Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menghijau pada perdagangan Jumat, 30 Juni 2023. Saham-saham teknologi yang melanjutkan penguatan angkat indeks acuan.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melesat 285,18 poin atau 0,84 persen ke posisi 34.407,60. Indeks S&P 500 menanjak 1,23 persen ke posisi 4.450,38. Indeks Nasdaq melesat 1,45 persen ke posisi 13.787,92.
Baca Juga
Saham teknologi kapitalisasi besar menjadi faktor utama kenaikan indeks saham pada 2023 yang naik signifikan pada Jumat, 30 Juni 2023.
Advertisement
Produsen chip kecerdasan buatan yang dominan dengan saham Nvidia melonjak 3,6 persen. Dengan demikian, saham Nvidia melesat 189 persen. Saham Netflix bertambah 2,9 persen. Saham Meta, Microsoft dan Amazon masing-masing naik 1,9 persen, 1,6 persen dan 1,9 persen.
Saham Apple melesat 2,3 persen sehingga membawa kapitalisasi pasar di atas USD 3 triliun. Di sisi lain, saham Nike melawan tren pasar. Saham Nike melemah 2,7 persen setelah melaporkan laba kuartalan yang lebih lemah dari perkiraan.
Sementara itu, perdagangan Jumat, 30 Juni 2023 menandai hari penting bagi investor. Seiring akhir dari semester pertama 2023. Growth stock yang terpukul pada 2022 berbalik arah menguat seiring prospek kecerdasan buatan dan harapan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengakhiri pengetatan kebijakan moneternya. Hal itu menjadi katalis positif untuk saham teknologi.
Terlepas dari kenaikan yang kuat ini, sejumlah pihak di wall street prediksi volatilitas pada semester II 2023 dan kemungkinan aksi ambil untung dari investor yang diuntungkan dari reli tersebut.
Analis Wells Fargo Securities, Anna Han menuturkan, hal ini ditambah dengan perubahan secara teknikal yang dapat menyebabkan indeks saham sideways.
“Secara teknikal memberi tahu reli yang dipimpin ubercap ini baru saja diperpanjang. Ini mencapai level jenuh beli. Kami yakin sudah saatnya perdagangan itu berhenti sejenak,” ujar dia.
Kinerja Wall Street
Berikut kinerja indeks saham pada semester I 2023:
Juni 2023:
Indeks S&P 500 naik 6,5 persen, dan catat kinerja bulanan terbaiknya sejak Oktober 2022. Indeks Nasdaq melesat 6,6 persen. Dua indeks acuan tersebut membukukan bulan positif selama empat kali berturut-turut. Indeks Dow Jones bertambah 4,6 persen, dan catat bulan terbaik sejak November.
Kuartal II 2023:
Indeks S&P 500 bertambah 8,3 persen, dan catat kenaikan kuartal selama tiga kali berturut-turut, dan catat kenaikan kuartalan terbesar sejak kuartal IV 2021. Indeks Nasdaq melambung 12,8 persen. Indeks Dow Jones melesat 3,4 persen.
Semester I 2023:
Indeks S&P 500 melambung 15,9 persen pada paruh pertama terbaik sejak 2019. Indeks Nasdaq melesat 31,7 persen, dan membukukan kinerja terbaik selama semester I sejak 1983. Indeks Dow Jones melejit 3,8 persen.
Tiga indeks acuan tersebut membukukan kinerja mingguan dengan masing-masing melesat lebih dari 2 persen.
Selain itu, wall street juga mendapatkan petunjuk lain dari berita inflasi yang menggembirakan seiring indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, ukuran yang diawasi ketat oleh the Federal Reserve (the Fed) naik dari yang diperkirakan pada Mei 2023.
“Ini adalah berita bagus tentang perjuangan melawan inflasi,” ujar Managing Partner for Harris Financial Group, Jamie Cox.
“Jika Anda tidak percaya disinflasi sedang terjadi, Anda tidak memperhatikan. The Fed berhenti sejenak dan perlu bertahan pada level ini untuk mencegah koreksi berlebihan dan menyebabkan resesi yang tidak perlu untuk melawan inflasi yang sekarang terkendali,” tutur dia.
Advertisement
Wall Street Bervariasi, Saham Raksasa Bank AS Topang Indeks Dow Jones
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Kamis, 29 Juni 2023. Indeks Dow Jones melesat seiring saham bank besar melejit setelah melewati uji stress tahunan the Federal Reserve (the Fed).
Selain itu, angka produk domestik bruto (PDB) direvisi naik sehingga meredakan beberapa kekhawatiran termasuk resesi di wall street. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 269,76 poin atau 0,8 persen ke posisi 34.122,42. Indeks Dow Jones melesat terdorong saham bank besar.
Indeks S&P 500 mendaki 0,45 persen ke posisi 4.396,44. Indeks Nasdaq mendatar di posisi 13.591,33. Demikian dikutip dari laman CNBC, Jumat (30/6/2023).
Adapun saham JPMorgan Chase dan Goldman Sachs masing-masing naik lebih dari 3 persen. Sedangkan saham Wells Fargo bertambah 4,5 persen. Penguatan saham raksasa bank AS tersebut terjadi sehari setelah bank sentral mengatakan semua 23 institusi yang termasuk dalam stress test tahunan memiliki modal baik untuk hadapi scenario resesi yang parah.
Saham keuangan lain yang terpukul selama krisis perbankan pada 2023 juga menguat termasuk saham Charles Schwab, Western Alliance, dan Zions Bancorporation.
Serangkaian data ekonomi yang positif mengisyaratkan ketahanan ekonomi meskipun ada ketakutan resesi, itu termasuk revisi kenaikan besar dalam PDB kuartal pertama dan penurunan klaim penggangguran mingguan ke level terendah sejak Mei.
“Sektor-sektor yang berhasil dengan baik ketika ekonomi berkinerja baik bertahan, tetapi yang pasti stress test kemarin adalah pertanda baik lainnya meskipun ekonomi melemah, bank jauh lebih tangguh dari pada yang kita lihat pada periode 2008,” ujar Senior Investment Strategist, Mona Mahajan, Edward Jones.
Perkiraan Resesi AS
Sementara itu, pada perdagangan Jumat 30 Juni 2023 menandai hari perdagangan terakhirnya. Indeks S&P 500 naik 14,5 persen pada 2023 dan dengan kecepatan kinerja bulanan terbaik sejak Januari.
Indeks Nasdaq telah naik hampir 30 persen, dan menuju kinerja terbaik semester I sejak 1983 karena meningkatnya optimisme seputar kecerdasan buatan mendorong saham teknologi. Sedangkan indeks Dow Jones hanya naik 2,9 persen.
Meski awal yang solid hingga 2023, pelaku pasar di wall street bersiap untuk semester II 2023 yang berpotensi bergejolak.
“Pasar tidak naik untuk selamanya, jadi kami tidak akan terkejut melihat beberapa periode konsolidasi,” tutur Mahajan.
Investor harus mempertimbangkan untuk memakai volatilitas untuk memposisikan pemulihan.
Sementara itu, Chris Senyek dari Wolfe Research menuturkan, komentar terbaru dari ketua the Fed Jerome Powell tidak banyak mengubah pandangan pasar tentang prospek ekonomi dari sini.
“Dalam pandangan kami, ketua the Fed Powell kemungkinan akan terus mencoba untuk menghubungkan antara menurunkan inflasi dan menghindari resesi, yang bullish jangka pendek,” tutur dia.
Ia menambahkan, harapan perusahaan itu terhadap suku bunga akan lebih tinggi untuk waktu lebih lama tetapi tidak berubah.
“Sementara kami masih memperkirakan resesi AS akan mulai terjadi pada paruh kedua, prospek pasar negara maju lainnya kemungkinan akan memburuk lebih cepat, mengingat mereka bahkan lebih berada di belakang kurva inflasi,” tutur dia.
Advertisement