Strategi Bank Permata Hadapi Tren Suku Bunga Tinggi

PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatat aset naik 14,3 persen menjadi Rp 251,9 triliun hingga kuartal III 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 23 Nov 2023, 20:36 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2023, 20:36 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau PermataBank telah menyiapkan strategi dalam menghadapi tren suku bunga tinggi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau PermataBank telah menyiapkan strategi dalam menghadapi tren suku bunga tinggi. 

Direktur Keuangan Bank Permata Rudy Basyir Ahmad menuturkan, pihaknya bakal terus jaga balance sheet atau neraca perusahaan. Selain itu, Perseroan juga ingin meningkatkan pendanaan yang stabil sekaligus murah. Dengan demikian, Bank Permata akan fokus ke segmen bisnis wholesale (korporasi dan komersial). 

"Kami memang berusaha menjaga balance sheet kami," kata dia dalam paparan publik, Kamis (22/11/2023).

Di samping itu, ia melanjutkan, pihaknya mencatatkan kinerja yang solid dalam sembilan bulan 2023. Hal ini merupakan hasil penerapan strategi bisnis secara fokus dan konsisten dan didukung juga dengan sinergi yang kuat dengan Bangkok Bank sebagai induk Perseroan untuk memanfaatkan kapabilitas yang kuat. 

Bank Permata berhasil membukukan kinerja yang positif hingga kuartal ketiga 2023 yang ditandai oleh pertumbuhan total aset sebesar 14,3 persen sebesar Rp 251,9 triliun dan kenaikan pendapatan usaha bank sebesar 11,6 persen Year-on-Year (YoY) menjadi Rp 9 triliun.

Pendapatan usaha bank dikontribusikan dari pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 11,6 persen menjadi Rp7,4 triliun. Laba operasional sebelum Provisi sebesar Rp4,6 trilliun, tumbuh 20,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Keberhasilan ini menghantarkan Perseroan membukukan laba setelah pajak sebesar Rp2,1 triliun sampai dengan kuartal III 2023.

Penyaluran kredit sepanjang sembilan bulan pertama 2023 tumbuh sebesar 2,4 persen YoY menjadi Rp138,9 triliun, yang mayoritas dikontribusikan dari kredit pinjaman korporasi dan pembiayaan bersama (Joint Financing).

LDR Bank Permata

Paparan publik PT Bank Permata Tbk (BNLI), Kamis (23/11/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Paparan publik PT Bank Permata Tbk (BNLI), Kamis (23/11/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Rasio Loan to Deposit (LDR) membaik menjadi 75,6 persen pada September 2023 dibandingkan 68,9 persen pada Desember 2022 sejalan dengan inisiatif untuk melakukan optimalisasi neraca bank.

Konsistensi dalam menerapkan pengelolaan kualitas aset dan portfolio kredit berdasarkan prinsip kehati-hatian tercermin dalam rasio Gross NPL dan Loan at Risk (LAR) PermataBank pada September 2023 yang terjaga masing-masing pada level 2,9 persen dan 9,5 persen, membaik dibandingkan pada level 3,1 persen dan 11,8 persen YoY. 

PermataBank terus menjaga kebutuhan cadangan atas potensi penurunan risiko kredit secara konservatif, tercermin dari rasio NPL coverage dan rasio LAR coverage masing-masing di level 285,7 persen dan 86,7 persen. Komitmen untuk menyelesaikan kredit bermasalah tetap terjaga melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset. 

Melalui penerapan manajemen biaya yang disiplin dan efisiensi operasional yang telah dilakukan secara optimal, serta adaptasi cara kerja digital yang lebih agile, Perseroan berhasil membukukan rasio Cost to Income (CIR) yang semakin baik menjadi 49,2 persen pada September 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 53,1 persen.

Total simpanan nasabah tumbuh 12,6 persen menjadi Rp181,8 triliun. Bank tetap fokus untuk meningkatkan dana murah CASA, dimana hingga sembilan bulan pertama tahun 2023, rasio CASA masih berada di level 55.9 persen.

Dari sisi permodalan, PermataBank merupakan salah satu yang terkuat diantara 10 besar bank komersial di Indonesia dengan rasio CAR dan CET-1 sebesar 39,4 persen dan 29,9 persen.

 

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen pada November 2023

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).

Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan sebesar 6%.

Suku bunga ini sama dengan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang dinaikkan sebesar 25 basis poin pada Oktober lalu.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22 dan 23 November 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6%, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).

Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini tetap konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global, serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation.

"Sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1 persen pada 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024," ujarnya.

 

Dukung Pertumbuhan Ekonomi

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, kebijakan makro berisi longgar terus ditempuh melalui penguatan implementasi kebijakan insentif Likuiditas Makro Prudensial (KLM) dan penurunan rasio rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) untuk mendorong kredit pembiayaan kepada dunia usaha.

“Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi, keuangan pemerintah pusat dan daerah, juga terus didorong untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital,” jelas Perry.

“Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter makro prudensial dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya