Liputan6.com, Magetan - Seiring intensitas hujan yang masih tinggi, potensi ancaman penyakit demam berdarah (DB) yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti masih terus ada.
Untuk itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magetan, Jawa Timur, meminta masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran DB meski kasusnya saat ini menurun.
Baca Juga
"Jumlah kasusnya memang menurun, namun tetap perlu diwaspadai karena hujan masih sering terjadi," kata Sub Koordinator Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Magetan, Agoes Yudi Purnomo di Magetan, dilansir dair Antara, Selasa (9/5/2023).
Advertisement
Sesuai data, Dinkes setempat mencatat ada 74 kasus demam berdarah di Magetan selama Januari hingga April 2023. Pada Januari ada 24 kasus, Februari 23 kasus, sedangkan pada bulan Maret dan April, masing-masing 13 dan 14 kasus.
"Alhamdulillah tidak ada korban meninggal dunia, semoga tidak ada. Sedangkan Bulan Mei belum ada kasus demam berdarah di Magetan," kata dia.
Meskipun tren kasusnya menurun, Dinkes meminta warga tetap waspada. Karena fenomena masih hujan saat ini membuat kapasitas vektor pembawa penyakit cukup tinggi.
"Adanya suhu udara yang naik, membuat kemampuan vektor dalam berkembang biak itu lebih cepat, sehingga masyarakat jangan lengah," katanya.
Ia memberikan contoh, biasanya perkembangbiakan vektor nyamuk aedes aegypti membutuhkan waktu selama 14 hari, mulai menetas sampai nyamuk dewasa. Namun dengan adanya peningkatan suhu, maka dia lebih cepat, lima hari sudah bisa menetas.
"Selain lebih cepat, produktivitasnya juga lebih tinggi dengan adanya suhu saat ini," kata dia.
Â
Â
Fogging dan PSN
Dari survei vektor yang dilakukan oleh Dinkes Magetan, ditemukan bahwa vektor demam berdarah yang berhasil ditangkap adalah nyamuk "Aedes Aegypti dan "Aedes Albopictus".
"Adapun langkah terbaik untuk menghadapi risiko penularan demam berdarah adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), bukan fogging atau pengasapan," tambah Agoes.
Selama ini, Dinkes Magetan bersama jajaran dan petugas di lapangan sudah melakukan fogging di beberapa wilayah yang warganya positif terjangkit DB. Akan tetapi menurut Agoes, hal tersebut tidak efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa.
"Yang paling efektif dan harus terus digencarkan adalah PSN, yaitu dengan 3M seperti menguras bak mandi secara rutin, menutup tempat penampungan air, dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air," katanya.
Selain PSN, Dinkes juga gencar melakukan sosialisasi waspada DB dengan rajin menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari, demikian Agoes Yudi Purnomo.
Advertisement