Liputan6.com, Jakarta - Meta dikabarkan siap menggelontorkan dana bagi kreator konten untuk menggunakan Live Audio Rooms, sebuah fitur live streaming audio di Facebook dan salah satu penantang Clubhouse.
Sebuah laporan dari The Information, sebagaimana dilansir The Verge, Meta dilaporkan siap membayar kreator Facebook hingga US$ 50 ribu (sekitar Rp 712 juta), untuk menggunakan Live Audio Rooms.
Advertisement
Baca Juga
Ditulis Selasa (23/1), CEO Meta, Mark Zuckerberg, pada Juli lalu memang sempat menjanjikan perusahaan akan mengucurkan dana US$ 1 miliar bagi para kreatornya sebelum akhir 2022.
Instagram, platform Meta lainnya juga telah melakukan hal serupa untuk meningkatkan penggunaan Reels.
Instagram dilaporkan membayar kreator hingga USD 35 ribu (sekitar Rp 498 juta), demi menaikkan penggunaan fitur Reels, yang merupakan saingan dari TikTok.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Diluncurkan Juni Lalu
Laporan The Information juga menyebutkan, beberapa syarat bagi kreator yang ingin mendapatkan bayaran dari Meta, untuk menggunakan Live Audio Rooms Facebook.
Facebook dilaporkan ingin pembuat konten melakukan empat hingga enam sesi setidaknya selama 30 menit.
Live Audio Rooms sendiri diluncurkan Facebook di Amerika Serikat, pada bulan Juni lalu.
Beberapa figur publik seperti penyanyi Miley Cyrus diketahui sudah menggunakan fitur tersebut. Namun, tidak diketahui apakah ada bayaran bagi nama-nama beken yang tampil di fitur tersebut.
Advertisement
Clubhouse Tak Kaget Banyak Platform Punya Live Streaming Audio
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Clubhouse menanggapi santai banyaknya platform media sosial yang mulai terjun ke bisnis live streaming audio seperti mereka.
"Kami tidak terkejut ketika perusahaan-perusahaan lain memasukkan audio ke dalam platform media sosial mereka," kata Paul Davison, Co-Founder dan CEO Clubhouse, Selasa (16/11/2021).
Davison menilai hal itu adalah sesuatu yang baik bagi keseluruhan ekosistem audio itu sendiri.
Namun, Davison menegaskan bahwa fokus merupakan sesuatu yang penting bagi sebuah perusahaan aplikasi. Menurutnya, ketika orang membuka sebuah aplikasi, maka konteksnya akan terhubung dengan mediumnya.
"Yang biasa Anda temukan, perusahaan yang mendefinisikan sebuah kategori, yang benar-benar fokus pada sebuah kategori, menjadi yang terdepan," kata Davison.
"Saat Anda membuka aplikasi visual, Anda mungkin cuma punya waktu sebentar, tidak terhubung AirPod. Anda tidak mencari keterlibatan," imbuhnya.
(Dio/Ysl)
Infografis Pemblokiran Massal Web Streaming Ilegal
Advertisement