Dana Kelolaan Reksa Dana Anjlok di Tengah Kenaikan Jumlah Investor

Jumlah investor pasar modal melanjutkan tren pertumbuhan pada 2023. Dari industri reksa dana, investor tumbuh 4,69 persen hingga Maret 2023.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Apr 2023, 09:39 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2023, 09:39 WIB
Investor Reksa Dana Tumbuh Jadi 10,05 Juta hingga Maret 2023
Hingga Maret 2023, investor reksa dana tumbuh 4,69 persen ytd menjadi sebanyak 10,05 juta investor. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah investor pasar modal melanjutkan tren pertumbuhan pada 2023. Meski tak sekencang pertumbuhan yang tercatat selama pandemi Covid-19, investor pasar modal secara keseluruhan masih tumbuh 4,36 persen hingga Maret 2023 mencapai 10,76 juta SID.

Sebagai perbandingan, terjadi kenaikan investor pasar modal sebesar 92,99 persen pada 2021 mencapai 7,48 juta SID dari 3,88 juta SID pada tahun sebelumnya. Berlanjut pada 2022 dengan kenaikan 37,68 persen mencapai 10,31 juta SID. Hal serupa juga terjadi pada investor reksa dana.

Hingga Maret 2023, investor reksa dana tumbuh 4,69 persen ytd menjadi sebanyak 10,05 juta investor. Sebagai perbandingan, pada 2021 terjadi kenaikan 115,41 persen pada investor reksa dana mencapai 8,84 juta investor dari sebelumnya 3,17 juta investor pada 2021.

Hal itu masih berlanjut pada 2022 dengan kenaikan 40,41 persen menjadi sebanyak 9,6 juta investor. Sayangnya, kenaikan jumlah investor ini tak sejalan dengan dana kelolaan reksa dana yang makin turun. Melansir data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), nilai aset reksa dana dalam pengelolaan turun 0,41 persen ytd atau tercatat sebesar Rp 794,01 triliun per Maret 2023 dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 797,31 triliun.

Adapun dana kelolaan tahun lalu juga turun 3,56 persen dibandingkan 2021 yang tercatat sebesar Rp 826,7 triliun. Bukan hanya dari sisi dana kelolaan, jumah produk investasi yang ditawarkan rupanya juga mengalami penyusutan.

Pada 2019, tercatat sebanyak 2.636 produk investasi reksa dana. Angka itu turun menjadi 2.544 produk investasi pada 2020. Kembali turun menjadi 2.407 pada 2021, dan sempat naik tipis menjadi 2.413 produk pada 2022. Sayangnya, hingga Maret 2023, jumlah produk investasi kembali turun menjadi 2.332 produk.

 

 

NAB Reksa Dana Sentuh Rp 505,69 Triliun, Merosot 12,58 Persen pada 2022

(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana mencapai Rp 505,69 triliun per 28 Desember 2022.

Total dana kelolaan tersebut turun 12,58 persen dari periode 2021 sebesar Rp 578,44 triliun. NAB reksa dana turun juga diikuti produk reksa dana susut 2,5 persen menjadi 2.143 produk hingga 28 Desember 2022 dari periode 2021 yang mencapai 2.198 produk.

“Kinerja reksa dana masih mengalami tekanan yang disebabkan beberapa faktor antara lain terkait kebijakan shifting unit link ke instrument keuangan lain di luar reksa dana,” demikian mengutip dari laman OJK, Minggu (1/1/2023).

Adapun per 29 Desember 2022, IHSG telah berada di posisi 6.860,08 poin atau berhasil tumbuh sebesar 4,23 persen secara year-to-date. Seiring dengan pertumbuhan IHSG tersebut, kapitalisasi pasar juga tumbuh sebesar 15,18 persen secara year-to-date yaitu sebesar Rp9.509 triliun.

IHSG juga menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 7.318,01 poin, tepatnya pada 13 September 2022. Demikian halnya dengan kapitalisasi pasar yang mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah pada tanggal 27 Desember 2022 sebesar Rp9.600 triliun.

Seiring dengan telah pulihnya kembali aktivitas perekonomian domestik, aktivitas penghimpunan dana melalui pasar modal terus meningkat.

 

Penghimpunan Dana di Pasar Modal

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Per 29 Desember 2022, OJK telah mengeluarkan surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 224 penawaran umum yang terdiri dari 57 Penawaran Umum Perdana Saham, 44 penawaran umum Terbatas, 123 penawaran umum efek bersifat utang dan/atau sukuk dengan total nilai hasil Penawaran Umum sebesar Rp266,41 triliun.

Dari sisi demand, OJK mencatat pertumbuhan jumlah investor ritel di Indonesia juga sangat pesat, terbukti saat ini jumlah investor ritel mencapai 10,30 juta SID atau meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Sejak tahun 2020, OJK melihat pertumbuhan jumlah investor Pasar Modal lebih dari 2,5 juta SID setiap tahunnya.

Selanjutnya penghimpunan dana melalui securities crowdfunding (SCF) untuk mendukung pengembangan UMKM juga terus mengalami pertumbuhan dengan telah berhasil dimanfaatkan oleh 334 pelaku UMKM dengan total penghimpunan dana sebesar Rp713,29 miliar dari 13 platform Penyelenggara SCF.

 

Aturan Pasar Modal

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sepanjang 2022, OJK terus meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas pengaturan, perizinan, pengawasan, penegakan hukum, dan upaya perlindungan investor di pasar modal. 

Hingga 30 Desember 2022, OJK telah menerbitkan 7 Peraturan OJK dan 12 Surat Edaran OJK serta menerbitkan izin dan/atau pendaftaran sebanyak 14.374.

Peraturan itu terdiri dari 8 izin pelaku bidang pengelolaan investasi, 2.999 produk pengelolaan investasi Pasar Modal, perpanjangan izin wakil dan izin baru sebanyak 11.083, izin lembaga dan profesi penunjang Pasar Modal sebanyak 216, 63 Emiten baru, dan 6 Penyelenggara SCF. 

Sementara itu, dari sisi pengawasan dan penegakan hukum, OJK telah melakukan 217 tindakan pengawasan dalam bentuk pemeriksaan teknis dan pemeriksaan kepatuhan yang diikuti dengan penyelesaian 54 pemeriksaan dari 162 kasus di bidang Pengelolaan Investasi, Transaksi dan perdagangan Saham, Lembaga Efek, Emiten dan Perusahaan Publik, serta Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal.

Sebagai tindak lanjut dari pengawasan yang telah dilakukan, OJK telah menetapkan 1.057 surat sanksi yang terdiri dari 1 sanksi pembatalan STTD Profesi, 3 sanksi pencabutan izin, 13 sanksi pembekuan izin.

Kemudian 89 sanksi peringatan tertulis, dan 951 sanksi administratif berupa denda dengan jumlah denda seluruhnya sebesar Rp151,09 miliar. Selain itu, OJK juga menerbitkan 19 Perintah Tertulis untuk melakukan tindakan tertentu sebagai upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

Sebagai upaya dalam memberikan perlindungan investor, OJK juga telah menyelesaikan 29 kasus penanganan pengaduan dari 46 kasus yang disampaikan kepada OJK seraya terus melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi yang hingga saat ini tercatat sebanyak 202 kegiatan sosialisasi terkait pengetahuan dan kebijakan Pasar Modal, 16 Sosialisasi terkait Sistem Informasi, serta 5 Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu di 5 wilayah.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya