Liputan6.com, Bangkok Konflik yang berlangsung di Thailand masih belum usai. Pihak militer yang sudah mengambil alih pemerintahan memberlakukan kebijakan lebih luas di dunia digital dengan memblokir akses Facebook di negaranya.
Kebijakan pemblokiran Facebook itu diharapkan pihak militer dapat membendung protes dan demonstrasi rakyat atas kudeta yang telah diumumkan sejak pekan lalu.
Kementerian teknologi dan informasi di negara itu mengumumkan, pemblokiran Facebook hari Rabu (28/5/2014) santer terdengar, setelah menerima banyak laporan pengguna Facebook di Negara Gajah Putih tak bisa mengakses akunnya.
Sebelumnya, pihak berwenang mengaku Facebook yang tak bisa diakses hanya sekadar kesalahan teknis. Namun, Surachai Siraman sebagai Sekretaris Permanen Departemen Kominfo Thailand mengaku kepada Reuters bahwa blokir itu sengaja dilakukan.
"Kami telah memblokir Facebook sementara," ungkap Surachai seperti dilansir laman Mashable yang Tekno Liputan6.com kutip, Kamis (29/5/2014).
"Sekarang ada kampanye yang meminta orang-orang untuk melakukan protes terhadap militer sehingga kita perlu bekerjasama dengan media sosial untuk membantu kami menghentikan penyebaran pesan penting tentang kudeta," tambah Surachai.
Ia pun menyebutkan pemerintah berencana memanggil perusahaan situs media sosial lainnya seperti Twitter dan Instagram untuk meminta mereka agar mau 'bekerjasama'.
Putusan pemblokiran Facebook muncul setelah Prayuth Chan-ocha sebagai Panglima Militer Thailand menyatakan kudeta dan mengambil alih pemerintahan pekan lalu. Langkah kudeta sebenarnya diikuti oleh kampanye yang menyerukan pemblokiran saluran televisi internasional dan membatasi jaringan TV Thailand.
Pemerintah Thailand juga mengumumkan rencananya untuk menerapkan gateway internet guna mengontrol dan menyaring web secara lebih baik.
Langkah ini menjadikan Thailand masuk dalam daftar negara yang memblokir situs jejaring sosial terbesar itu. Negara lain yang pernah memblokir Facebook antara lain China, Iran, dan Korea Utara.
Ricuh Kudeta, Thailand Blokir Facebook
Langkah kudeta yang diumumkan militer diiringi dengan pembatasan akses informasi masyarakat, termasuk Facebook.
diperbarui 29 Mei 2014, 14:08 WIBDiterbitkan 29 Mei 2014, 14:08 WIB
Aktivis membawa poster dan berteriak ke arah tentara yang berusaha untuk mengendalikan massa saat aksi unjuk rasa menentang pemerintahan militer di Bangkok, Thailand. (ANTARA FOTO/REUTERS/Damir Sagolj)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Maruarar Sirait: Pemilih Nonmuslim Tinggalkan Pramono-Rano Karno karena Didukung Anies
Dikelola Kemenhut, TN Alas Purwo Dikenakan Tarif Nol Rupiah bagi Umat Hindu yang Beribadah di Pura Luhur Giri Salaka
Pengantin Menyesal Salah Pilih Vendor Dekorasi Pernikahan, Mengaku Tertipu Portofolio
Dugaan Korupsi di Bank Pemerintah, Kredit Modal Kerja Rp2 Miliar Digelapkan
Kisah Gus Maksum Sembuhkan Pemabuk Hanya dengan Sepucuk Surat, Karomah Wali
Semeru, Gunung Tertinggi Jawa yang Menyimpan Misteri
Tidak Melulu Putih Ini Warna-Warna Petir
Relawan Prabowo Dukung Isran Noor, Kode IKN Lanjut?
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Sabtu 23 November 2024
Melihat Desa Kecil di NTB yang Membangkitkan Harapan Hutan Bakau
Pertama di Asia, Hotel Berkonsep Storytelling Resmi Dibuka di Jakarta
Survei PUSKAPI, Banyak Warga Musi Banyuasin Belum Tahu Ada Pilkada Sumsel 2024