Liputan6.com, Surabaya - 30 sambungan air melalui program "Master Meter" akan dibangun di Surabaya, Jawa Tmur. Kegiatan ini terjadi atas kerja sama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan United States Agency for International Development, Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (USAID IUWASH PLUS) dan Cola-Cola Foundation Indonesia.
Master Meter adalah program pelayanan sambungan air yang berbasis komunitas melalui satu meter induk yang kemudian didistribusikan secara swadaya oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
"Bagi saya, Master Meter merupakan sebuah terobosan yang akan dapat membantu dua persen masyarakat Kota Surabaya yang belum menerima saluran air bersih," kata Dirut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Surabaya, Mujiaman saat mengumumkan program Master Meter di Dyandra Convention Center, Surabaya, Kamis (12/9/2019) dilansir Antara.
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, wilayah yang menerima sambungan air PDAM Master Meter meliputi Ambengan Selatan Karya, Jalan Semarang, Gunung Anyar Tambak, Ambengan Baru, Darmokalimir, Keputran Panjunan, Mastrip, Joyoboyo, Asemulyo, Bendul Merisi dan Romokalisari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Upaya Pemkot Urusi Persoalan Air di Surabaya
Mujiaman menyampaikan, sejauh ini Pemkot Surabaya telah melakukan sejumlah upaya untuk menanggulangi permasalahan air, di antaranya melalui pembangunan bendungan di Gunungsari dan Wonokromo, penanaman Manggrove di pesisir Surabaya, serta pembangunan gorong-gorong untuk menanggulangi banjir di Kota Surabaya.
Sejauh ini, sebanyak 23 sambungan air melalui program Master Meter telah berhasil dibangun dan telah menyalurkan air bersih kepada 900 rumah di enam kecamatan Kota Surabaya. Setidaknya ada sekitar 4.500 warga yang telah menerima manfaat dari program tersebut.
Sementara itu, Ketua Deputi USAID IUWASH PLUS, Alifah Lestari mengatakan, persoalan akses air bersih hingga kini masih menjadi permasalahan di sejumlah daerah di Indonesia, seperti halnya di Surabaya.
"Saluran air di Surabaya telah mencapai 98 persen, tapi 2 persen juga bukan jumlah yang sedikit sebenarnya. Selain itu, 2 persen yang kurang merupakan daerah yang memang sulit dijangkau," ujar dia.
Alifah berpendapat bahwa kemitraan dengan sejumlah pihak terkait merupakan jawaban untuk permasalahan saluran air bersih. Tanpa adanya kemitraan, kata dia, akan sulit untuk menangani permasalahan air bersih.
Salah seorang warga penerima manfaat program Master Meter, Latifah, mengatakan sebelum ada program tersebut ia terpaksa harus membeli air gledekan atau menimba sumur terdekat. Bahkan untuk keperluan air selama sebulan bisa habis hingga Rp450 ribu.
"Tapi sekarang terbantu sekali, cukup bayar Rp30 ribu saja dan jauh lebih praktis," katanya.
Advertisement