Bursa Saham Asia Loyo Terseret Data Aktivitas Pabrik China

Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan akhir semester I 2023, Jumat, 30 Juni 2023. Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi setelah wall street beragam.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Jun 2023, 09:13 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2023, 09:13 WIB
Bursa Saham Asia Jatuh Terseret Data Aktivitas Pabrik China
Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Jumat, (30/6/2023). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Jumat, (30/6/2023). Bursa saham Jepang dan Hong Kong merosot jelang akhir pekan.

Dikutip dari CNBC, indeks Dow Jones menguat diangkat saham bank besar setelah lulus uji stress bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed). Selain itu, produk domestik bruto (PDB) AS direvisi sehingga membantu angkat sentimen investor dan meredam kekhawatirna resesi di wall street.

Investor akan menantikan data terbaru tentang pengeluaran konsumsi pribadi, pengukur inflasi yang disukai the Federal Reserve.

Bursa saham China anjlok dengan indeks Shanghai dan Shenzhen masing-masing turun 0,1 persen dan 0,2 persen. Data aktivitas pabrik di China mengalami kontraksi sleama tiga bulan berturut-turut, menurut rilis Biro Statistik Nasional.

Indeks Hang Seng Hong Kong terpangkas 0,4 persen pada jam pertama perdagangannya.

Bursa saham Jepang melemah karena investor mencerna indeks harga konsumen inti Tokyo yang tetap pada level di atas target bank sentral selama 13 bulan berturut-turut.

Indeks Nikkei 225 susut 0,6 persen dan indeks Topix melemah 0,7 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,2 persen, sedangkan indeks Kosdaq melemah 0,3 persen. Indeks ASX 200 merosot 0,1 persen.

Semalam di wall street, indeks Dow Jones bertambah 269,76 poin atau 0,8 persen yang dipimpin oleh saham bank besar. JPMorgan Chase dan Goldman Sachs masing-masing naik lebih dari 3 persen. Sementara itu, Wells Fargo bertambah 4,5 persen.

Indeks S&P 500 naik 0,45 persen ke posisi 4.396,44. Indeks Nasdaq mendatar ke posisi 13.591,33.

Sementara itu, aktivitas pabrik China tetap berada di wilayah kontraksi selama Juni, hal itu berdasarkan pembacaan indeks manajer pembelian terbaru dari Biro Statistik Nasional.

PMI Manufaktur NBS berada di 49, di bawah angka 50 yang memisahkan kontraksi dan pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut. Pembacaan PMI pada Mei mencapai 48,8 level terendah sejak Desember. Yuan Tiongkok melemah menjadi 7,26 terhadap dolar AS.

Penutupan Wall Street pada 29 Juni 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 29 Juni 2023. Indeks Dow Jones melesat seiring saham bank besar melejit setelah melewati uji stress tahunan the Federal Reserve (the Fed).

Selain itu, angka produk domestik bruto (PDB) direvisi naik sehingga meredakan beberapa kekhawatiran termasuk resesi di wall street. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 269,76 poin atau 0,8 persen ke posisi 34.122,42. Indeks Dow Jones melesat terdorong saham bank besar.

Indeks S&P 500 mendaki 0,45 persen ke posisi 4.396,44. Indeks Nasdaq mendatar di posisi 13.591,33.

Adapun saham JPMorgan Chase dan Goldman Sachs masing-masing naik lebih dari 3 persen. Sedangkan saham Wells Fargo bertambah 4,5 persen. Penguatan saham tersebut terjadi sehari setelah bank sentral mengatakan semua 23 institusi yang termasuk dalam stress test tahunan memiliki modal baik untuk hadapi scenario resesi yang parah.

Saham keuangan lain yang terpukul selama krisis perbankan pada 2023 juga menguat termasuk saham Charles Schwab, Western Alliance, dan Zions Bancorporation.

Serangkaian data ekonomi yang positif mengisyaratkan ketahanan ekonomi meskipun ada ketakutan resesi, itu termasuk revisi kenaikan besar dalam PDB kuartal pertama dan penurunan klaim penggangguran mingguan ke level terendah sejak Mei.

“Sektor-sektor yang berhasil dengan baik ketika ekonomi berkinerja baik bertahan, tetapi yang pasti stress test kemarin adalah pertanda baik lainnya meskipun ekonomi melemah, bank jauh lebih tangguh dari pada yang kita lihat pada periode 2008,” ujar Senior Investment Strategist, Mona Mahajan, Edward Jones.

Kinerja Indeks Saham Acuan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, pada perdagangan Jumat 30 Juni 2023 menandai hari perdagangan terakhirnya. Indeks S&P 500 naik 14,5 persen pada 2023 dan dengan kecepatan kinerja bulanan terbaik sejak Januari.

Indeks Nasdaq telah naik hampir 30 persen, dan menuju kinerja terbaik semester I sejak 1983 karena meningkatnya optimisme seputar kecerdasan buatan mendorong saham teknologi. Sedangkan indeks Dow Jones hanya naik 2,9 persen.

Meski awal yang solid hingga 2023, pelaku pasar di wall street bersiap untuk semester II 2023 yang berpotensi bergejolak.

“Pasar tidak naik untuk selamanya, jadi kami tidak akan terkejut melihat beberapa periode konsolidasi,” tutur Mahajan.

Investor harus mempertimbangkan untuk memakai volatilitas untuk memposisikan pemulihan.

Sementara itu, Chris Senyek dari Wolfe Research menuturkan, komentar terbaru dari ketua the Fed Jerome Powell tidak banyak mengubah pandangan pasar tentang prospek ekonomi dari sini.

“Dalam pandangan kami, ketua the Fed Powell kemungkinan akan terus mencoba untuk menghubungkan antara menurunkan inflasi dan menghindari resesi, yang bullish jangka pendek,” tutur dia.

Ia menambahkan, harapan perusahaan itu terhadap suku bunga akan lebih tinggi untuk waktu lebih lama tetapi tidak berubah.

“Sementara kami masih memperkirakan resesi AS akan mulai terjadi pada paruh kedua, prospek pasar negara maju lainnya kemungkinan akan memburuk lebih cepat, mengingat mereka bahkan lebih berada di belakang kurva inflasi,” tutur dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya