Liputan6.com, Jakarta - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan signifikan sebesar 4,65% selama sepekan terakhir, ditutup pada level 6.983.Pelemahan ini dipengaruhi oleh kombinasi sentimen eksternal dan domestik.
Dari sisi eksternal, Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menilai pernyataan The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Seriakt yang mengisyaratkan pendekatan lebih hati-hati untuk menurunkan suku bunga pada 2025 meningkatkan ketidakpastian di pasar global, termasuk Indonesia.
Baca Juga
The Fed kemungkinan hanya akan melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali. "Hal ini berdampak pada ekspektasi pelaku pasar yang sebelumnya mengharapkan pelonggaran moneter lebih agresif," kata Hendra dalam keterangan resmi, Minggu (22/12/2024).
Advertisement
Di sisi domestik, rencana kenaikan PPN menjadi 12% mendapatkan respons negatif dari pelaku pasar karena dinilai berisiko menekan daya beli masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih mencatatkan deflasi selama delapan bulan berturut-turut.
Selain itu, nilai tukar rupiah yang melemah hingga level Rp 16.300 per USD menambah tekanan, khususnya pada sektor-sektor yang memiliki eksposur besar terhadap utang luar negeri.
"Sektor perbankan menjadi pemberat utama IHSG pekan ini, dengan saham-saham seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI terkoreksi signifikan akibat aksi jual investor asing yang terus berlanjut" ulas Hendra.
Untuk perdagangan Senin, 23 Desember 2024, IHSG diperkirakan masih dibayangi sentimen negatif, tetapi terdapat peluang teknikal rebound mengingat indeks telah berada di area oversold. Level support IHSG berada di 6.931, sementara resistance di 7.104.
"Pergerakan ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti potensi penguatan sementara rupiah, serta akumulasi saham-saham yang tertekan pekan lalu. Sentimen positif dari bursa regional juga dapat menjadi katalis pendukung jika pasar global menunjukkan perbaikan," kata Hendra.
Â
Â
Â
Saham Pilihan
Dalam kondisi tersebut, terdapat peluang pada saham-saham tertentu, khususnya di sektor energi dan gas. PGEO (Pertamina Geothermal Energy) menjadi salah satu saham yang menarik, dengan rekomendasi BUY dan target harga 1.030, didukung oleh prospek jangka panjang energi terbarukan yang terus mendapatkan dukungan dari pemerintah.
Selain itu, RAJA (Rukun Raharja) juga direkomendasikan untuk BUY dengan target harga 2.700, mengingat peluang pertumbuhan dari kenaikan harga gas serta pengembangan infrastruktur energi strategis.
"Kedua saham ini cenderung lebih volatilitas terhadap pasar, sekaligus memiliki potensi upside yang menarik. Pelaku pasar disarankan tetap berhati-hati, sambil memanfaatkan peluang akumulasi pada saham-saham unggulan di tengah volatilitas yang tinggi dan memanfaatkan momentum saja," pungkas Hendra.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Kinerja IHSG pada 16-20 Desember 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada periode 16-20 Desember 2024. Sentimen global dinilai menekan IHSG.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (21/12/2024), IHSG merosot 4,65 persen ke posisi 6.983,86.Koreksi IHSG pekan ini lebih besar dibandingkan pekan lalu. Pada pekan lalu, IHSG susut 0,79 persen menjadi 7.324,78.
Kapitalisasi pasar terpangkas 3,28 persen menjadi Rp 12.191 triliun pada 16-20 Desember 2024 dari pekan lalu Rp 12.604 triliun.
Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa merosot 12,71 persen menjadi 1,08 juta kali transaksi dari pekan lalu di posisi 1,24 juta kali transaksi.
Selama sepekan, rata-rata nilai transaksi harian bursa susut 39,36 persen menjadi Rp 12,25 triliun dari Rp 20,19 triliun. Rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 17,71 persen menjadi 19,19 miliar saham dari 23,32 miliar saham.
Investor asing juga masih melakukan aksi jual saham yang mencapai Rp 4,08 triliun selama sepekan. Aksi jual saham oleh investor asing ini lebih besar dari pekan lalu di posisi Rp 2,70 triliun.
Pada pekan ini, seluruh sektor saham tertekan. Sektor saham bahan baku atau basic material mencatat koreksi terbesar dengan turun 8,21 persen. Sektor saham energi merosot 4,71 persen, sektor saham industri susut 5,54 persen, sektor saham consumer nonsiklikal terpangkas 4,27 persen dan sektor saham consumer siklikal melemah 4,82 persen.
Lalu sektor saham perawatan kesehatan merosot 4,76 persen, sektor saham keuangan turun 4,24 persen, sektor saham properti dan real estate melemah 6,14 persen, sektor saham teknologi turun 5,63 persen. Lalu sektor saham infrastruktur terpangkas 3,04 persen dan sektor saham transportasi merosot 5,15 persen.