Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Menguatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika dan juga ekspektasi pertumbuhan ekonomi China.
Data Valuta Asing Bloomberg, Kamis (5/3/2015), menunjukkan, pada pembukaan pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 12.999 per dolar AS. Namun rupiah terus tertekan hingga menyentuh level 13.050 per dolar pada pukul 08.15 WIB.
Sampai pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 13.028. Dalam perdagangan sampai siang ini, rupiah berada di kisaran 12.999 per dolar AS hingga 13.052 per dolar AS.Â
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia belum dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menjelaskan, ada dua sentimen besar yang membuat nilai tukar rupiah tertekan dalam beberapa hari terakhir ini. Sentimen pertama datang dari Amerika. Data-data ekonomi dari Amerika yang keluar menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut semakin membaik.
Contohnya, data indeks jasa Amerika meningkat moderat dari 57 ke 57,1 pada Februari 2015 kemarin. Data upah juga bertumbuh meskipun tipis menjadi 212.000. Saat ini pasar sedang menunggu data mengenai tenaga kerja yang akan keluar Jumat besok. "Sentimen global tumbuh positif dan cenderung membuat rupiah melemah,"jelasnya.
Selain dari Amerika, sentimen lain yang menekan rupiah datang dari China. Setelah Bank Sentral China menurunkan suku bunganya, rupiah terus melemah. Tekanan tersebut terus berlanjut dengan adanya rilis target pertumbuhan ekonomi China yang berada di level 7 persen.
Level tersebut sesuai dengan perkiraan para analis dan juga ekonomi sehingga diperkirakan akan membuat perkiraan ekspor China meningkat sehingga mendorong membaikya transaksi berjalan.Â
Sesuai prediksi David, rupiah cenderung bergerak melemah pekan ini. Dalam waktu dekat, David memperkirakan rupiah masih akan berkutat di kisaran 12.900-13.000 per dolar AS. (Sis/Gdn)