Wall Street Melesat di Tengah Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed

Tiga indeks saham acuan di wall street kompat menguat pada perdagangan Selasa, 26 Desember 2023 waktu setempat. Pelaku pasar memanfaatkan reli akhir tahun.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Des 2023, 07:18 WIB
Diterbitkan 27 Des 2023, 07:18 WIB
Wall Street Melesat di Tengah Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada Selasa, 26 Desember 2023. ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada awal pekan dan minggu terakhir 2023, tepatnya Selasa, 26 Desember 2023. Pelaku pasar memanfaatkan momentum reli akhir tahun seiring harapan soft landing semakin menguat dan pembacaan yang lebih optimistis pada 2024.

Dikutip dari CNBC, Rabu (27/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 0,4 persen atau sekitar 150 poin. Indeks S&P 500 menguat 0,4 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,5 persen.

Tiga indeks saham acuan di wall street tersebut naik dua digit pada 2023 denga indeks Nasdaq memimpin kenaikan. Indeks Nasdaq bertambah lebih dari 40 persen year to date (ytd). Indeks S&P 500 berakhir dalam jarak yang sangat dekat dengan rekor sepanjang masanya, kurang dari 30 poin dari 4.796,56 yang dicatat pada awal 2022.

Lonjakan harga saham terjadi ketika wall street prediksi bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan segera akhiri kampanye pengetatan kebijakannya yang merupakan sinyal kuat perjuangan bank sentral melawan inflasi telah mengambil arah yang positif dan tegas.

Pada 2023 dimulai dengan meluasnya kekhawatiran terhadap tekanan harga dan potensi konsekuensi destruktif dari kenaikan suku bunga the Fed. Namun, ketika hari-hari terakhir 2023 telah tiba, narasinya telah beralih ke pembicaraan tentang pemangkasan suku bunga the Fed. Selain itu, kejutan terhadap seberapa besar inflasi yang telah mereda dan ketahanan pasar kerja.

Banyak pengamat pasar prediksi pertumbuhan lapangan kerja akan terpukul akibat upaya bank sentral untuk melemahkan perekonomian. Namun, tingkat pengangguran masih di bawah 4 persen.

Tantangan 2024

Ilustrasi Bursa Efek New York di New York, Amerika Serikat (AS). (Foto: Darian Garcia/Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek New York di New York, Amerika Serikat (AS). (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Di sisi lain, pada 2024 akan membawa tantangan tersendiri. Resesi yang diperkirakan banyak pihak akan terjadi pada 2023 masih bisa terjadi. Ketua the Fed Jerome Powell telah menekankan waktu penurunan suku bunga bunga tidak ditentukan secara pasti.

Jika perekonomian kembali bangkit, hal ini akan mengundang kenaikan inflasi lagi. Kenaikan suku bunga yang lebih besar atau penundaan pemotongan suku bunga dapat menjadi fase selanjutnya dari tindakan kebijakan the Fed.

"Sebagian besar 2023 adalah tentang konsumen yang tangguh dan menangguh resesi yang tidak akan pernah terjadi, namun kami pikir 2024 akan lebih banyak tentang inflasi yang kembali ke target secara berkelanjutan atau inflasi yang “terjebak” dan memaksa the Fed untuk melakukan hal tersebut, memangkas jauh lebih sedikit dari perkiraan pasar,” ujar Chief Investment Officer Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli.

Sebagian besar pertumbuhan pasar saham 2023 terkait dengan tingkat pengembalian yang sehat dari perusahaan-perusahaan teknologi besar, terutama magnificent seven.

Saham Apple dan Microsoft telah naik sekitar 50 persen pada 2023, lebih dari dua kali lipat kenaikan indeks S&P 500 sebesar 24 persen.

Saham Meta mencatat pembalikan yang mengesankan. Harga saham Meta naik hampir tiga kali lipat pada 2023. Saham Nvidia telah melonjak hampir 240 persen pada 2023.

Di sisi lain, saham Intel naik lebih dari 4 persen setelah Perseroan konfirmasi mendapatkan insentif lebih dari USD 3 miliar dari pemerintah Israel untuk memperluas pabrik di negara tersebut.

Sementara itu, data real estate baru menunjukkan pembeli yang dihadapkan pada terbatasnya pasokan, terus menaikkan harga di pasar perumahan Amerika Serikat.

Harga Rumah Naik

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Harga rumah naik 4,8 persen secara nasional pada Oktober 2023 dibandingkan bulan sama tahun lalu, menurut the S&P CoreLogic Case-Shiller yang diterbitkan pada Selasa pekan ini.

Indeks 10 kota menunjukkan peningkatan sebesar 5,7 persen dari bulan sebelumnya 4,8 persen. Indeks 20 kota membukukan peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 4,9 persen dari kenaikan 3,9 persen pada bulan sebelumnya.

“Harga rumah di Amerika Serikat meningkat pada tingkat tahunan tercepat tahun ini pada Oktober. Kami mengalami apresiasi harga rumah secara luas di seluruh negeri dengan kenaikan stabil yang terlihat di 19 kota dari 20 kota,” ujar Head of Commodities, Real and Digital Asset di S&P Dow Jones Indices, Brian Luke.

Penutupan Wall Street pada 23 Desember 2023

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 22 Desember 2023. Indeks S&P 500 naik pada perdagangan Jumat pekan ini setelah data inflasi yang lebih dingin.

Selain itu, rata-rata indeks acuan mencatatkan kenaikan mingguan selama delapan hari berturut-turut seiring wall street berupaya memperpanjang reli akhir tahun.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (23/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,1 persen ke posisi 4.754,63. Pada level saat ini, indeks S&P 500 berjarak 0,9 persen dari rekor penutupannya, dan 1,3 persen dari rekor intradaynya.

Indeks Nasdaq naik 0,19 persen ke posisi 14.992,97. Rata-rata indeks Dow Jones turun 18,38 poin atau 0,05 persen ke posisi 37.385,97.

Rata-rata tiga indeks acuan mencatatkan kinerja positif selama delapan minggu berturut-turut, yang pertama untuk S&P 500 sejak 2017 dan indeks Dow Jones sejak 2019.

Indeks S&P 500 menguat 0,8 persen pada pekan ini. Sementara itu, indeks Dow Jones bertambah 0,2 persen dan indeks Nasdaq melonjak 1,2 persen.

Saham Nike turun hampir 12 persen setelah menurunkan prospek penjualannya, dan mengumumkan rencana untuk memangkas biaya sekitar USD 2 miliar selama tiga tahun ke depan.

Di sisi lain, alat pengukur inflasi favorit the Federal Reserve (the Fed) lebih rendah dari perkiraan. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti pada November hanya naik 0,1 persen pada bulan lalu, dan naik 3,2 persen dari tahun lalu, sesuai perkiraan.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi kenaikan bulanan sebesar 0,1 persen dan 3,3 persen dari tahun sebelumnya.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya