Liputan6.com, Jakarta Kabar penggabungan usaha atau merger PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab Holdings Ltd kembali mencuat beberapa waktu terakhir. Kedua pihak sedang dalam diskusi awal mengenai berbagai skenario, kata orang-orang yang mengetahui rencana tersebut.
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira memperingatkan bahwa bagaimanapun, GOTO dan Grab adalah dua entitas yang tengah merugi, meski diakui ada peningkatan kerja. Dalam catatannya, GOTO membukukan rugi Rp 9,5 triliun, sedangkan Grab menderita rugi USD 99 juta atau sekitar Rp 1,54 triliun (kurs Rp 15.584,90 per USD).
Baca Juga
"Dua perusahaan yang sama-sama sakit parah karena rajin bakar duit. Jika GOTO-Grab jadi merger, nilai market cap mencapai Rp 304 triliun," kata Desmond kepada Liputan6.com, Senin (12/2/2024).
Advertisement
Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu, GOTO-Grab akan menguasai pangsa pasar lebih dari 80 persen di Indonesia, alias monopoli. Bagi perusahaan, lanjut Desmond, akan menjadi baik karena tak perlu lagi andalkan strategi bakar uang. Artinya, terjadi efisiensi dari sisi pembiayaan atau cost.
"Lower cost ini ujungnya berpotensi peningkatan profit. Tapi konsumen akan menjadi pihak dirugikan krn akan bayar lebih mahal untuk menggunakan atau membeli produk jasa perusahaan," kata Desmond.
Senada, Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi menilai baik GOTO dan Grab sama-sama memiliki tren kinerja fundamental ke arah positif. Mengingat kabar merger ini belum mendapat konfirmasi resmi baik dari GOTO maupun Grab, maka membaiknya kinerja masing-masing dinilai menjadi pertimbangan keduanya untuk melanjutkan rencana merger.
"Peluang merger ada, tapi kalau masing-masing dalam kondisi positif tentu agak sulit menemukan alasan mengapa harus konsolidasi. Apalagi pasar Indonesia yang utamanya dipegang Goto dan Grab," kata Heru.
Â
Pemegang Saham
Sebelumnya, para pemegang saham utama kedua perusahaan disebut telah mendukung kesepakatan dan mendorong perundingan mengenai merger. Opsi-opsi yang telah dijajaki oleh perusahaan-perusahaan tersebut juga mencakup pemisahan pasar-pasar utama mereka, dengan Grab mendapatkan kendali atas basis mereka di Singapura dan beberapa pasar lainnya, sementara GoTo tetap memegang kendali di Indonesia.
Di sisi lain, valuasi nampaknya menjadi hambatan utama dalam kesepakatan. Pasalnya, saham GOTO telah anjlok sekitar 30 persen dalam 12 bulan terakhir. Kekhawatiran lainnya termasuk struktur kesepakatan dan tata kelola.
"kalau merger, karena pemain utama, langkah juga tidak cepat karena tentu harus menghadap KPPU untuk dievaluasi lebih dulu," tukas Heru.
Advertisement