Menteri Susi Berantas Illegal Fishing, Harga Ikan Bandeng Turun

Ada kemungkinan harga ikan bandeng bakal merangkak naik lagi jelang Ramadan.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Mei 2015, 21:18 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2015, 21:18 WIB
Jelang Imlek, Penjualan Ikan Bandeng Meningkat
Aktivitas jual-beli ikan bandeng di pasar musiman kawasan Rawa Belong, Jakarta, Rabu (18/2). Bagi kalangan Tionghoa, pindang bandeng Imlek adalah perlambang kemakmuran yang berlimpah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dua pekan pertama bulan ini harga komoditas perikanan seperti ikan bandeng dan ikan kembung mengalami penurunan harga. Namun ada kemungkinan harga komoditas tersebut bakal merangkak naik lagi jelang Ramadan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, berdasarkan data Senin 18 Mei 2015, harga ikan bandeng turun sebesar 0,23 persen. Sedangkan ikan kembung mengalami penurunan sebesar 1,48 persen.

"Artinya produksi yang selama ini langsung keluar atau dijual ke negara lain  kini masuk ke dalam negeri. Jadi pasokan di dalam negeri bertambah sehingga harga turun," ujarnya di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta Pusat, Senin (18/5/2015).

Namun dia menyatakan bahwa pemerintah masih harus waspada masuknya bulan Ramadan dan jelang hari raya Idul Fitri. Selama ini, periode tersebut menjadi faktor pendorong tingkat inflasi.

"Kami waspadai itu Lebaran. Konsumsi meningkat. Bagaimana caranya mengontrol komoditas ikan karena punya bobot dalam inflasi," lanjutnya.

Meski demikia, Suryamin berharap harga-harga bahak kebutuhan pokok masyarakat ini bisa terus mengalami penurunan sehingga saat memasuki bulan Ramadan dan lebaran harga tidak melambung tinggi.

"Kami akan melihat setengah bulan berikutnya apakah bisa kami kontrol harganya. Nanti kami lihat. Mudah-mudahan bisa terus turun karena bisa mempengaruhi inflasi," tandasnya.

Dalam beberapa bulan belakangan ini Kementerian Kelautan dan Perikanan memang gencar memberantas illegal fishing untuk mengendalikan pasokan dalam negeri. Hal ini dilakukan demi menjaga kedaulatan pangan Indonesia, termasuk di sektor kelautan dan perikanan. Sehingga kebijakan tersebut membawa manfaat bagi bangsa ini, bukan negara lain.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, beberapa kebijakan yang sudah dirilis menimbulkan pro dan kontra. Namun hasilnya sudah terasa karena suplai ikan merosot drastis di pasar dunia, sehingga mengerek harga ikan. Ini merupakan ceruk pasar bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor ke berbagai negara.

"Regulasi yang dibuat dari illegal fishing yang kita cracking, hasilnya luar biasa. Sebanyak 5.000-7.000 kapal sudah pergi dari perairan Indonesia dan mencatatkan penutupan illegal fishing sukses terbesar di dunia," klaim Susi

Susi geram kala menceritakan sebuah kota kecil di Filipina bernama General Santos yang mendulang untung besar dari ikan tuna segar Indonesia. Ekspor kota ini dari ikan tuna Indonesia mencapai US$ 2 miliar atau lebih tinggi dibanding nelayan-nelayan Bitung yang sebesar Rp 16 miliar.

Kata Susi, Indonesia kehilangan 3 juta sampai 5 juta ton hilang akibat pencurian ikan ilegal. Akibatnya, konsumsi ikan dari masyarakat Indonesia sangat rendah karena tidak mampu membeli ikan dengan harga tinggi. Dengan kebijakan yang sudah diterapkan, harga ikan terus menurun, sehingga diharapkan konsumsi ikan meningkat setiap tahunnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya