Tim Pengabdian Masyarakat Ubhara Jaya Tawarkan 4 Solusi Atasi Limbah Tahu

Tulus menyatakan, limbah cair industri tahu akan berpengaruh terhadap air apabila langsung dibuang tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Menurutnya, limbah Industri tahu memiliki kandungan bahan C-organik, yang mempengaruhi kadar BOD dan COD.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2022, 20:08 WIB
Diterbitkan 07 Des 2022, 19:42 WIB
Tim Pengabdian Masyarakat Ubhara Jaya saat sosialiasi penanganan limbah tahu. (Istimewa)
Tim Pengabdian Masyarakat Ubhara Jaya saat sosialiasi penanganan limbah tahu. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Pengabdian Masyarakat Ubhara Jaya yang diketuai Tulus Sukreni, menawarkan sejumlah solusi pengolahan limbah industri tahu untuk pengrajin tahu di Desa Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.

Tulus menyatakan, limbah cair industri tahu akan berpengaruh terhadap air apabila langsung dibuang tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Menurutnya, limbah Industri tahu memiliki kandungan bahan C-organik, yang mempengaruhi kadar BOD dan COD.

"Kita petakan beberapa solusi untuk persoalan limbah tahun ini," ujarnya Rabu (7/12/2022)

Pertama, limbah cair tahu akan dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan masyarakat desa Mangunjaya.

Kedua, membentuk kelompok masyarakat yang disebut kelompok Dompet. Kelompok Dompet ini didampingi selama pengolahan limbah cair tahu sampai menjadi dompet yang akan dipasarkan secara online.

Ketiga, limbah padat tahu akan dimanfaatkan menjadi karbon aktif pada proses pemucatan (bleaching) minyak jelantah yang dikumpulkan dari masyarakat dan akan dimanfaatkan menjadi minyak curah.

keempat, dibentuk kelompok masyarakat yang disebut kelompok Arang Aktif.  Kelompok ini didampingi selama pengolahan limbah padat tahu sampai menjadi arang aktif yang kemudian dimanfaatkan untuk menjernihkan minyak jelantah menjadi minyak curah.

"Arang Aktif dari limbah padat tahu ini akan dipasarkan secara online," jelasnya.

 

 

 

 

 

Konsumsi Tahu Meningkat

Tulus menyatakan, tahu sudah menjadi makanan tidak terpisahkan bagi warga Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata konsumsi tahu dan tempe per kapita di Indonesia sebesar 0,304 kilogram (kg) setiap minggu pada 2021.

Angka tersebut naik 3,75% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 0,293 kg setiap minggu. Kebutuhan terhadap kedelai sebagai bahan utama pembuatan tahu dan tempe mencapai 2,3 juta ton pertahun, dimana 40% yang dikonsumsi berupa tahu, 50% berupa tempe dan 10% minyak kedelai.

Konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap tahu menyebabkan banyak industri tahu skala rumah tangga didirikan, beberapa di antaranya terletak di Desa Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Di desa ini, terdapat 10 keluarga yang menjadikan industri tahu sebagai sumber perekonomian keluarga.

 

Infografis Riwayat Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Riwayat Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya