Sepakati Sinergi, Bandung Hibahkan Aplikasi Smart City ke 23 Kota

Konsep dan platform kota cerdas, atau dikenal dengan istilah smart city, harus terus disinergikan.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 05 Sep 2016, 09:26 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2016, 09:26 WIB
Walikota Bandung Ridwan Kamil
Walikota Bandung Ridwan Kamil (kiri) di sela-sela Indonesia Smart City Forum 2016 di Bandung. (Liputan6.com/Muhammad sufyan Abdurrahman)

Liputan6.com, Jakarta - Konsep dan platform kota cerdas, atau dikenal dengan istilah smart city, harus terus disinergikan. Sebab, permasalahan di tiap kota sebetulnya tidak terlalu berbeda jauh. 

Karena itu, para pihak berkepentingan yaitu akademisi, pebisnis, pemerintah, dan komunitas harus difasilitasi, dalam rangka melahirkan smart city yang bukan sekadar gaya-gayaan, melainkan betul-betul diperlukan warga kota tersebut. 

Demikian penggalan kesimpulan Kesepakatan Bandung menuju Indonesia Smart City Nation, yang disampaikan oleh wali kota Bandung Ridwan Kamil, dalam penutupan Smart City Forum, di Bandung, akhir pekan lalu. Ajang ini dihadiri oleh 812 peserta, yang 38 orang di antaranya merupakan kepala daerah dan perwakilan dari 76 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

"Kami juga sepakat berbagi pakai aplikasi untuk mempercepat dan mengefisienkan pengembangan smart city melalui repository nasional. Bandung sudah menghabiskan Rp 40 miliar untuk membuat berbagai aplikasi, dan kalau disinergikan dengan daerah lain, terjadi penghematan secara nasional," ujar pria yang akrab disapa Emil tersebut. 

Nota kesepahaman ini ditandatangani oleh Emil dan kepala daerah dari kota Palu, kota Sungai Penuh, kota Depok, kota Solok, kota Bontang, kota Mobagu, kota Banda Aceh, kota Bitung, kota Tegal, kota Palopo, kota Batam, kota  Tangerang, dan kota Ternate. 

Kemudian kota Langsa, kota Sabang, kota Jambi, kabupaten Pandeglang, kabupaten Balangan, kabupaten Penajam Pasir Utara, kabupaten Mandailing Natal, kabupaten Musi Banyuasin, dan kabupaten Bangka Selatan. 

"Penyelenggaraan program ini didasarkan pada prinsip kolaborasi. Perbanyak kolaborasi, kurangi kompetisi, karena kita NKRI. Dan memang kunci smart city adalah kolaborasi dan sinergi. Jangan masing-masing kota membangun untuk menyelesaikan masalah yang sama," tutur Emil menegaskan. 

Menurut Emil, cara lain untuk mempercepat implementasi adalah political will yang keras dari setiap pemimpin daerah. Adapun cara yang ditempuh di Bandung adalah, 70 persen bersifat memaksa bawahan, sehingga siapa pun pemimpinnya, teknologi mampu menyelesaikan masalah rutin. 

"70 persen masalah di kota Bandung telah terselesaikan berkat konsep smart city yang memanfaatkan beragam hal berbasis TIK, yang berorientasi pada pelayanan masyarakat. Dengan 300 lebih aplikasi kami, saya boleh klaim 70 persen masalah yang dulu tak bisa diakses dan ditonton, kini bisa terselesaikan," pungkas Emil. 

(Msu/Why)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya