Wall Street Kompak Tertekan Imbas Kekhawatiran Kinerja Keuangan Perusahaan

Wall street kompak tertekan pada perdagangan Selasa, 25 April 2023 dengan indeks Nasdaq catat penurunan terbesar. Koreksi wall street juga tersengat sentimen rilis laporan keuangan First Republic.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Apr 2023, 06:36 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2023, 06:32 WIB
Wall Street Kompak Merosot pada Selasa 25 April 2023
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street kompak melemah pada perdagangan Selasa, 25 April 2023. Indeks Nasdaq alami koreksi terbesar. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Selasa, 25 April 2023. Wall street tergelincir usai First Republic Bank merilis laba yang menghidupkan kembali kekhawatiran tentang sektor yang lebih luas.

Dikutip dari CNBC, Rabu (26/4/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones susut 344,57 poin atau 1,02 persen ke posisi 33.530,83. Indeks S&P 500 merosot 1,58 persen ke posisi 4.071,63. Indeks Nasdaq terpangkas 1,98 persen menjadi 11.799,16.

Saham First Republic Bank anjlok lebih dari 49 persen di wall street setelah bank regional membukukan hasil kuartalan terbarunya pada Senin malam, 24 April 2023. First Republic Bank menyebutkan deposito turun 40 persen menjadi USD 104,5 miliar pada kuartal I 2023, tetapi sejak itu stabil.

First Republic Bank juga akan memangkas biaya, termasuk memangkas jumlah karyawan sebesar 20 persen-25 persen pada kuartal II 2023. Bloomberg melaporkan pada Selasa pekan ini, bank sedang mencoba menjual pinjaman USD 100 miliar dan securities untuk merestrukturisasi neracanya.

Bank regional telah diawasi dengan ketat setelah investor semakin khawatir akan hadapi nasib yang sama seperti Silicon Valley Bank dan Signature Bank yang penutupannya memicu krisis industri bulan lalu.

Saham First Republic telah anjlok lebih dari 93 persen pada 2023. Adapun saham First Republic mencapai posisi terendah baru pada perdagangan Selasa sore, 25 April 2023 waktu setempat. Saham First Republic Bank turun lebih dari 43 persen. Pada perdagangan Selasa pekan ini, saham tersebut juga paling aktif diperdagangan di Bursa Efek New York.

 

Menanti Laporan Keuangan Perusahaan Teknologi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Baik SDPR S&P Regional Banking ETF dan SPDR S&P Bank ETF merosot masing-masing lebih dari 4 persen dan 3 persen karena sektor keuangan bebani pasar.  Saham Western Alliance Bancorp melemah 5,6 persen dan PacWest anjlok 8,9 persen. Saham Charles Schwab susut hampir 4 persen.

“Untuk pertama kalinya, sejak musim laba ini dimulai, kami benar-benar melihat reaksi pasar,” ujar Chief Market Strategist B. Riley Wealth Management, Art Hogan dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, ada reaksi terhadap penjualan yang menumpuk dan laba yang baik-baik saja, tapi tidak bagus.

Pelaku psar juga mencemaskan laporan laba yang mengecewakan dari UPS yang turun sekitar 10 persen setelah kinerja perusahaan meleset dari harapan. Manajemen juga mengatakan volume penjualan terus di bawah tekanan.

Di sisi lain, PepsiCo naik 2,3 persen pada angka yang lebih baik dari perkiraan. Adapun saham Microsoft dan Alphabet dijadwalkan melaporkan kinerja setelah bel penutupan perdagangan. Rilis laporan keuangan perusahaan teknologi itu menjadi yang pertama pada pekan ini. Namun, menurut Jay Hatfield dari Infrastructure Capital Management saham-saham tersebut dapat kesulitan setelah reli awal tahun ini.

Saham Alphabet turun 2 persen jelang rilis laporan laba induk usaha Google. Perusahaan setelah alami penurunan laba, dan kehilangan estimasi wall street dalam empat kuartal terakhir, menurut Bespoke Investment Group.

“Teknologi tidak berfungsi sebagai pemberat karena terlalu banyak digunakan, dan karena semakin dengan rilis laba,” ujar Hatfield.

Perusahaan Teknologi Diprediksi Perlambat Perekrutan Karyawan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, dengan kehadiran alat kecerdasan buatan, Morgan Stanley prediksi perusahaan teknologi memperlambat perekrutan dan menerapkan penganggaran lebih disiplin ke depan. Hal ini karena efisiensi menjadi fokus lebih besar.

Dalam catatan yang dikirim kepada klien, analis Brian Nowak menyebut, Meta, Google, dan Amazon sebagai perusahaan teknologi yang memiliki ruang untuk mengurangi jumlah karyawan dan meningkatkan produktivitasnya.

“Tingkat perekrutan ke depan bisa dibilang lebih kecil dan lebih ditargetkan karena pendorong produktivitas AI yang muncul dengan cepat, tulis Nowak.

Ia menuturkan, hal ini menunjukkan peluang bagi pemimpin teknologi untuk jadi pengadopsi awal inovasi AI baru dan potensi untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih efisien secara struktural.

“Pertumbuhan pesat alat pengkodean yang dibantu AI membuat para insinyur lebih produktif,” kata dia.

Nowak menuturkan, pengembang Microsoft yang memakai GitHub Copilot telah meningkatkan produktivitas sekitar 55 persen. “Alat penjualan berbasis AI juga membuat tim penjualan lebih efisien dan tugas internal cenderung menjadi lebih otomatis,” kata dia.

Adapun pekan ini menjadi pekan yang sibuk untuk perusahaan teknologi besar dengan Alphabet dan Microsoft melaporkan laba kuartal I setelah bel penutupan perdagangan Selasa pekan ini. Meta merilis laporan keuangan pada Rabu dan Amazon merilis laporan keuangan pada Kamis pekan ini.

 

Penutupan Wall Street pada 24 April 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, Wall Street ditutup bergerak beragam dengan Nasdaq tergelincir di tengah penantian investor menunggu rilis laporan pendapatan perusahaan dari perusahaan teknologi besar dan data ekonomi baru. Indeks teknologi turun 0,29 persen menjadi ditutup pada 12.037,20.

Sementara Dow Jones Industrial Average berakhir naik 66,44 poin, atau 0,2 persen menjadi ditutup di posisi 33.875,40 poin. S&P 500 ditutup 0,09 persen lebih tinggi ke level 4.137,04.

Wall Street menantikan hasil pendapatan teknologi berkapitalisasi besar minggu ini yang akan menandai titik tengah musim pendapatan.

Alfabet, Microsoft, Amazon dan Meta adalah di antara nama-nama dengan minat tinggi yang dijadwalkan mengumumkan hasil mereka untuk kuartal pertama.

“Semua orang hanya menunggu penghasilan teknologi,” kata Chris Harvey, kepala strategi ekuitas di Wells Fargo Securities melansir laman CNBC.

“Ini adalah minggu yang sangat, sangat sibuk untuk mendapatkan penghasilan, jadi kami hanya berusaha keras.”

Tetapi, Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance menilai laporan keuangan saham-saham teknologi kemungkinan sulit bagi untuk naik setelah meningkat secara signifikan tahun ini.

Saham layanan komunikasi dan teknologi informasi dalam S&P 500 telah membukukan kenaikan terbesar tahun ini dari total 11 sektor indeks, masing-masing menambahkan lebih dari 19 persen dan 18 persen.

“Banyak kabar baik sudah ada,” kata Zaccarelli tentang saham teknologi. "Ini akan membutuhkan lebih banyak pendapatan teknologi minggu ini untuk benar-benar menggerakkan harga saham."

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya