Liputan6.com, New York - Skandal korupsi yang menerpa lembaga pengurus sepak bola Federation Internationale de Football Association (FIFA) menjadi ancaman pabrikan peralatan olahraga ternama Nike. Namun begitu, sejumlah analis mengatakan, kasus tersebut hanya berdampak terbatas pada kinerja Nike.
Dikutip dari CNBC (30/5/2015), beberapa waktu lalu Kepolisian Swiss menahan beberapa pejabat FIFA sebagai bagian dari investigasi kasus korupsi. Dari 161 halaman dokumen yang dirilis oleh Department of Justice (DOJ) mengungkapkan skandal tersebut tidak hanya berimplikasi pada FIFA.
Melainkan juga pada salah satu perusahaan multinasional yang berkantor di AS terlibat dalam skandal 'suap dan menyuap' untuk penandatangan kesepakatan sponsorship dengan federasi sepak bola Brasil pada 1996.
Advertisement
Manajemen Nike perseroan membantah bahwa perusahaan yang dimaksud adalah Nike. Perseroan memastikan tidak terlibat dalam sebuah tindak pidana. "Tidak ada tuduhan dalam dokumen yang menyebutkan bahwa karyawan Nike ikut terlibat dalam aksi suap menyuap atau tindak kriminal lainnya," kata manajemen dalam keterangannya.
Analis Pasar Modal John Staszak mengaku tidak percaya jika Nike terlibat dalam skandal korupsi FIFA tersebut. "Perusahaan besar. Pertumbuhan sahamnya besar," katanya.
Analis Macquarie Research, Laurent Vasilescu juga menuturkan hal yang senada. Dia bilang perusahaan tersebut telah menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan dalam penjualan pakaian sepakbola dalam dua puluh tahun terakhir.
"Dakwaan DOJ tidak menyebutkan Nike, hanya merujuk untuk 'perusahaan olahraga A', " tuturnya.
Analis IG broker Group, Joshua Mahony mengaku hal tersebut bukanlah sebuah pukulan yang keras untuk waktu yang panjang. (Amd/Ndw)