Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Oktober 2022 diperkirakan masih tertekan. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina menerangkan, meningkatnya kekhawatiran akan resesi global, seiring inflasi yang tetap tinggi dan kebijakan pengetatan likuiditas oleh bank sentral, akan membuat bursa global termasuk IHSG cenderung tertekan.
Merujuk pada kondisi itu, Marta menilai saham emiten yang bersifat defensif menarik untuk dikoleksi. Bersamaan dengan itu, bisa dikombinasikan dengan emiten dari sektor yang masih positif pertumbuhannya. Martha masih merekomendasikan tiga sektor emiten utama, yakni keuangan, energi, dan industri. Selain itu, Ia pun menyerahkan emiten yang bersifat defensif.
Baca Juga
"Untuk pembentukan portofolio ini melalui yang lebih stabil, seimbang kita perlu ada saham-saham yang sifatnya defensif," kata dia dalam Media Day edisi Oktober 2022, Selasa (4/10/2022).
Advertisement
Sektor keuangan
Sektor ini menjadi jagoan lantaran merujuk pada potensi pertumbuhan kredit yang masih tinggi. Ini diiringi dengan kondisi likuiditas perbankan yang masih melimpah, meskipun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) melambat.
Adapun untuk sektor keuangan, Mirae Asset merekomendasikan empat saham bank terbesar di Indonesia, yakni Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI). Keempat saham ini dipilih dengan melihat realisasi kinerja dan prospek ke depan yang positif.
Dalam paparannya, Martha mematok target price (TP) Rp 9.000 untuk BBCA, kemudian TP Rp 6.100 untuk BBRI, TP Rp 11.000 untuk BMRI, dan TP Rp 10.900 untuk BBNI.
“Sentimen positif bagi industri keuangan akan datang dari hasil rilis kinerja kuartal III-2022 perbankan. Sebagaimana diketahui, emiten dari industri perbankan biasanya mengawali musim rilis kinerja,” imbuh dia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Sektor Energi hingga Emiten Defensif
Sektor energi Sektor ini dinilai menarik lantaran sentimen kenaikan harga berbagai jenis komoditas energi masih berlangsung. Bersamaan dengan itu, terjadi kenaikan permintaan komoditas energi jelang musim dingin. Martha mencatat, harga batu bara acuan September naik ke USD 319,2 per ton.
"Memasuki musim dingin ada potensi lonjakan permintaan batu bara dari China, India, Korea Selatan, dan Eropa," kata dia.
Saham-saham yang menarik dari sektor ini, antara lain PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan TP Rp 4.500, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan TP Rp 34.900, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan TP Rp 2.100, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan TP Rp 4.500m, dan PT Indika Energy Tbk (INDY).
Sektor industri
Untuk sektor ini, Mirae Asset merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII), merujuk pada hasil penjualan mobil yang mengalami pertumbuhan signifikan. Penjualan mobil Astra sepanjang delapan bulan pertama tahun ini mencapai 357.000 unit, naik 24 persen yoy. Investor juga bisa mempertimbangkan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan TP Rp 39.800. Saham ini direkomendasikan oleh Mirae Asset lantaran terdapat potensi permintaan alat berat yang masih tinggi.
Emiten Defensif
Sebagai penyeimbang, investor disarankan menyertakan emiten yang bersifat defensif, seperti PT Unilever Indonesia (UNVR). Emiten ini disebut menawarkan potensi margin keuntungan lebih besar, seiring dengan pelemahan harga CPO ke level terendah sejak Oktober 2022.
Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga menarik dicermati. Perusahaan mendapatkan sentimen positif dari rencana IPO bisnis data center dan penyesuaian tarif yang akan mendongkrak marjin keuntungan.
Advertisement
IHSG Bakal Loyo pada Oktober 2022, Ini Sentimen Pendorongnya
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Oktober diperkirakan dalam tren turun. Senior Investment Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menyebutkan, IHSG Oktober diperkirakan bergerak melemah dengan support di level 6.904, potensi penguatan masih terbatas, dengan resistance di level 7.228.
Dalam range yang lebih besar support–resistance IHSG berada di level 6.676–7.372. Meningkatnya kekhawatiran akan resesi global, seiring inflasi yang tetap tinggi dan kebijakan pengetatan likuiditas oleh bank sentral, akan membuat bursa global termasuk IHSG cenderung tertekan.
"Kita lihat secara global ini ancaman untuk resesi semakin meningkat ini membuat tidak heran indeks kita yang performancenya salah satu paling baik justru akan dilakukan net sell," kata Martha dalam Mirae Asset Sekuritas Media Day edisi Oktober, Selasa (4/10/2022).
Faktor Penggerak
Martha memaparkan sejumlah faktor penggerak IHSG Oktober antara lain data ekonomi domestik dan global, kebijakan moneter bank sentral, laporan keuangan kuartal III 2022 dan pergerakan harga komoditas.
"Karena ini Oktober, kita akan memasuki musim laporan keuangan di minggu ketiga dan keempat, dan itu jadi sentimen yang positif untuk kita," imbuh Martha.
Pada kesempatan yang sama, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyebutkan IHSG berpotensi parkir di posisi 7.400 hingga akhir tahun. Alasannya, Indonesia dinilai sebagai salah satu negara yang dapat berkah dari krisis komoditas karena memiliki persediaan yang melimpah.
"IHSG pada akhir tahun 2022 target di level 7.400. Katalis general, Indonesia merupakan negara yang dapatkan benefit dari kenaikan harga komoditas. Saat negara lain alami krisis energi dan komoditas, Indonesia tidak,” kata dia.
Advertisement