Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Rilis Data Ekonomi

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Jumat, 5 Januari 2024. Investor mencermati data ekonomi dari Asia Tenggara.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Jan 2024, 09:23 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2024, 09:23 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik sulit untuk menguat pada awal sesi perdagangan saham Jumat (5/1/2024) setelah sebagian besar alami koreksi pada dua hari perdagangan pertama 2024. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada awal sesi perdagangan saham Jumat (5/1/2024) setelah sebagian besar alami koreksi pada dua hari perdagangan pertama 2024.

Dikutip dari CNBC, investor akan mencermati data ekonomi Asia Tenggara yang akan dirilis Jumat, 5 Januari 2023 termasuk inflasi Thailand dan Filipina serta data penjualan ritel dari Singapura.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,05 persen pada awal sesi perdagangan setelah alami koreksi dalam dua hari berturut-turut. Indeks Nikkei di Jepang naik tipis 0,11 persen pada pembukaan perdagangan saham. Sedangkan indeks Topix bertambah 0,32 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,08 persen pada pembukaan perdagangan, sedangkan indeks Kosdaq mendatar.

Sebaliknya indeks Hang Seng berjangka di posisi 16.590, menunjukkan pembukaan yang lebih lemah dibandingkan penutupan perdagangan indeks Hang Seng di 16.645,98.

Di wall street, indeks Nasdaq turun 0,56 persen, dan menandai koreksi dalam lima hari berturut-turut, dan penurunan beruntun terpanjang sejak Oktober 2022. Indeks S&P 500 merosot 0,34 persen, dan menunjukkan penurunan dalam empat hari berturut-turut. Sedangkan indeks Dow Jones bertambah 0,03 persen.

Penutupan Bursa Saham Asia

Sebelumnya diberitakan, bursa saham China alami koreksi di bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Kamis, 4 Januari 2023.

Dikutip dari CNBC, indeks CSI 300 melemah 0,92 persen menjadi 3.347,05. Indeks Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,06 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 0,53 persen ke posisi 33.288,29. Indeks Topix menguat 0,52 persen ke posisi 2.378,79, saat Jepang memulai hari pertama perdagangan pada 2024.

Bursa saham di Asia juga mengambil isyarat dari bursa saham global setelah risalah pertemuan the Federal Reserve (the Fed) pada Desember menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga pada 2024, tetapi tidak memberikan kejelasan mengenai kapan hal itu akan terjadi.

Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,78 persen ke posisi 2.587,02. Indeks Kosdaq turun 0,61 persen ke posisi 866,25.

Di Australia, indeks ASX merosot 0,39 persen ke posisi 7.494,1. Namun, bursa saham di India melawan tren itu dengan indeks Nifty50 naik 0,7 persen setelah anjlok selama dua sesi berturut-turut.

 


Penutupan Wall Street pada 4 Januari 2024

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya diberitakan, saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Kamis, 4 Januari 2024. Indeks Nasdaq susut pada lima sesi berturut-turut, penurunan beruntun terpanjang sejak Oktober 2022.

Dikutip dari CNBC, Jumat (5/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq merosot 0,56 persen ke posisi 14.510,30. Sejak penutupan 27 Desember 2023, indeks Nasdaq sudah melemah hampir 4 persen.

Indeks S&P 500 terpangkas 0,34 persen, menandai penurunan hari keempat. Indeks berakhir di posisi 4.688,68. Indeks Dow Jones bertambah 10,15 poin atau 0,03 persen ke posisi 37.440,34.

Saham-saham teknologi kapitalisasi besar seperti Apple mencatat kinerja buruk pada awal 2024. Hal ini seiring valuasi saham yang berlebihan dan ketidakpastian kapan the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga membuat investor khawatir pasar menjadi terlalu optimistis.

Saham Apple turun lebih dari 5 persen pada pekan ini. Saham raksasa teknologi susut lebih daru 1 persen pada perdagangan saham Kamis pekan ini menyusul penurunan peringkat oleh Piper Sandler, dua hari setelah Barclays juga menurunkan peringkatnya.


Kinerja Indeks S&P

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sementara itu, kinerja baru-baru ini di wall street sangat kontras dengan bagaimana pasar mengakhiri 2023. Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 24 persen, dan mencatat kinerja mingguan terbaik sejak 2004.

Namun, Chief Investment Strategist Citi Global Wealth Steven Wieting tidak percaya koreksi baru-baru ini akan berdampak jangka panjang pada pasar.

“Jika semua ini bertahan lama, saya tidak akan menganggap beberapa hari terakhir ini sebagai hal yang sangat penting,” ujar dia kepada CNBC.

Faktanya, Wieting menilai, indeks S&P 500 dapat mengakhiri 2024 di sekitar level 5.000 yang akan menunjukkan kenaikan lebih dari 6 persen.

Citi Equity Strategist Scott Chronert optimistis terhadap saham-saham teknologi meski sejauh ini alami koreksi pada 2024.

“Kami terus berpandangan Anda ingin menjadi pemegang growth stock. Dengan penurunan peringkat layanan komunikasi, kami meringankan komponen internet tetapi cukup konstruktif dalam hal teknologi khususnya perangkat lunak,” ujar Chronert.

Dari segi sektor, Chronert juga beri rekomendari overweight di sektor industri dan keuangan. “Sektor keuangan adalah sektor yang baik untuk lebih fokus pada perilaku siklus dibandingkan pertumbuhan,” ujar dia.

Ia menambahkan, secara khusus saham bank memiliki fundamental kuat dan saat ini terlihat relatif menarik di pasar yang dinilai cukup agresif.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya