4 Jurus Atur Keuangan Usai Kenaikan Harga BBM

Di tengah kenaikan harga BBM, investor perlu strategi keuangan yang tepat agar operasional rumah tangga tidak terganggu dan investasi untuk masa depan tetap berjalan lancar.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Sep 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga minyak dan komoditas utama dunia lainnya secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi  kenaikan biaya produksi dan jasa di beragam sektor, serta ikut meningkatkan angka inflasi

Biaya subsidi dan kompensasi yang terus membengkak dan menggerus APBN membuat pemerintah mengurangi subsidi BBM (dengan menaikkan harga BBM) di awal September lalu.

Di tengah kondisi ini, investor perlu strategi keuangan yang tepat agar operasional rumah tangga tidak terganggu dan investasi untuk masa depan tetap berjalan lancar.

Kali ini Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja akan berbagi strategi untuk para investor reksa dana. 

1.Kurangi pos pengeluaran rekreatif dan konsumtif

Dalam waktu singkat, kenaikan harga BBM bersubsidi akan berimbas pada keuangan rumah tangga, karena kenaikan biaya produksi dan logistik pada level produsen akan disalurkan ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga. 

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi pos pengeluaran yang bersifat rekreatif dan atau ‘masih bisa ditangguhkan’, misalnya jalan-jalan ke café atau mall.  Bagaimana pun, jika penghasilan tidak bisa ditambah, satu-satunya cara agar keuangan rumah tangga tetap sehat adalah dengan mengurangi pengeluaran pada pos yang tidak produktif.

 

Atur Ulang Arus Kas

Ilustrasi Investasi. Freepik
Ilustrasi Investasi. Freepik

“Kita perlu menurunkan gaya hidup tanpa perlu menurunkan kebutuhan hidup. Kita perlu makan tiga kali sehari, tapi tidak perlu selalu di restoran kan?,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (24/9/2022).

2.Atur ulang arus kas dan pengeluaran

Jangan pernah menggunakan pos dana darurat untuk kebutuhan rekreatif, atau untuk sekadar menjaga gaya hidup agar tetap sama seperti di era suku bunga rendah. Dana darurat, jika terpaksa, boleh dipakai untuk menutupi lonjakan biaya pengeluaran primer, seperti belanja makanan dan transportasi bulanan. 

Pada saat yang sama kita harus segera mulai membiasakan diri dengan mengatur ulang arus kas dari gaji/penghasilan dan juga mengatur ulang pengeluaran primer.

“Untuk sementara, ada dua hal yang bisa dilakukan, yaitu kurangi jumlah yang dibeli atau cari substitusi dengan harga lebih rendah, sehingga jumlah/volume tetap sama,” ujar dia.

Jangan Korbankan Masa Depan

(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

3.Jangan korbankan masa depan

Pada umumnya kegiatan investasi dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan di masa depan, seperti untuk dana kebutuhan di masa pensiun maupun dana pendidikan anak. 

Untuk pemenuhan kebutuhan jangka panjang tersebut perlu dihindari pengurangan pada pos investasi.  Ingat, pay yourself first; sisihkan sebagian dari penghasilan saat ini untuk diri kita di masa depan. 

“Kalau saat ini saja harga berbagai kebutuhan terasa mahal, apalagi di masa mendatang. Jadi, atur pengeluaran dan tetap sisihkan sebagian dari penghasilan saat ini untuk digunakan di masa depan,” kata dia.

4.Selalu manfaatkan peluang investasi

Berbeda dengan periode sebelumnya, kenaikan harga BBM bersubsidi kali ini tidak menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Saat wacana kenaikan BBM bersubsidi muncul, kebijakan ini justru disambut baik oleh para pelaku pasar. Hal ini terlihat dari aliran dana masuk milik investor asing selama Agustus lalu, setelah beberapa bulan terakhir mencatatkan arus keluar.

Di tengah dampak kenaikan BBM bersubsidi, rencana kenaikan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia, serta tekanan eksternal, pasar finansial Indonesia tetap stabil didukung oleh kondisi makro ekonomi yang suportif.

Diversifikasi Aset

Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)

Pasar saham masih memberikan peluang investasi yang menarik dalam jangka panjang.  Kondisi makro ekonomi Indonesia yang lebih solid disertai dengan pertumbuhan laba perusahaan yang diperkirakan tumbuh pada laju yang sehat diharapkan dapat mendorong pergerakan pasar saham, terutama ketika sentimen global sudah lebih membaik. Faktor siklikal terkait pemulihan ekonomi mendukung sentimen dan fundamental perusahaan yang lebih baik bagi pasar saham.

Sementara itu, pasar obligasi menunjukkan resiliensi di tengah berbagai tantangan.  Imbal hasil riil yang tinggi mampu menopang stabilitas pasar obligasi, bahkan ketika US Treasury kembali bergejolak.

Normalisasi suku bunga BI di tengah pengetatan global yang agresif mendukung pasar obligasi dan nilai tukar rupiah. Sentimen akan semakin positif ketika tingkat inflasi, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, sudah mencapai puncak.

“Diversifikasi aset menjadi strategi yang tepat bagi para investor dalam merealisasikan berbagai tujuan keuangan di masa depan.  Porsi mana yang lebih besar, apakah di saham atau di obligasi atau di pasar uang, akan sangat tergantung pada profil risiko dan target waktu pemanfaatan dananya,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya