Telkom Dorong Petani Melek Digital Lewat Aplikasi Agree

Telkom mengklaim saat ini ada sekitar 69 ribu petani yang sudah bergabung di Agree dan sudah dihubungkan dengan 140 off taker serta perusahaan agrobisnis.

oleh Iskandar diperbarui 21 Jul 2022, 08:39 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2022, 06:30 WIB
Petani menggunakan aplikasi Agree
Petani menggunakan aplikasi Agree. Dok: Telkom

Liputan6.com, Jakarta - Telkom ingin mendorong petani dan peternak melek digital lewat kehadiran Agree, sebuah aplikasi agribisnis untuk membuat mereka lebih produktif.

Tribe Leader Agree, Zuhed Nur, memaparkan kehadiran aplikasi ini memberikan solusi digital untuk menghubungkan semua sektor. Agree membantu permodalan bagi petani, proses produksi, dan teknologi.

Singkatnya, Agree memiliki visi membangun sektor pertanian, perikanan, dan peternakan dari hulu ke hilir melalui teknologi dan digitalisasi.

“Saat ini ada sekitar 69 ribu petani yang sudah bergabung di Agree dan sudah dihubungkan dengan 140 off taker serta perusahaan agrobisnis. Semuanya tersebar di 17 provinsi," papar Zuher melalui keterangan tertulisnya, Rabu (20/7/2022).

Ia mengklaim sampai sekarang Agree sudah melayani transaksi produksi dan transaksi pembiayaan sekitar Rp 200 miliar yang mengikuti sekitar 40 komoditas.

Berkat kolaborasi Agree dan mitranya, terjadi peningkatan produktivitas petani rata-rata 80 persen. Peningkatan tidak hanya terjadi dalam hal jumlah panen, tetapi juga dari sisi keuntungan bersih.

“Kalau panennya lebih dan pupuknya dikasih banyak, bisa jadi ada rugi di pupuk. Belum lagi kalau ternyata kebanyakan kasih pupuk efeknya jelek. Di sini, Alhamdulillah sudah terbukti akan peningkatan keuntungan bersih,” ucap Zuhed memungkaskan.

Pengakuan Para Petani

Petani di Indramayu, Cianjur, Magelang serta peternak ikan dari OKU Timur memberikan testimoninya setelah menerapkan aplikasi tersebut.

Muhaimin, Ketua Gapoktan Tani Mulus Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, mengatakan sebelum menggunakan Agree, produktivitas anggotanya rata-rata 6 ton per hektar tiap panen.

"Namun setelah menggunakan aplikasi Agree, produktivitas panen sekarang naik jadi 7 ton. Kami jadi bisa memprediksi berapa banyak beli benih, beli pupuk, pasokan produksi, kapan panen, berapa banyak yang dijual, dan untungnya berapa," ungkapnya.

Sebagai informasi, Gapoktan Tani Mulus beranggotakan 2.700 petani yang seluruhnya menggarap komoditas padi. Dengan luas lahan garapan 10.000 hektar, kelompok tani tersebar di Kecamatan Cikedung, Kecamatan Lelea, dan Kecamatan Terisi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kenaikan Produktivitas

Petani menggunakan aplikasi Agree
Petani menggunakan aplikasi Agree. Dok: Telkom

Edi Purwoko, peternak ikan patin dari Pokda Nilam Sari Patin, Desa Triyoso, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, menuturkan pihaknya merasakan manfaat utama yakni tercatatnya jadwal tebar pakan sehingga panen menjadi lebih mudah.

"Banyak manfaat yang kami rasakan, di antaranya kemudahan pencatatan selama budidaya. Manfaat kedua adalah adanya informasi mitra terkait, sehingga mempermudah membangun jaringan usaha, baik dalam penyediaan sarana produksi maupun pasar," katanya.

Menurut dia, peternak ikan mengenal Agree Fishery sejak dua tahun lalu. Awalnya kesulitan dengan aplikasi ini, tapi lama kelamaan karena sudah terbiasa, akhirnya tidak mendapati kendala yang berarti dalam mengikuti aplikasi tersebut.

Sementara Fajar, anggota Mitra Tani Parahyangan asal Cianjur, yang sudah 1,5 tahun mengenal Agree mengatakan fitur pencatatan aplikasi bisa mencatat hasil panen.

Kemudian jadwal pemupukan dan penanganan penyakit, sehingga bisa melihat histori dari sebelumnya apakah produktivitas menurun atau naik.

"Kita jadi bisa memprediksi semisal menanam di bulan Januari dan panen di Maret, apakah akan cocok menanam suatu komoditas dengan fluktuasi harga yang sedang berlangsung," katanya.

Fajar melanjutkan, fitur pencatatan itu bermanfaat untuk petani memprediksi ke depannya serta waktu berapa bulan untuk panen dan prediksi harga juga ke depannya.

Ia meyebut awalnya canggung menggunakan aplikasi itu tapi lambat laun menjadi terbiasa karena senantiasa didampingi field assistant dari Agree.

“Awalnya ya masih belum paham, tapi lama-kelamaan karena dibantu sama Agree juga udah mulai mengerti sampai sekarang dan banyak manfaatnya," tutupnya.

Kisah Petani Banyumas Kantongi Rp50 Juta per Musim dari Budidaya Mina Padi

Gubernur Jawa Tengah meninjau sentra budidaya mina padi di Panembangan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas)
Gubernur Jawa Tengah meninjau sentra budidaya mina padi di Panembangan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas)

Petani di Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, mengembangkan budidaya pertanian terintegrasi perikanan, mina padi.

Mayoritas petani di desa tersebut telah menerapkan konsep menanam padi sekaligus menebar benih ikan di sawah sejak 2001 lalu.

Pada Senin (18/7/2022), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, melihat pengembangan mina padi yang dilakukan oleh kelompok petani Panembangan tersebut. Hari itu, Ganjar ikut menebar benih ikan ke sawah bersama para petani.

Ganjar begitu antusias melihat semangat para petani di desa itu. Apalagi setelah ia mendengar, program mina padi yang dilakukan membuat hidup mereka lebih sejahtera.

“Program mina padi ini kami lakukan sejak 2001 lalu. Kalau dulu para petani hanya tanam padi, sekarang juga memelihara ikan nila. Setelah dilakukan, hasil produksi padi bisa lebih meningkat dan penghasilan dari ikan juga sangat banyak,” kata Narsono, pengurus kelompok tani Desa Panembangan.

Narsono menerangkan, hasil panen padi dengan konsep mina padi per hektarnya bertambah enam kuintal. Setiap satu hektare, hasil jual padi rata-rata mendapatkan Rp27 juta.

“Itu baru dari padi, belum dari ikan. Per hektare biasanya kita dapat 1,2 ton ikan. Per kilonya dijual Rp22.000. Jadi total pendapatan dari jual padi dan ikan rata-rata per hektare Rp50 jutaan. Tentu ini membuat petani lebih sejahtera karena sebelumnya tidak sebanyak itu,” terangnya.

Potensi Air

Sementara itu, Ganjar mengatakan konsep mina padi yang dilakukan petani Panembangan sudah tepat. Apalagi, daerah itu termasuk daerah pegunungan dengan air yang sangat banyak.

“Area ini airnya banyak banget, maka kalau bisa dikombinasikan untuk mengoptimalkan pertanian, akan sangat bagus. Kalau dulu orang hanya tanam padi, sekarang mereka dapat tambahan dari ikan dan hasilnya luar biasa,” katanya.

Selama praktik program mina padi itu, lanjut Ganjar, hasil pertanian menurut keterangan petani meningkat drastis. Program itu ternyata juga relatif mengurangi hama tanaman, karena hama yang nempel di batang padi akan langsung dimakan ikan.

“Bahkan kalau ada tanaman liar yang tumbuh, juga dimakan ikan. Jadi nggak perlu matun kata mereka,” jelasnya.

Ditambahkan, program itu diharapkan terus dikembangkan. Para penyuluh juga telah melakukan pendampingan. Ia berharap, konsep mina padi yang sukses itu bisa ditularkan ke daerah lain yang memiliki kontur daerah sama.

“Daerah seperti ini kan banyak di Jateng, misalnya di Banyumas ini, Banjarnegara, Purbalingga, Temanggung dan daerah pegunungan lain yang memiliki sumber air melimpah. Ini bisa dikembangkan dan tujuan akhirnya membuat petani kita lebih sejahtera,” pungkasnya.

Infografis hari tani nasional

infografis hari tani nasional
jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya