Begini Pengakuan Hacker Pembobol Jutaan Akun Yahoo

Seorang hacker Kanada dinyatakan dan mengaku bersalah lantaran terlibat dalam kasus peretasan Yahoo pada 2014 silam.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Nov 2017, 17:46 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2017, 17:46 WIB
Kantor Yahoo
Kantor Yahoo - Kredit: Techno Buffalo

Liputan6.com, Jakarta - Seorang warga Kanada dituding pemerintah Amerika Serikat, telah membantu agen intelijen Rusia melakukan peretasan akun Yahoo secara masif pada 2014.

Departemen Hukum AS mengatakan, pria bernama Karim Baratov itu kemudian dinyatakan bersalah dalam pengadilan Selasa 28 November 2017.

Mengutip laporan Reuters, Rabu (29/11/2017), Baratov dinyatakan bersalah di pengadilan atas pembobolan akun email Yahoo dan menjual password email-email tersebut kepada seorang agen Rusia.

Pria 22 tahun yang lahir di Kazakhstan ini ditahan di Kanada, sejak Maret 2017 atas permintaan kejaksaan AS. Namun karena hukum ekstradisi, ia kemudian diputus bersalah oleh pengadilan AS.

Tidak hanya Baratov, dalam pernyataannya, Departemen Hukum AS mengumumkan tiga pria lain yang juga ditahan, termasuk dua agen Rusia (FSB) atas aksinya membobol 500 juta akun Yahoo.

Menanggapi penahanan yang melibatkan kedua petugas Rusia, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin membantah bahwa agen FSB terlibat dalam peretasan akun Yahoo.

Kejaksaan menyebut, kedua agen FSB bernama Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushchin secara langsung membayar kelompok hacker serta mempekerjakan Alexsey Belan, salah satu penjahat siber paling banyak dicari FBI, untuk membobol Yahoo.

Mengaku Bersalah

Ketika kedua agen FSB tersebut mengetahui bahwa target mereka memiliki akun email non-Yahoo, mereka juga menyewa jasa peretasan Baratov. Ia diketahui mendapat bayaran atas aksinya membobol 80 akun email.

Beberapa akun yang jadi sasaran merupakan milik pejabat Rusia, CEO perusahaan logam, hingga bankir terkemuka. Setidaknya, dari 80 akun yang disasar Baratov merupakan milik Google.

Departemen Hukum AS juga menyebut, Baratov mengakui kejahatannya membobol 11 ribu akun email baik atas permintaan kedua agen FSB dan konsumennya yang lain. Peretasan tersebut dilakukan sejak 2010 hingga Maret 2017, sebelum ditahan oleh pemerintah Kanada.

Menurut Baratov, dia mengiklankan layanannya dalam website berbahasa Rusia. Ia pun mendapatkan akses ke akun para korbannya dengan korespondensi palsu yang dirancang agar terlihat seolah-olah dikirim dari host email yang relevan.

Baratov mengaku bersalah atas tudingan konspirasi yang melanggar Undang-undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer (Computer Fraud and Abuse Act) dan delapan tuduhan pencurian identitas.

Peretasan 500 Juta Akun Yahoo

Sebelumnya, pertengahan September tahun 2016, Yahoo secara mengejutkan mengumumkan perusahaan telah dibobol sehingga menyebabkan pencarian setidaknya 500 juta akun pengguna Yahoo. 

Pembobolan akun tersebut diyakini sebagai kejahatan siber terbesar di dunia. Saat itu dalam pernyataannya, Yahoo percaya bahwa pihak di balik kejadian ini adalah "aktor yang disponsori pemerintah". Artinya, ini merupakan suatu tindakan individual atas nama pemerintah.

"Informasi akun yang dicuri meliputi nama, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, kata sandi dan, dalam beberapa kasus, pertanyaan dan jawaban keamanan terenkripsi atau tidak terenkripsi," kata Yahoo dalam sebuah pernyataan.

Perkembangan kasus peretasan Yahoo terus berlanjut hingga Oktober 2017 ini. Setelah resmi dibeli operator terkemuka AS Verizon, Yahoo --yang kemudian berganti nama menjadi Oath-- membeberkan, jumlah akun yang bocor karena peretasan masif itu sebanyak 3 miliar akun. 

Chief Information Security Officer Verizon Chandra McMahon pun mengatakan, Verizon sebagai perusahaan induk Oath berkomitmen untuk selalu terbuka kepada pengguna.

"Kami bekerja proaktif untuk memastikan keselamatan dan keamanan para pengguna dari ancaman keamanan. Investasi kami di Yahoo memungkinkan tim untuk mengambil langkah signifikan guna meningkatkan keamanan pengguna," katanya.

(Tin/Isk)

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya