Liputan6.com, Jakarta - Ketika anak-anak di usia 15 tahun melihat es krim sebagai makanan pelepas dahaga, Max Lock justru memikirkan hal yang lain. Saat berumur 15 tahun, Lock tak menikmati es krim seperti teman-temannya namun justru berpikir cara untuk memproduksi es krim tersebut.
Tinggal di Portland, Oregon, AS, awalnya pria yang sekarang berusia 19 tahun ini bekerja sebagai administrator IT di sebuah toko pizza di Philadelphia. Restoran tersebut memiliki es krim dengan rasa yang tidak enak.
Saat pertama kali mencoba es krim di toko pizza itu, Lock merasa jijik. Dia kemudian berniat untuk membuat es krim yang lebih enak. Akhirnya siswa SMA ini meluncurkan Schoolboy Ice Cream. Ice Cream yang dibikin Lock ternyata disukai sehingga Schoolboy Ice Cream diakuisisi oleh toko pizza tersebut. Bahkan tak lama kemudian perusahaan es krim tersebut diambil oleh WholeFoods.
Baca Juga
Saat ini, Lock menjalankan sebuah bisnis startup yang berfokus pada ulasan dan kutipan untuk industri pelayaran internasional. Ide ini didorong pengalaman dia dalam mengelola manufaktur kontainer es krim dan yogurt beku ke luar negeri. Startup yang berbasis di Portland tersebut ia namai Fleet.
Baru-baru ini, Fleet mengumumkan telah mendapat kucuran dana sebesar US$ 4 juta atau setara dengan Rp 52,88 miliar (estimasi kurs 13.220 per dolar AS) dari perusahaan modal ventura yang berbasis di Dallas, Hunt Technology Ventures.
Setelah lulus SMA, Lock sebenarnya sempat ingin masuk ke perguruan tinggi di San Francisco, di mana dia sudah terdaftar di bootcamp coding. Dalam waktu yang bersamaan, kompetisi bergengsi untuk menarik investor yaitu Tech Crunch Disrupt, sedang berlangsung.
Lock mengikutinya hanya dengan sebuah ide untuk perusahaan. Dia memikirkan, harus ada cara yang lebih baik untuk berkomunikasi dengan ekspedisi internasional. Gagasan tersebut datang ketika Lock menjalankan perusahaan sebelumnya, Intergreen Distributor, yang membuat wadah yoghurt beku dan perlengkapan lainnya.
Lock menjadi runner-up pada 2014 pada kompetisi tersebut. Ia didekati oleh Thiel Foundation, dan dianugerahi Thiel Fellowship, sebesar US$ 100 ribu atau setara dengan Rp 1,32 miliar.
Program ini kemudian membayar pengusaha muda yang putus kuliah agar bisa fokus pada pekerjaan lain. Untuk Lock, dana tersebut ia gunakan untuk membangun perusahaan. Perusahaannya kini memiliki 13 karyawan. (Shabrina Aulia Rahmah/Gdn)