Liputan6.com, Jakarta Jika sedikit menyimak kejayaan musik di era 90-an, tentu kita akan teringat sosok Kikan yang kala itu sempat menjadi salah satu pilar rock Tanah Air bersama bandnya, Cokelat.
Berawal dari kesuksesan single Pergi, yang kemudian berlanjut dengan peluncuran album Untuk Bintang di tahun 2000, nama Cokelat sempat diakui sebagai salah satu raja di industri musik Indonesia.
Baca Juga
Sebuah keputusan besar untuk membawakan lagu-lagu Nasional di tahun 2006 juga berhasil melambungkan band ini sebagai band nasionalis.
Advertisement
Namun, kekompakan itu akhirnya memudar di tahun ke-14 ketika Kikan memutuskan hengkang dan memilih berjuang sendiri di industri musik.
Sejumlah masalah pun sempat mewarnai hidupnya, salah satunya adalah kejenuhannya untuk tampil di atas panggung.
"Sebetulnya saya juga sudah sempat melewati fase dimana saya pribadi merasa bahwa kayaknya, 'Aduh, bukan umurnya lagi untuk jadi orang di atas panggung.' Sempat berpikir juga untuk bekerja di balik layar saja. Jadi manajer, produser atau apapunlah," ucap Kikan saat ditemui Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
"Di masa-masa itu, tepatnya 2-4 tahun lalu dimana saya baru resign dari cokelat, saya sempat mencoba mengeksplor kemampuan dengan ikut teater musikal. Dari situ saya menimba ilmu yang luar biasa," lanjutnya.
Meski merasakan banyak hal baru dari dunia teater, jiwa bermusik Kikan ternyata tidak menguap begitu saja. Kerinduan untuk menjadi musisi akhirnya menyadarkan visi sekaligus membuka kembali jalannya ke industri musik.
"Ternyata popularitas, materi, dan semua yang sudah pernah saya lalui ternyata tidak menghentikan saya dari main musik. Orang-orang mungkin melihat kesuksesan dari popularitas dan intensitas muncul di televisi. Tapi buat saya main musik lebih dalam dari itu. Itu satu-satunya bentuk saya mengekspresikan diri yang saya bisa," tegas Kikan.(Feb/Rul)