Dokter Spesialis RSUD Dr Soetomo Siap Tangani Bayi Hidrosefalus asal Surabaya

Bayi Pandhu mendapat serangkaian penanganan dari RSUD dr Soetomo Surabaya. Ingin tahu ada hal apa saja mengenai Pandhu Firmansyah, bayi penderita hidrosefalus? Simak rangkumannya

oleh Liputan Enam diperbarui 10 Des 2019, 14:30 WIB
Diterbitkan 10 Des 2019, 14:30 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya, Chandra Oratmangon. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Muhammad Pandhu Firmansyah, bayi 5 bulan penderita Hidrosefalus menerima perawatan dari RS dr Soetomo Surabaya. Ia akan dipantau hingga usianya 17 tahun.

Sebanyak 11 dokter dari berbagai divisi akan dikerahkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya untuk menangani Muhammad Pandhu Firmansyah.

Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya, Dr Joni Wahyuhadi menuturkan, pihaknya berupaya maksimal menangani Pandhu. Pihaknya melibatkan dokter spealis.

"Kami akan berupaya maksimal menangani Pandhu. Penanganannya dilakukan bertahap. Kami melibatkan para dokter ahli bedah plastik, bedah syaraf, dan dua dokter khusus memonitor tumbuh kembang anak,” ujar dia, mengutip Antara, Senin 9 Desember 2019.

Tim dari RSUD dr Soetomo Surabaya pun menyatakan, bayi Pandhu memilki rongga hingga 4 cm di bagian atas bibir pada area hidung. Oleh karena itu, bayi Pandhu kesulitan untuk meminum asi secara langsung dan meminum dari dot sehingga Dina (Ibu kandung Pandhu) harus menyuapinya menggunakan sendok.

Joni menuturkan, penanganan terhadap bayi Pandhu akan dilakukan secara bertahap, salah satunya adalah dengan pemasangan selang yang dilakukan oleh dokter bedah syaraf dengan tujuan untuk mengurangi tekanan kadar air di otaknya. Berikut sejumlah penanganan bayi yang menderita hidrosefalus asal Surabaya, Muhammad Pandhu Firmansyah yang dikutip dari Antara:

1. 11 Dokter Spesialis menangani bayi Pandhu

Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya, Dr Joni Wahyuhadi menuturkan, akan mengerahkan 11 dokter spesialis dari berbagai divisi untuk menangani bayi Pandhu secara maksimal dan bertahap.

"Kami melibatkan 11 dokter spesialis dari berbagai divisi. Sampai 17 tahun terus dipantau dan direkonstruksi,” ujar Joni.

Joni juga menuturkan, bayi Pandhu akan terus dipantau hingga usianya menginjak 17 tahun. Serangkaian rekonstruksi pada wajahnya pun dilakukan.

"Kami akan berupaya maksimal menangani Pandhu. Penanganannya dilakukan bertahap. Kami melibatkan para dokter ahli bedah plastik, bedah syaraf, dan dua dokter khusus memonitor tumbuh kembang anak,” tambah dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2.Rencana Rekonstruksi

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Chandra Oratmangon saat melakukan outreach di rumah klien.

2.Rencana Rekonstruksi Sumbing

Hidrosefalus yang diderita membuat wajah bayi Pandhu tidak sempurna. Tim dokter menjelaskan, Bayi Pandhu memilki rongga hingga 4cm di bagian atas bibir pada area hidung sehingga mereka merencanakan rekonstruksi sumbing untuk bayi Pandhu.

"Kalau nanti sudah stabil, barulah dilakukan rekonstruksi (bedah plastik) di bagian sumbing wajah yang harus dipersempit. Ini dikerjakan satu bulan sampai dua bulan ke depan,” tutur Joni Wahyuhadi, Direktur RSUD dr Soetomo Surabaya.

Tim dokter juga menjelaskan bayi Pandhu akan dipantau dan sejumlah rekonstruksi pada wajahnya akan terus dilakukan.  Dokter bedah plastik yang menangani bayi hydrocephalus, dr Lobredia Zarasade SpBpRE (KKF) menuturkan, operasi perbaikan wajah bisa sampai usia 17 tahun saat tulang wajahnya sudah tidak berkembang lagi.

Ia menuturkan langkah awal yang dilakukan timnya yaitu mempersempit jaringan yang terbuka menutup celahnya dengan taping pakai plester dimulai hari ini.

"Nanti ditaping, ditutup pakai plester dengan sedikit tarikan, jadi celahnya diharapkan bisa menyempit. Prosesnya sederhana, kalau basah nanti plesternya diganti. Makanya keluarga kami ajari juga," ujar dia mengutip Antara.

Pemberian plester pada bagian kiri dan kanan dilakukan selama sebulan dan dua bulan sampai lebar celahnya mencapai dua sentimeter. Sehingga memudahkan proses operasi selanjutnya.

"Saat ini sekaligus pemeriksaan seluruh tim, mulai dokter mata, THT, anak, rehab medik, bedah syaraf," ucapnya.

Langkah selanjutnya yaitu operasi rekonstruksi soft tissue, yaitu kulit dan otot di bawahnya. Kemudian menunggu satu sampai satu setengah tahun untuk operasi langit-langit mulut Pandhu.

"Setelah operasi akan ada terapi bicara sampai usia empat tahun, kemudian pasang kawat gigi operasi lanjutan untuk menutup gusinya. Usia sembilan tahun akan kami perbaiki lagi," tutur dia.

3. Bayi Pandhu Menderita Hidrosefalus

Banyak sebab mengapa bayi bisa menderita hidrosefalus. Hidrosefalus disebabkan karena menumpuknya cairan di dalam tengkorak, dan jika sudah sangat parah, bisa menyebabkan kematian.

Dina, ibu dari Muhammad Pandhu Firmansyah, sebelumnya menceritakan bagaimana bayi Pandhu menderita hidrosefalus. Pada saat usia kandungan Dina 4 bulan, ketika tidur Dina digigit tikus dua kali dan berdarah. Dina pun memeriksakan dirinya ke dokter dan diberi obat sidiadryl, lalu tak ada keluhan apa pun dari Dina.

"Namun, saat usia kehamilan enam bulan, klien periksa kandungan ke dokter dan didiagnosis bayi dalam kandungan terkena penyakit Hydrocephalus. Namun, dokter tidak berani menginjeksi obat dan hanya diberi vitamin untuk bayi," ujar  Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Chandra Oratmangon, Senin, 2 Desember 2019.

4. Dapat Bantuan dari Pemkot Surabaya

4. Dapat Bantuan dari Pemkot Surabaya

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Chandra Oratmangon  memastikan, keluarga klien bersama sang bayi sudah mendapat bantuan. 

"Intervensi dari awal berupa bantuan BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran). Selain itu, klien juga sudah didampingi pihak Puskesmas Mojo, baik pendampingan psikologi ibunya maupun perawatan sang bayi,” kata Chandra saat dikonfirmasi, Senin 2 Desember 2019.

Chandra memastikan bahwa bantuan sudah diterima oleh Dina (21) dan bayi Pandhu sejak Juni 2019. Sebelumnya, Chandra mengungkapkan bahwa Pemkot Surabaya melakukan outreach dan menemukan Dina tinggal bersama ibunya di rumah kontrakkan yang berukuran 2x6 meter tepatnya di Jojoran, Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng Surabaya.

Namun, saat ini Dina sudah pindah dan tinggal di Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa) Gunungsari dan didampingi oleh Pemkot Surabaya

 

 

 

(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya