986 Perawat di Jawa Timur Terpapar COVID-19, Terbanyak dari Surabaya

Ketua DPW PPNI Jatim Prof Nursalam Mnurs menuturkan, ada 333 perawat di Surabaya, Jawa Timur yang terpapar COVID-19

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Sep 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Timur (PPNI Jatim) menyatakan perawat di Jawa Timur (Jatim) yang terinfeksi COVID-19 mencapai 986 orang hingga 22 September 2020. Dari jumlah tersebut, terbanyak dari Surabaya.

Ketua DPW PPNI Jatim Prof Nursalam Mnurs menuturkan, ada 333 perawat di Surabaya yang terpapar COVID-19. Dari jumlah perawat terpapar COVID-19 di Surabaya, 10 orang meninggal dunia.

Prof Nursalam menilai, salah satu penyebab perawat banyak terpapar COVID-19 di Surabaya karena banyak pasien yang termasuk orang tanpa gejala (OTG). Mengutip infocovid-19.jatimprov.go.id, data konfirmasi tanpa gejala di Surabaya mencapai 6.928 hingga Selasa, 22 September 2020. Angka ini lebih tinggi dari bergejala mencapai 6.869.

Selain Surabaya, perawat banyak terpapar COVID-19 di Sidoarjo 83 orang, dan dari jumlah itu tiga orang meninggal dunia. Kemudian di Gresik dan satu perawat meninggal karena COVID-19, Lumajang sebanyak 51 orang perawat yang terpapar COVID-19 dan Kabupaten Mojokerto.

“Surabaya 333, Sidoarjo 83, dan Lumajang 51 (perawat-red),” ujar Prof Nursalam, saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, ditulis Rabu (23/9/2020).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Imbauan kepada Perawat

Kelemahan Virus Corona
Ilustrasi Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Seiring perawat banyak terinfeksi COVID-19, Prof Nursalam mengimbau untuk menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, dan menganggap semua pasien, serta bahkan semua orang adalah OTG.

"Pemeriksaan PCR secara berkala bagi tenaga perawat, sehingga bisa diketahui," tutur dia.

Kemudian bagi perawat yang ada komorbid atau risiko lain, obesitas, penyakit autoimun, hamil, dan usia di atas 50 tahun supaya ada fleksibilitas untuk pengaturan shift kerja.

Selain itu juga menjaga kondisi dengan beban yang tidak melelahkan, mengurangi stress, pemenuhan kebutuhan dasar dan lain-lain.

"Bagi perawat yang terkonfirmasi positif perlu diberikan insentif bukan hanya yang meninggal,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya