Kabar Merger GOTO dan Grab Kembali Berembus, Ini Bisikan Manajemen

Grab, yang terdaftar di Nasdaq, dan GoTo, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dikenal sebagai penyedia layanan transportasi online dan pengantaran makanan.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 04 Feb 2025, 18:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 18:00 WIB
Rencana merger GoTo dan Grab. (Ilustrasi by AI)
Rencana merger GoTo dan Grab. (Ilustrasi by AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi besar di Asia Tenggara, Grab Holdings Ltd (NASDAQ:GRAB) dan GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), kembali melakukan pembicaraan merger. Belakangan, dikabarkan para pihak menargetkan kesepakatan selesai pada 2025.

Melansir Investing, Selasa (4/2/2025), pembicaraan ini masih berlangsung, dengan salah satu eksekutif menyatakan bahwa merger harus terjadi sebelum 2025 selesai, atau tidak akan terjadi sama sekali, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.

"Kami tidak berkomentar mengenai rumor atau spekulasi yang beredar," tanggapan Grab saat Liputan6.com mencoba melakukan konfirmasi mengenai rencana penggabungan usaha tersebut. Sementara pihak GOTO belum memberikan tanggapan.

Grab, yang terdaftar di Nasdaq, dan GoTo, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dikenal sebagai penyedia layanan transportasi online dan pengantaran makanan. Keduanya telah beberapa kali membahas kemungkinan merger dalam beberapa tahun terakhir. Para analis melihat merger ini sebagai sesuatu yang sulit dihindari karena kedua perusahaan memiliki bisnis yang sangat mirip.

Merger ini juga diperkirakan akan memperkuat ambisi fintech kedua perusahaan serta membantu mereka mengatasi kerugian akibat persaingan yang semakin ketat. Dengan bergabung, mereka bisa membentuk aliansi yang lebih kuat dalam menghadapi pesaing besar seperti Uber Technologies Inc (NYSE:UBER).

Kedua perusahaan ini didukung oleh SoftBank Group Corp. dari Jepang. Grab, yang melantai di Nasdaq melalui merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) pada 2020, memiliki valuasi sebesar USD 18,28 miliar berdasarkan harga penutupan hari Senin. Sementara itu, valuasi GoTo mencapai sekitar 85,85 triliun rupiah (USD 5,25 miliar).

Menyusul kabar tersebut, saham GOTO melanjutkan penguatan di zona hijau. Saat berita ini ditulis, saham GOTO naik 8,64 persen ke posisi 88 sekitar pukul 15.50 WIB. Dalam sepekan, GOTO naik 2,33 persen dan naik 23 persen YTD.

 

Promosi 1

Merger GOTO-Grab Bukan Isu Baru

Rencana merger GoTo dan Grab. (Ilustrasi by AI)
Rencana merger GoTo dan Grab. (Ilustrasi by AI)... Selengkapnya

Kabar penggabungan dua raksasa teknologi ini bukan hal baru. Sebelumnya, kabar serupa berembus satu tahun lalu atau sekitar awal Februari 2024. Saat itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira memperingatkan bahwa bagaimanapun, GOTO dan Grab adalah dua entitas yang tengah merugi, meski diakui ada peningkatan kerja.

"Dua perusahaan yang sama-sama sakit parah karena rajin bakar duit. Jika GOTO-Grab jadi merger, nilai market cap mencapai Rp 304 triliun," kata Desmond dalam pemberitaan Liputan6.com saat itu.

Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu, GOTO-Grab akan menguasai pangsa pasar lebih dari 80 persen di Indonesia, alias monopoli. Bagi perusahaan, lanjut Desmond, akan menjadi baik karena tak perlu lagi andalkan strategi bakar uang. Artinya, terjadi efisiensi dari sisi pembiayaan atau cost.

"Lower cost ini ujungnya berpotensi peningkatan profit. Tapi konsumen akan menjadi pihak dirugikan krn akan bayar lebih mahal untuk menggunakan atau membeli produk jasa perusahaan," kata Desmond.

 

Fundamental Positif

Senada, Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi menilai baik GOTO dan Grab sama-sama memiliki tren kinerja fundamental ke arah positif. Mengingat kabar merger ini belum mendapat konfirmasi resmi baik dari GOTO maupun Grab, maka membaiknya kinerja masing-masing dinilai menjadi pertimbangan keduanya untuk melanjutkan rencana merger.

"Peluang merger ada, tapi kalau masing-masing dalam kondisi positif tentu agak sulit menemukan alasan mengapa harus konsolidasi. Apalagi pasar Indonesia yang utamanya dipegang Goto dan Grab," kata Heru.

Tahun lalu, para pemegang saham utama kedua perusahaan disebut telah mendukung kesepakatan dan mendorong perundingan mengenai merger. Opsi-opsi yang telah dijajaki oleh perusahaan-perusahaan tersebut juga mencakup pemisahan pasar-pasar utama mereka, dengan Grab mendapatkan kendali atas basis mereka di Singapura dan beberapa pasar lainnya, sementara GoTo tetap memegang kendali di Indonesia.

Di sisi lain, valuasi nampaknya menjadi hambatan utama dalam kesepakatan. Kekhawatiran lainnya termasuk struktur kesepakatan dan tata kelola. "Kalau merger, karena pemain utama, langkah juga tidak cepat karena tentu harus menghadap KPPU untuk dievaluasi lebih dulu," tukas Heru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya