Ini Kunci RI Lolos dari Pelemahan Ekonomi Dunia Versi Sri Mulyani

Sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia, dengan jumlah mencapai 65 juta jiwa merupakan anak muda.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Jul 2016, 14:36 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2016, 14:36 WIB
20160726- Sri Mulyani Bicara Pembangunan di Kampus UI-Jakarta- Helmi Fithriansyah
Mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati saat memberi kuliah umum di kampus UI Depok, Selasa (26/7). Sri menilai percepatan pembangunan infrasturuktur yang dilakukan pemerintah Indonesia sebagai langkah tepat. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Depok - Peran pemuda dinilai sangat penting untuk membantu Indonesia lepas dari dampak pelemahan perekonomian dunia.

World Bank Group Managing Director and Chief Operating Officer Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia, dengan jumlah mencapai 65 juta jiwa merupakan anak muda.

Di tangan generasi muda inilah terletak kunci keberhasilan Indonesia untuk lepas dari pelemahan ekonomi Dunia.

"Indonesia memiliki potensi besar dan dapat menjadi pelaku global yang disegani. Namun potensi ini harus diwujudkan menjadi kinerja dan prestasi," ujar Sri Mulyani saat memberikan Kuliah Umum di Kampus Universitas Indonesia (UI) di Depok, Selasa (26/7/2016).

Sebab itu, menurut dia, negara ini memerlukan generasi muda yang percaya diri, dengan visi luas dan ambisi serta kreativitas yang kuat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini diperlukan guna menciptakan kemakmuran, kemajuan peradaban dan keadilan sosial.

"Berbagai data memberikan optimisme, namun juga mengingatkan kita akan besarnya potensi untuk memajukan Indonesia," lanjut mantan Menteri Keuangan era SBY itu.

Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini sering mengalami gejolak. Ini terlihat dari penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Dari prediksi pada Januari sebesar 2,9 persen, diturunkan menjadi 2,4 persen pada Juni.

"Saat ini Bank Dunia, kami mengkhawatirkan mengenai rapuhnya pertumbuhan ekonomi dunia", tambah Sri.

Menurut dia, hal itu tak lepas dari kondisi negara berkembang yang dalam dua dekade terakhir, yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan dunia sedang menghadapi tantangan berat.

Tantangan itu antara lain, melemahnya ekonomi dan perdagangan dunia, perlambatan dan perubahan struktural ekonomi Tiongkok, rendahnya harga komoditas, menurunnya kucuran modal ke negara berkembang. Kemudian meluasnya konflik dan serangan terorisme, serta perubahan iklim global.

"Melambatnya pertumbuhan di Tiongkok dan perubahan struktural ekonomi Tiongkok sangat berpengaruh di seluruh dunia," pungkas dia.(Ady Nugrahadi)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya