Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Selasa, (1/11/2022). Koreksi IHSG terjadi seiring mayoritas sektor saham yang tertekan dan di tengah rilis data inflasi Oktober 2022.
Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,65 persen ke posisi 7.052,65. Indeks LQ45 merosot 0,76 persen ke posisi 1.006,39. Seluruh indeks acuan tertekan. Pada Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.128,13 dan terendah 7.044,94. Sebanyak 326 saham melemah sehingga menekan IHSG. 188 saham menguat dan 178 saham diam di tempat.
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan 814.608 kali dengan volume perdagangan 13,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 7,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.641.
Advertisement
Mayoritas sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXbasic menguat 0,48 persen. Diikuti indeks sektor saham IDXsiklikal bertambah 1,03 persen dan indeks sektor saham IDXtechno menanjak 0,78 persen.
Sementara itu, indeks sektor saham IDXenergy merosot 1,67 persen, dan pimpin koreksi. Indeks sektor saham IDXindustry melemah 0,86 persen, indeks sektor saham IDXnonsiklikal susut 1,26 persen, indeks sektor saham IDXhealth tergelincir 0,65 persen.
Selain itu, indeks sektor saham IDXfinance terpangkas 1,14 persen, indeks sektor saham IDXproperty melemah 0,09 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur merosot 0,59 persen dan indeks sektor saham IDXtransportasi tergelincir 0,82 persen.
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat. Indeks Hang Seng melesat 3,81 persen, indeks Korea Selatan Kospi menanjak 1,43 persen, indeks Jepang Nikkei bertambah 0,27 persen, indeks Thailand mendaki 0,40 persen. Selain itu, indeks Shanghai menguat 1,17 persen, indeks Singapura naik 0,93 persen dan indeks Taiwan menanjak 0,49 persen.
Top Gainers-Losers 1 November 2022
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
-Saham SPMA melambung 25 persen
-Saham CLAY melambung 24,50 persen
-Saham IPCC melambung 15,53 persen
-Saham POLA melambung 13,33 persen
-Saham SHIP melambung 11,35 persen
Â
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
-Saham MPOW melemah 7 persen
-Saham INDR melemah 6,99 persen
-Saham KINO melemah 6,94 persen
-Saham DEWI melemah 6,92 persen
-Saham KRAS melemah 6,91 persen
Â
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
-Saham BBCA senilai Rp 549,5 miliar
-Saham BBRI senilai Rp 492,3 miliar
-Saham BUMI senilai Rp 359,1 miliar
-Saham UNVR senilai Rp 276,6 miliar
-Saham ADRO senilai Rp 272,4 miliar
Â
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
-Saham BIMA tercatat 31.694 kali
-Saham IPCM tercatat 27.338 kali
-Saham UNVR tercatat 21.306 kali
-Saham ADRO tercatat 16.289 kali
-Saham APLN tercatat 12.693 kali
Advertisement
Inflasi Oktober 2022
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Oktober 2022 mencapai 5,71 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Itu melemah dibanding laju inflasi per September 2022 lalu, yang tembus 5,95 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, berdasarkan pantauannya dan tim di 90 kota, laju inflasi Oktober 2022 memang terlihat mulai melemah.
"Pada Oktober 2022, terjadi inflasi sebesar 5,71 persen. Kalau dibandingkan tahun lalu atau YoY, dimana terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,66 pada Oktober 2021, menjadi 112,75 pada Oktober 2022," jelasnya, Selasa (1/11/2022).
Sektor transportasi jadi penyumbang terbesar, dimana inflasinya mencapai 16,03 persen dengan andil 1,92 persen.
Diikuti makanan, minuman dan tembakau dengan angka inflasi 6,76 persen dan andil 1,72 persen, lalu perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan laju inflasi 5,41 persen, dan andil 0,34 persen.
Setianto mengatakan, inflasi sektoral tersebut tidak lepas dari kenaikan harga BBM yang terjadi sejak periode awal September 2022, meskipun beberapa produk seperti Pertamax turun harga di Oktober 2022.
"Penyumbang inflasi tertinggi secara YoY, beberapa komoditas seperti bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, Solar, termasuk tarif angkutan antar kota, tarif kendaraan online dan rumah tangga, ini merupakan komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara year on year," tuturnya.
Â