Impor Gula Bulog Bikin Pasar Tak Rasional

Asosiasi Gula Indonesia mengimbau pemerintah menyiapkan stok nasional di waktu tepat terutama ketika produksi besar dibandingkan impor

oleh Septian Deny diperbarui 28 Apr 2014, 15:25 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2014, 15:25 WIB
kelola-cadangan-gula,-140119b.jpg

Liputan6.com, Jakarta - Pemberian izin impor gula kristal putih atau gula siap konsumsi sebesar 328 ribu ton kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) tidak tepat. Adanya izin impor ini membuat harga gula dari petani akan anjlok.

Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI), Tito Pranoloh mengatakan, keinginan pemerintah untuk memenuhi stok gula nasional dianggap baik, namun harus berasal dari dalam negeri, bukan melalui impor.

"AGI sepakat stok nasional perlu, selama pememerintah tidak punya stok maka akan mengalami kesulitan stabilkan harga gula. Tetapi harus mengacu pada stok nasional lain misalnya beras, stok nasional utamanya pada produksi domestik, harusnya gula juga seperti itu," ujar Tito, saat konferensi pers di Jakarta, Senin (28/4/2014).

Selain itu, dengan mengutamakan penyerapan dari produksi domestik, terutama dari gula yang dihasilkan oleh petani, maka petani dalam negeri juga memiliki jaminan pasar.

"Pemerintah akan membeli gula untuk kepentingan stok nasional. Kalau pun perlu impor, itu sifatnya tambahan, sedang kekurangannya bisa diperoleh dari domestik," lanjutnya.

Dia menjelaskan sebenarnya stok awal gula nasional telah mencapai 1,2 juta ton pada 2014. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan stok awal tahun lalu yang sebesar 920 ribu ton.

Dengan total konsumsi nasional hanya sebesar 2,6 juta-2,7 juta ton dan produksi gula dalam negeri yang diperkirakan sama seperti tahun lalu yaitu sebesar 2,6 ton dan ditambah dengan stok awal tahun yang sebesar 1,2 juta ton maka seharusnya masih kelebihan yang bisa dijadikan stok sebesar 1,1 juta ton.

"Jadi ini sebenarnya cukup, kami tidak tahu kalau itu disebut defisit. Padahal pada tahun ini, stok awalnya saja sudah tinggi sekali, bahkan tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Pada Maret ini saja masih ada 900 ribu ton," kata Tito

Menurut Tito, yang menghambat Bulog untuk melakukan penyerapan gula dari dalam negeri adalah patokan harga lelang dari industri gula dalam negeri yang dianggap Bulog tidak sesuai sehingga lebih memilih untuk impor. Namun hal ini seharusnya tidak terjadi jika Bulog lebih memperhitungkan kapan harus membeli gula untuk memenuhi stok nasional.

"Kalau mau beli pas dipuncak (produksi) pada Mei tahun lalu, karena sekarang produksi sudah habis. Patokan harga lelang, Bulog mungkin keberatan, tapi industri juga keberatan. Jadi pemberian impor ke bulog harusnya sudah memperhitungkan hal itu," jelasnya.

Selain itu, dengan adanya izin importasi oleh Bulog, maka akan membuat harga gula di pasaran menjadi tidak rasional.

"Persoalannya juga, market reaksinya psikologis, artinya kalau kapal mendarat (membawa gula impor), harganya tidak akan naik atau malah turun. Karena pasar bereaksi kadang-kadang tidak rasional," tandasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya