Ini Alasan Para Pekerja Freeport Mogok Kerja

Pekerja PT Freeport Indonesia menggelar mogok kerja sejak 28 September 2016 lalu.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 03 Okt 2016, 18:52 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2016, 18:52 WIB
Freeport Indonesia (AFP Photo)
Freeport Indonesia (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Pekerja PT Freeport Indonesia menggelar mogok kerja sejak 28 September 2016 lalu. Pekerja Freeport yang menjalankan aksi mogok kerja adalah mereka yang bekerja di tambang terbuka Grasberg, Mimika, Papua. Dalam aksi mogok tersebut, para pekerja Freeport menuntut pembagian bonus kerja yang adil. 

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Pekerja Kimia Energi Dan Pertambangan (KEP) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Virgo Solossa menjelaskan, mogok kerja hanya dilakukan oleh para pekerja yang berada di tambang Grasberg.

Virgo mengaku, belum diketahui penyebab aksi mogok tersebut, dirinya masih melakukan konfirmasi untuk mengetahui latarbelakang yang membuat para pekerja melakukan aksi mogok. "Apa subtansi dari mogok apa tidak tahu, belum jelas apa motifnya," tutur Virgo.

Sedangkan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot mengungkapkan, aksi mogok kerja yang dilakukan oleh para pekerja Freeport tersebut dilatarbelakangi oleh pembagian bonus yang tidak merata. "Tuntutan karyawan itu mereka berhenti beraktivitas di Grasbreg karena minta keadilan bonus," jelas Bambang.

Sebelumnya, Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PT Freeport Indonesia (PT FI) menggelar unjuk rasa. Dalam unjuk rasa tersebut, SPSI Freeport meminta adanya keadilan pembagian bonus bagi kurang lebih 800 karyawan yang bekerja di tambang terbuka.

Sekretaris Hubungan Industrial Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Freeport Tri Puspital menyebutkan, klimaks permasalahan pada pertemuan 19 September 2016 terjadi ketimpangan pemberian bonus bagi pekerja tambang terbuka hanya 17 persen. Sementara bagi pekerja Geotek mendapatkan bonus 45 persen dari total gaji karyawan.

"Para pekerja kecewa mendapatkan bonus kecil, apalagi selama ini karyawan telah membantu perusahaan dalam operasional. Dengan adanya ketimpangan ini, maka sejak 28 September karyawan memutuskan untuk mogok kerja, hingga ada kesepakatan antara perusahaan dan karyawan," jelas Tri Puspital. 

Setiap harinya, tambang terbuka itu menghasilkan sekitar 200 ribu ton ore atau bijih mineral. Sementara para pekerja di tambang terbuka Freeport Indonesia itu membawa alatnya masing-masing berkisar 6-7 jam per hari. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya