Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya pengungsi yang menyeberang ke Eropa baik melalui perahu maupun jalur transmigrasi, membuat warga Suriah dan Irak memiliki beberapa cara legal maupun ilegal untuk melarikan diri dari konflik di negara mereka. Hal ini tentunya dilakukan hanya oleh penduduk yang tidak memiliki uang.
Pada saat ini, di berbagai belahan dunia, beberapa negara menawarkan kewarganegaraan hingga tempat tinggal untuk warga negara asing, dengan tujuan meningkatkan investasi dan pembelian properti.
Warga Suriah dan Irak juga dapat mengambil kesempatan ini, di mana sebagian besar penawaran ditawarkan dengan harga yang cukup mahal mencapai ratusan ribu dolar Amerika Serikat (AS) hingga puluhan juta dolar AS.
Advertisement
Dikutip dari The National, Selasa (12/7/2016), sebuah perusahaan ternama di dunia, Savory and Partners menjadi perantara bagi klien yang ingin menjadi warga negara lain (kewarganegaraan kedua), atau mendapatkan tempat tinggal yang aman sebagai investasi.
Warga Suriah tercatat telah menjadi klien terbesar bagi perusahaan ini, di mana Savory and Partners telah membantu lebih dari 100 keluarga Suriah yang menginginkan pelayanan untuk mendapatkan kewarganegaraan baru, atau kewarganegaraan kedua.
Baca Juga
“Arab Spring (organisasi penolak kebijakan pemerintah Arab) yang paling terlihat kemajuannya dalam permintaan kewarganegaraan baru”, ujar Jeremy Savory, CEO dan Pendiri Savory and Partners. “Permintaan banyak datang dari negara Mesir dan Libya dan tentu saja negara Suriah dan Irak."
Setelah Suriah dan Irak, Savory menjelaskan warga Lebanon adalah klien terbesar ketiga bagi perusahaannya. Savory juga bercerita bahwa kebanyakan klien dari warga Suriah dan Irak di perusahaan miliknya adalah orang-orang yang telah keluar dari negara mereka, tapi masih bekerja dan tinggal di negara bagian Arab.
Selain agar aman dari ancaman perang, banyak warga Suriah maupun Irak yang merasa kesulitan karena paspor mereka dibatasi di beberapa negara akibat kewarganegaraan mereka.
Salah satu klien dari Savory and Partners, Yaser Akkad mengaku dirinya pernah mengalami pengalaman buruk sebagai warga negara Suriah. Akkad sebagai seorang Eksekutif dari Perusahaan Teknologi dan Informasi di Jeddah, sering bepergian keliling dunia, terutama negara Eropa. Akkad pada saat itu kehilangan paspornya di Inggris, dan paspornya tidak bisa diurus karena tidak ada kedutaan Suriah di Inggris.
Melalui saran temannya, Akkad akhirnya membeli kewarganegaraan baru melalui perusahaan Savory and Partners. Akkad merasa kewarganegaraan baru tidak hanya membantu dia mengurus paspor, tetapi memberikan kebebasan bagi dirinya berpergian keliling dunia.
Akkad dan keluarganya berhasil menjadi warga negara Saint Kitts and Nevis, sebuah negara kecil di kepulauan Karibia, setelah membayar US$ 650 ribu atau sebesar Rp 8,3 miliar (kurs Rp 13.124 per dolar AS). Akkad dengan kewarganegaraan barunya ini dapat menjelajah 132 negara dengan bebas visa termasuk negara Uni-Eropa dan Amerika Serikat.
“Suriah benar-benar sedang hancur. Jadi Anda perlu menciptakan rumah baru bagi keluarga Anda, cara yang lebih layak dibandingkan harus menjadi pengungsi,” tambah Akkad. (Aldo Lim/Ndw)