Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,57 persen ke posisi 6.857 pada 20-24 Februari 2023. IHSG merosot didorong sektor saham teknologi dan keuangan yang lesu.
Sektor saham teknologi turun 2,93 persen dan keuangan merosot 1,59 persen. Selain itu, pada pekan ini sejumlah data ekonomi dari beberapa negara diumumkan, yang menunjukkan mayoritas ada sinyal pemulihan ekonomi. Data ekonomi tersebut termasuk Purchasing Manufacturing Index (PMI) Amerika Serikat yang tinggi, inflasi yang rendah di Kanada. Ditambah kepercayaan konsumen meningkat di Kanada. Di sisi lain, Jepang mencatat inflasi tertinggi sejak Desember 1981.
Baca Juga
Dengan data ekonomi yang menunjukkan pemulihan, apa yang diharapkan dari suku bunga?
Berdasarkan pada pertemuan FOMC terakhir, suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) naik 25 basis poin, meski ada pendapat menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin.
Advertisement
Bagaimanapun, pembuat kebijakan sepakat kenaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan sampai ada cukup data untuk diberikan keyakinan kalau jalur inflasi berada di jalur yang ditargetkan 2 persen. Hal itu diperlukan kenaikan suku bunga 50 basis poin dalam pertemuan FOMC berikutnya, jika tidak mungkin kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin sebanyak tiga kali.
"Memperhitungkan faktor-faktor ini, tingkat bunga Amerika Serikat saat ini adalah diperkirakan mencapai puncaknya sekitar 5,25 persen-5,5 persen. Namun, itu mengikuti keputusan FOMC tergantung pada selanjutnya data inflasi serta indikator makro ekonomi lainnya,” demikian mengutip dari Ashmore Asset Management Indonesia.
Dengan suku bunga tinggi mempertahankan imbal hasil obligasi tetap tinggi terutama obligasi Amerika Serikat dan obligasi pemerintah Indonesia berdenominasi dolar Amerika Serikat. Pada 2023, imbal hasil obligasi bertenor dua tahun naik menjadi 4,7 persen dan imbal hasil obligasi Indonesia bertenor dua tahun naik menjadi 5,1 persen.
“Kami merekomendasikan tetap investasi dalam instrumen obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat,” tulis Ashmore.
Kinerja IHSG Sepekan pada 20-24 Februari 2023
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan saham 20-24 Februari 2023. Koreksi IHSG yang terjadi dipengaruhi sentimen eksternal terutama kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (25/2/2023), IHSG merosot 0,57 persen ke posisi 6.856,57 dari 6.895,71. Kapitalisasi bursa turun terbatas 0,01 persen selama sepekan. Kapitalisasi pasar bursa merosot Rp 1,2 triliun menjadi Rp 9.501,89 triliun dari pekan lalu Rp 9.503,09 triliun.
Rata-rata nilai transaksi harian bursa terpangkas 2,43 persen menjadi Rp 8,87 triliun dari Rp 9,09 triliun pada sepekan sebelumnya. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa tergelincir 6,72 persen menjadi 1.004.732 dari 1.077.079 transaksi pada pekan lalu. Volume transaksi harian bursa turun 20,18 persen menjadi 16,09 miliar saham dari 20,16 miliar saham pada pekan lalu.
Investor asing mencatatkan aksi beli Rp 77,13 miliar pada Jumat, 25 Februari 2023. Selama sepekan, investor asing melakukan aksi beli saham Rp 303,21 miliar. Sepanjang 2023, investor asing mencatat nilai bersih Rp 162,76 miliar.
Sentimen The Fed Bayangi IHSG Sepekan
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan pasar masih dipengaruhi sentimen global. Perhatian investor, menurut Herditya masih tertuju pada the Fed atas sikap hawkish terhadap kebijakan moneternya.
“The Fed nampaknya masih akan mempertahankan kenaikan suku bunganya untuk menurunkan inflasi hingga target yang ingin dicapai yakni 2 persen,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Sedangkan dari sentimen internal, menurut Herditya tidak terlalu banyak. Pergerakan IHSG masih dipengaruhi sentimen luar negeri dan harga komoditas.
Untuk pekan depan, Herditya memperkirakan, sentimen the Fed masih mempengaruhi pasar. Pada pekan depan akan ada rilis inflasi Indonesia. "Untuk pergerakan IHSG masih berpeluang menguat terbatas dengan support 6.781 dan resist 6.923,” kata dia.
Advertisement
Pencatatan Saham dan Obligasi
Pada pekan ini, BEI mencatatkan obligasi dan saham baru dari dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada Kamis, 23 Februari 2023, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) menerbitkan obligasi berkelanjutan VI Sarana Multigriya Finansial tahap IV tahun 2023 yang resmi dicatatkan di BEI senilai Rp 2 triliun berjangka waktu lima tahun.
Adapun hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk obligasi adalah idAAA PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini.
Dengan demikian, total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang 2023 adalah 12 emisi dari 11 emiten senilai Rp 12,48 triliun. Hingga kini, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 516 emisi dengan nilai nominal outstading Rp 455,03 triliun dan USD 47,5 juta, diterbitkan 126 emiten.
Di sisi lain, surat berharga negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 189 seri dengan nilai nominal Rp 5.425,54 triliun dan USD 452,11 juta. Efek beragun aset (EBA) sebanyak delapan emisi Rp 3,3 triliun.
Pada Jumat, 24 Februari 2023, pembukaan perdagangan BEI dibuka dengan pencatatan perdana saham dari anak usaha PT Pertamina (Persero), yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang sahamnya dicatatkan pada Papan Utama BEI. PGEO menjadi perusahaan tercatat ke-19 di BEI pada tahun 2023. PGEO bergerak pada sektor Infrastructures dengan subsektor Utilities. PGEO bergerak pada industri dan subindustri adalah Electric Utilities. Pada acara seremoni pencatatan perdana saham PGEO, turut dihadiri oleh Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury