Wall Street Tergelincir Terseret Penjualan Ritel AS, Indeks Dow Jones Alami Koreksi Terbesar

Wall street merosot pada perdagangan saham, Jumat, 14 April 2023. Indeks Dow Jones terpangkas 0,42 persen di tengah rilis laporan laba perusahaan dan penjualan ritel merosot.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Apr 2023, 06:39 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2023, 06:39 WIB
Wall Street Melemah pada Jumat 14 April 2023
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 14 April 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham, Jumat, 14 April 2023. Akan tetapi, selama sepekan, wall street membukukan kinerja positif karena investor menilai laporan penjualan ritel yang lemah merusak antusiasme di tengah rilis laporan laba perusahaan yang lebih kuat.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (15/4/2023), indeks Dow Jones melemah 143,22 poin atau sekitar 0,42 persen menjadi 33.886,47. Indeks S&P 500 susut 0,21 persen menjadi 4.137,64. Indeks Nasdaq tergelincir 0,35 persen ke posisi 12.123,47.

Indeks Dow Jones membukukan kinerja mingguan positif selama empat minggu berturut-turut dengan naik 1,2 persen. Sementara itu, indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kinerja mingguan positif dalam empat minggu. Indeks S&P 500 naik 0,79 persen dan indeks Nasdaq menanjak 0,29 persen.

Penjualan ritel pada Maret menunjukkan belanja konsumen turun dua kali lipat dari yang diharapkan. Penjualan ritel merosot 1 persen bulan lalu, lebih dari penurunan 0,5 persen yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei Dow Jones karena konsumen membayar lebih sedikit untuk bahan bakar.

“Penjualan ritel datang lebih lemah dari yang diharapkan, tetapi banyak kesalahan terkait dengan harga bahan bakar yang lebih rendah yang semuanya dianggap sama adalah sedikit positif untuk pengeluaran,” ujar Chief Investment Officer Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli.

Ia menambahkan, inflasi telah turun karena harga gas merosot, tetapi hal itu bisa berbalik dalam sekejap yang akan mendorong angka yang lebih tinggi.

"Yang lebih memprihatinkan adalah harga inti (yang tidak termasuk harga makanan dan gas) sangat tinggi, dan di mana kami percaya risiko untuk tingkat yang lebih tinggi terletak lebih lama,” ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Saham Bank Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Data penjualan ritel yang mengecewakan mengimbangi kegembiraan seputar laba perusahaan yang kuat. JPMorgan Chase melaporkan rekor pendapatan yang mengalahkan harapan analis. Saham JPMorgan Chase naik lebih dari 7 persen.

Sementara itu, saham Wells Fargo sempat naik 2,1 persen setelah bank melaporkan keuntungan yang meningkat sebelum ditutup mendatat. Ini adalah rilis laba bank pertama sejak runtuh Sillicon Valley Bank dan Signature Bank pada bulan lalu.

Di sisi lain, UnitedHealth yang memiliki bobot terbesar di Dow Jones, turun 2,7 persen setelah apa yang digambarkan Mizuho sebagai peningkatan dan kenaikan sederhana. Tindakan itu dilakukan setelah UnitedHealth mengatakan habiskan lebih banyak untuk diabetes baru dan obat penurun berat badan dari Novo Nordisk dan Eli Lily.

Sedangkan Boeing ditutup lebih rendah dari 5 persen. Pada Kamis, 13 April 2023, produsen pesawat memperingatkan penundaan pengiriman untuk beberapa pesawat 737 Max miliknya.

Harapan untuk musim laba ini suram. Analis yang disurvei oleh Refinitif memperkirakan laba S&P 500 turun lebih dari 5 persen pada kuartal I 2023. Prediksi itu muncul karena perusahaan hadapi inflasi yang terus menerus tinggi dan tingkat suku bunga tinggi.

 

 


Data Ekonomi AS Jadi Perhatian

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

“Dugaan saya adalah dengan ekspektasi konsensus untuk S&P 500 untuk menunjukkan laba turun sekitar 5 persen, itu mungkin melebih-lebihkan apa yang sebenarnya kami temukan,” kata Chief Market Strategist B.Riley Financial Art Hogan.

“Saya pikir apa yang akan menjadi sangat penting adalah jenis panduan yang kita dapatkan, dan seberapa yakin perusahaan akan memimpin selama tiga kuartal berikutnya dalam hadapi kemungkinan ekonomi yang lebih lambat,” ujar dia.

Investor juga menilai dua laporan pekan ini yang menunjukkan inflasi melandai. Indeks harga produsen pada Maret, ukuran harga yang dibayarkan oleh perusahaan susut 0,5 persen dari bulan sebelumnya bahkan saat ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi harga akan tetap sama.

Tidak termasuk makanan dan energi, indeks turun 0,1 persen dari bulan sebelumnya, sementara ekonom prediksi kenaikan 0,2 persen dari bulan ke bulan.

PPI yang dianggap sebagai indikator utama inflasi konsumen mendukung tren penurunan inflasi yang terlihat dalam laporan indeks harga konsumen pada Maret 2023 yang dirilis Rabu pekan ini. Harga konsumen tumbuh 5 persen setiap tahun yang merupakan kenaikan terkecil dari tahun ke tahun dalam hampir dua tahun.


Penutupan Wall Street 13 April 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada perdagangan saham Kamis, 13 April 2023. Wall street menguat seiring investor menyambut baik laporan yang menunjukkan inflasi AS yang mendingin.

Dikutip dari CNBC, Jumat (14/4/2023), indeks S&P 500 naik 1,33 persen menjadi 4.146,22, yang merupakan penutupan tertinggi sejak Februari 2023. Indeks Nasdaq bertambah 1,99 persen menjadi 12.166,27. Indeks Dow Jones menguat 383,19 poin atau 1,14 persen ke posisi 34.029,69.

Indeks harga produsen pada Maret, ukuran harga yang dibayarkan oleh perusahaan dan sering kali menjadi indikator utama inflasi konsumen turun 0,5 persen secara month over month dibandingkan harapan ekonom untuk harga menjadi datar. Ini tidak termasuk makanan dan energi, pembacaan harga grosir inti melemah 0,1 persen month over month, lebih baik dari kenaikan 0,2 persen yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei Dow Jones.

Data PPI konfirmasi tren pelonggaran inflasi dari laporan indeks harga konsumen pada Maret yang naik hanya 0,1 persen dari bulan ke bulan. Harga konsumen tumbuh 5 persen secara tahunan, kenaikan terkecil dalam hampir dua tahun.

Saham-saham teknologi yang termasuk yang paling terpukul selama periode kenaikan inflasi dan suku bunga melonjak pada perdagangan Kamis pekan ini, Baik sektor layanan komunikasi dan teknologi informasi termasuk di antara pemenang yang menonjol di indeks S&P 500.

Saham teknologi kapitalisasi besar menguat dengan saham Amazon naik 4,7 persen. Saham induk usaha Google, Alphabet dan Meta masing-masing naik 2,7 persen dan 3 persen. Saham Tesla juga melonjak hampir 3 persen.

“Pasar sedikit siap untuk berpotensi naik seiring berita yang positif.  Dalam hal ini, angka PPI sedikit lebih baik dari yang diharapkan,” ujar Rhys Williams dari Spouting Rock Asset Management dikutip dari CNBC.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya