka pada 2022 kontribusi tersebut diperkirakan meningkat menjadi 28 persen terhadap laba bersih perusahaan," ujar Fina.
Posisi nilai aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 14,4 triliun atau turun 2 persen dibandingkan akhir tahun lalu sebesar Rp 14,7 triliun. Posisi liabilitas sebesar Rp 7,3 triliun atau turun 13 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 8,4 triliun. Sedangkan posisi ekuitas naik 12 persen menjadi Rp 7,1 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 6,3 triliun.
Posisi kas dan setara kas perseroan naik 51 persen menjadi Rp 1,9 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,3 triliun. Pinjaman bank dan utang obligasi pada semester I 2022 turun signifikan menjadi Rp 3,6 triliun dari sebelumnya Rp 5,1 triliun.
Kinerja Produksi
Produksi bijih timah pada semester I 2022 tercatat sebesar 9.901 ton atau turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton.
Dari jumlah tersebut 39 persen atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah 6M22 turun sebesar 26 persen menjadi 8.805 Mton dibandingkan semester I 2021 sebesar 11.915 Mton.
Adapun penjualan logam timah tercatat sebesar 9.942 Mton atau turun sebesar 21 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar 12.523 Mton. Harga jual rerata logam timah pada semester I 2022 sebesar USD 41.110 per Mton atau naik signifikan 48 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar USD 27.858 per Mton.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 1 September 2022, saham TINS melemah 0,33 persen ke posisi Rp 1.490 per saham.
Saham TINS dibuka merosot 15 poin ke posisi Rp 1.480 per saham. Saham TINS berada di level tertinggi Rp 1.495 dan terendah Rp 1.470 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.352 kali dengan volume perdagangan 100.034 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,8 miliar.
Advertisement