Nilai Aset Bersih 2023 Turun, Saratoga Buka-bukaan Kinerja Portofolio

Dengan dukungan neraca yang kuat, pada tahun 2023 Saratoga juga telah menjalankan strategi investasinya dengan meningkatkan kepemilikan di PT MGM Bosco Logistik (MBL) sehingga menjadi pemegang saham mayoritas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Mar 2024, 11:04 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 11:04 WIB
Saratoga Investment Summit, Dukung Penguatan Sektor Energi Terbarukan dan Teknologi
Co-Founder dan Co-Managing Northstar Group Patrick Walujo (kedua kanan) saat diskusi panel bersama Presiden Direktur PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk. Michael William P. Soeryadjaya, Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir dan Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk. Devin Wirawan dalam acara Saratoga Investmen Summit 2023 di Jakarta, (26/1/2022). (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan nilai aset bersih (Net Asset Value/NAV) sebesar Rp 48,9 triliun pada 2023. NAV tersebut mengalami penurunan 20 persen dibandingkan 2022.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengatakan, gejolak harga komoditas sepanjang tahun 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

 

"Fluktuasi harga saham tersebut ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun lalu,” jelas Devin dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (19/3/2024).

 

Devin berkeyakinan bahwa dengan fundamental baik yang dimiliki, perusahaan portofolio seperti ADRO dan MDKA akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Apalagi dua entitas perusahaan tersebut berada di sektor strategis, yaitu komoditas batu bara, emas, nikel dan juga bisnis hilirisasi komoditas, yang berdampak langsung terhadap perekonomian global maupun domestik.

Meski terdapat penurunan NAV sepanjang 2023, perseroan berhasil mengoptimalkan kinerja perusahaan-perusahaan portofolionya melalui capaian dividen dan hasil divestasi yang menguntungkan. Hal ini tercermin dari arus kas dividen dan divestasi Saratoga di akhir 2023 yang mencapai level tertinggi yaitu sebesar Rp 3,9 triliun.

Momentum Penting

Devin mengakui, 2023 merupakan momentum penting bagi Saratoga dalam menjalankan strateginya sebagai perusahaan investasi. Selain mendorong peningkatan dividen di tengah kondisi pasar yang dinamis, Saratoga juga berhasil melakukan divestasi dan monetisasi terhadap portofolio yang sudah matang dan menghasilkan return maksimal bagi perusahaan.

“Kami bersyukur pada tahun 2023 Saratoga mampu mencapai rekor pendapatan dividen tertinggi dari perusahaan portofolio, sehingga menjadikan likuiditas perusahaan sangat kuat. Dengan dana kas tersebut, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di tahun 2023 maupun pada tahun-tahun yang akan datang,” kata Devin.

Dengan dukungan neraca yang kuat, pada tahun 2023 Saratoga juga telah menjalankan strategi investasinya dengan meningkatkan kepemilikan di PT MGM Bosco Logistik (MBL) sehingga menjadi pemegang saham mayoritas.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Berhasil Turunkan Utang Bersih

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Keuangan Saratoga Lany D. Wong mengungkapkan, Saratoga berhasil dalam memperkuat likuiditas internal pada tahun 2023. Hal ini terlihat dari penurunan posisi utang yang juga berdampak pada terpangkasnya biaya bunga hingga 49 persen di tahun 2023. Keberhasilan ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mengelola modal secara hati-hati di tengah masih berlangsungnya iklim suku bunga dunia yang tinggi.

“Berdasarkan posisi 31 Desember 2023, kami menurunkan utang bersih Saratoga hingga 62 persen menjadi Rp 263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 688 miliar. Kami juga berhasil menjaga rasio biaya dan utang tetap berada pada tingkat yang sehat. Biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5 persen dan loan to value menjadi 0,4 persen dari sebelumnya 1,1 persen pada tahun 2022,” ungkap Lany.

Lany menyatakan, tahun ini Saratoga akan terus aktif dalam menjalankan strategi investasinya. Langkah ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif. Berakhirnya proses pemilihan umum secara damai pada Februari lalu juga menjadi modal yang baik bagi pelaku usaha untuk terus berinvestasi dan mengembangkan bisnis mereka.

“Kami akan tetap fokus meningkatkan investasi di sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia. Salah satu strateginya adalah memperkuat investasi di portofolio yang sudah ada atau menambah portofolio baru yang memiliki prospek pertumbuhan bisnis yang baik dalam jangka panjang,” tutup Lany.

Adapun portofolio perseroaan saat ini terdiri dari perusahaan terbuka antara lain, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Samator Indo Gas Tbk (AGII). Dan perusahaan non-terbuka yakni, MGM Bosco Logistik (MBL), Bersama Digital Infrastructure Asia (BDIA), dan Xurya Daya Indonesia (Xurya).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya