Liputan6.com, Jakarta - Facebook dilaporkan sedang menjajaki peluang untuk mengakuisisi perusahaan keamanan siber.
Hal tersebut merupakan salah satu upaya memperkuat keamanan layanannya, terutama setelah insiden pelanggaran keamanan yang mengekspos data puluhaan juta penggunanya.
Dilansir Phone Arena, Selasa (23/10/2018), Facebook saat ini tengah berdiskusi dengan sejumlah perusahaan keamanan siber, dan akan memilih salah satu di antaranya untuk menjadi bagian dari portofolionya. Sejumlah kandidat potensial sejauh ini belum diketahui.
Advertisement
Baca Juga
Jika kesepakatan berjalan, maka ini akan menjadi akuisisi ketiga Facebook terkait dengan perusahaan keamanan.
Sebelumnya, Facebook membeli developer aplikasi database keamanan, Acrylic Software, pada 2012. Kemudian perusahaan penyedia teknologi server yang aman, PrivateCore, pada 2014.
Terlepas dari akuisisi, Facebook juga telah memiliki departemen keamanan siber sendiri. Namun, akuisisi perusahaan-perusahaan tersebut akan membuat layanannya lebih aman.
Adapun kesepakatan akuisisi terbaru ini kemungkinan akan tercapai pada akhir 2018.
Akuisisi dinilai tidak akan mengubah pengalaman pengguna, tapi Facebook diprediksi akan melakukan serangkaian peningkatan kualitas keamanan untuk mendapatkan kembali kepercayaan para penggunanya.
Facebook Hapus 559 Page dan 251 Akun Spam
Di luar persoalan akuisisi, Facebook sebelumnya dilaporkan telah menghapus sebanyak 559 Page dan 251 akun untuk membuat layanannya bersih dari spam.
Hal ini disampaikan Facebook dalam keterangan resminya bertajuk, "Removing Additional Inauthentic Activity from Facebook".
Ratusan Page dan akun yang dihapus dinilai kerap melanggar aturan terkait penyebaran spam dan menunjukkan perilaku tidak otentik yang terkoordinasi.
"Banyak yang menggunakan akun palsu dan sejumlah akun dengan nama sama, serta mengunggah konten dalam jumlah besar di seluruh jaringan Groups dan Pages untuk mengarahkan trafik ke situs web mereka. Banyak yang menggunakan teknik sama untuk membuat konten mereka lebih populer di Facebook daripada yang sebenarnya," tulis Facebook dalam keterangannya.
Meski menurut Facebook yang berkoordinasi satu sama lain dapat disebabkan beberapa alasan sah, tapi sangat mudah untuk membedakan tujuan-tujuan "nakal" dari akun dan Page yang telah dihapus.
Selain mendorong trafik ke situs mereka menggunakan sejumlah akun palsu dan memalsukan popularitas di platform, Page dan akun yang dihapus juga berperilaku sebagai penghasil iklan yang menyamar sebagai forum debat politik.
"Seiring kami yang menjadi lebih baik dalam mengungkapkan penyalahgunaan semacam ini, orang-orang di baliknya--apakah termotivasi secara ekonomi atau politik--akan mengubah taktik mereka untuk menghindari deteksi. Ini sebabnya kami terus berinvestasi, termasuk dalam teknologi yang lebih baik, untuk mencegah penyalahgunaan semacam ini," tulis Head of Cybersecurity Policy Facebook, Nathaniel Gleicher.
Menurut Gleicher, entitas pelanggar regulasi yang diihapus mengorganisir Page dan akun mereka sebagai sebuah jaringan yang didesain untuk menyebar spam di Facebook Group dengan unggahan clickbait. Unggahan tersebut bertujuan untuk mendorong trafik ke situs web yang mereka punya.
Selain itu, spammer juga membuat dan menggunakan akun-akun palsu yang didesain untuk memalsukan "like" dan membagikan unggahan Facebook mereka untuk meningkatkan engagement, yang secara efektif meningkatkan peringkat News Feed.
Langkah Facebook menghapus konten dan akun spam tersebut sebagai tindakan untuk membuat layanannya tetap "sehat". "Karena orang-orang hanya akan berbagi di Facebook jika mereka merasa aman dan mempercayai koneksi yang mereka buat di sini," ungkap Gleicher.
(Din/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement