Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Februari 2015 terjadi deflasi sebesar 0,36 persen di mana secara year on year mencapai 0,61 persen.
Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun mencapai 6,29 persen. Inflasi komponen inti sebesar 0,34 persen pada Februari 2015 sehingga inflasi inti dari tahun ke tahun menembus 4,96 persen. Sebelumnya Indonesia mencatatkan deflasi sekitar 0,24 persen pada Januari 2015.
Baca Juga
"Sangat tinggi deflasinya. Deflasi terutama disebabkan masih turunnya harga BBM. Pada Januari, harga premium turun dari Rp 8.600 menjadi Rp 6.000," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo, Senin (2/3/2015).
Advertisement
Ia menambahkan, harga cabai lebih murah juga menyumbangkan kontribusi untuk deflasi Februari 2015. Ditambah angkutan dalam kota yang menurun.
Sasmito mengatakan, 70 kota mengalami deflasi dan 12 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Bukit Tinggi yang mencapai 2,35 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di kota Jayapura yang mencapai 0,04 persen. "Inflasi tertinggi di Tual sebesar 3,2 persen karena harga ikan naik tinggi di Tual," kata Sasmito.
 Laporan BPS ini berbeda dengan prediksi ekonom. Hal itu karena deflasi diprediksi sulit terjadi pada Februari 2015. Pasalnya, harga beras dan bahan pangan yang melambung tinggi menjadi penyebab inflasi di bulan kedua ini. Â
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Lana Soelistianingsih memperkirakan inflasi di Februari ini mencapai 0,05 persen (Month to Month/MoM). Sehingga secara tahunan, diprediksi 6,73 persen.
"Setelah ada perbaikan harga dari Kementerian Perdagangan, inflasi diprediksi 0,05 persen. Tapi sebenarnya kalau nggak ada kisruh beras, bisa meraih deflasi 0,02 persen," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Lana menjelaskan, penyumbang inflasi terbesar berasal dari harga beras dan bahan pangan. Harga beras meroket sampai 30 persen di pedagang eceran. (Fik/Ahm)